Partai Kebangkitan Bangsa
Partai Kebangkitan Bangsa PKB | |
---|---|
Singkatan | PKB |
Setiausaha agung | Hanif Dhakiri |
Ketua Umum | Muhaimin Iskandar |
Ketua Fraksi DPR | Ida Fauziyah |
Ditubuhkan | 23 Julai 1998 |
Ibu pejabat | Jalan Raden Saleh 1 No. 9, Menteng Jakarta Pusat |
Sayap Wanita | Perempuan Bangsa PKB |
Sayap Mahasiswa | Gerakan Mahasiswa Satu Bangsa (GEMASABA) |
Keanggotaan | Warganegara Indonesia, Muslim, Bukan-Muslim |
Ideologi | Pancasila Pluralisme Ahli Sunah Waljamaah |
Penggabungan kebangsaan | Koalisi Indonesia Hebat (Pemilu 2014) Koalisi Indonesia Kerja (Pemilu 2019) |
Warna | Hijau |
DPR | 58 / 575
|
Laman sesawang | |
pkb | |
Politik Indonesia Parti politik Pilihan raya |
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ialah sebuah parti politik Indonesia yang ditubuhkan oleh Abdurrahman Wahid pada tahun 1999, selepas kejatuhan pemerintahan Suharto. Parti ini yang merupakan parti politik ketiga terbesar di Indonesia menyertai pilihan raya umum buat pertama kali pada tahun 1999, dan meluncurkan Abdurrahman ke jawatan Presiden Indonesia dari Oktober 1999 sehingga Julai 2001. Pada tahun 2004, PKB memperoleh 10.6% (11,989,564) daripada undi-undi dalam pilihan raya Dewan Perwakilan Rakyat.
Asas sokongan parti PKB adalah paling kuat di kawasan luar bandar Jawa, dan diperoleh daripada bahagian pilihan raya yang dahulu menyokong Nahdlatul Ulama, sebuah pertubuhan Islam yang konservatif. Bagaimanapun, PKB amat berbeza daripada Nahdlatul Ulama dari segi wawasan. Walaupun PKB mendukung peranan Islam dalam kerajaan, parti ini tidak menyokong gagasan untuk menubuhkan sebuah republik Islam.[1]
Sejarah Penubuhan
[sunting | sunting sumber]Pada 21 Mei 1998[1], Presiden Soeharto mengundurkan diri secara sukarela dari kedudukan presiden akibat desakan arus perubahan yang kuat, bermula dari diskusi, domentrasi dan sebagainya. Peristiwa ini menandakan lahirnya era baru di Indonesia, yang kemudian disebut Era Reformasi. Sehari setelah peristiwa bersejarah itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mula dibanjiri usul dan desakan dari ahli NU di seluruh pelosok Indonesia.
Pelbagai usul yang diterima, antaranya ialah usul supaya NU membentuk parti politik, ada yang mengusulkan nama parti politik. Terdapat 39 nama parti politik baru yang diusulkan. Nama terbanyak yang diusulkan adalah Nahdlatul Ummah, Kebangkitan Umat, dan Kebangkitan Bangsa.
Ada juga yang mengusulkan lambang parti politik. Unsur-unsur yang terbanyak diusulkan untuk lambang parti politik adalah gambar bumi, bintang sembilan, dan warna hijau. Ada yang mengusulkan bentuk hubungan dengan NU, ada yang mengusulkan visi dan misi parti politik dan sebagainya.
Di antara usulan yang paling lengkap berasal dari Lajnah Sebelas Rembang yang diketuai KH M Cholil Bisri dan Pengurus Wilayah NU Jawa Barat. Dalam mengurus usul dari ahli NU, pimpinan NU menanggapinya secara hati-hati. Hal ini berdasarkan terdapat kenyataan bahawa hasil Muktamar NU ke-27 di Situbondo, menetapkan bahawa secara organisasinya NU tidak terkait dengan parti politik manapun dan tidak melakukan kegiatan politik.
Namun demikian, sikap yang ditunjukkan PBNU belum memuaskan keinginan warga NU. Banyak pihak dan kalangan NU dengan tidak sabar bahkan langsung menyatakan berdirinya parti politik untuk menjadi paltform aspirasi politik warga NU setempat. Di antara yang sudah mendeklarasikan sebuah parti politik adalah Partai Bintang Sembilan di Purwokerto dan Partai Kebangkitan Umat (Perkanu) di Cirebon.
Akhirnya, PBNU mengadakan Rapat Harian Syuriyah (Majlis Syura) dan Tanfiziyah (Kepimpinan Tertinggi) PBNU pada 3 Jun 1998. Forum ini menghasilkan keputusan untuk membentuk Tim Lima yang diberi tugas untuk memenuhi aspirasi warga NU. Tim Lima diketuai oleh KH Ma`ruf Amin (Ketua Syuriyah/Koordinator Harian PBNU), dengan anggota lain, KH M Dawam Anwar (Katib Aam PBNU), Dr KH Said Aqil Siroj (Wakil Katib Aam PBNU), HM Rozy Munir (Ketua PBNU), dan Ahmad Bagdja (Setiausaha Agung PBNU). Untuk mengelak masalah dalam organisasi, Tim Lima itu dibekalkan Surat Keputusan PBNU.
Seterusnya, untuk memperkuat posisi dan kemampuan kerja Tim Lima seiring semakin derasnya usul warga NU yang menginginkan adanya parti politik, maka Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU pada 20 Jun 1998 memberi Surat Tugas kepada Tim Lima.
Selain itu juga dibentuk Tim Asistensi yang diketuai oleh Arifin Djunaedi (Timbalan Setiausaha Agung PBNU) dengan anggota lain, H Muhyiddin Arubusman, H.M. Fachri Thaha Ma`ruf. Drs. H Abdul Aziz, Drs. H Andi Muarli Sunrawa, H.M. Nasihin Hasan, H Lukman Saifuddin, Drs. Amin Said Husni, dan Muhaimin Iskandar. Tim Asistensi bertugas membantu Tim Lima dalam mengumpul data dan merangkum usul yang ingin membentuk parti politik baru, dan membantu warga NU dalam melahirkan parti politik baru yang dapat mewadahi aspirasi poitik warga NU.
Pada tanggal 22 Juni 1998 Tim Lima dan Tim Asistensi mengadakan perbincangan untuk mendefinisikan dan menghuraikan tugas-tugasnya. Tanggal 26 - 28 Juni 1998 Tim Lima dan Tim Asistensi mengadakan retreat di Villa La Citra Cipanas untuk menyusun rancangan awal pembentukan parti politik. Pertemuan ini menghasilkan lima rancangan, yaitu:
- Pokok-pokok Pikiran NU Mengenai Reformasi Politik
- Mabda` Siyasi
- Hubungan Partai Politik dengan NU
- Perlembagaan Partai (Anggaran Dasar) dan Peraturan-peraturan (Anggaran Rumah Tangga)
- Naskah Deklarasi.
Pencetus pembentukan parti politik bagi warga NU, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur prihatin bahawa kelompok-kelompok NU ingin mendirikan parti politik NU. Lantaran ini terkesan mengaitkan agama dan politik kepartian. Di pertengahan akhir Jun1998, sikapnya mengendur dan bersedia memulakan kelahiran parti politik berasaskan Ahlussunah Waljamaah.
Keinginan Gus Dur diperkuat dengan sokongan pendeklarasi lainnya, iaitu KH Munasir Ali, KH Ilyas Ruchiyat, KH A. Mustofa Bisri serta KH A. Muchith Muzadi. Proses selanjutnya, penentuan nama parti disahkan melalui hasil musyawarah Tim Asistensi Lajnah, Tim Lajnah, Tim NU, Tim Asistensi NU, Perwakilan Wilayah, para tokoh pesantren, dan tokoh masyarakat.
Usai pembentukan parti, deklarasi pun dilaksanakan di Jakarta pada 29 Rabiulawal 1419 H bersamaan 23 Julai 1998. Isi deklarasi tersebut adalah seperti berikut:
Bahwa cita-cita proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia adalah terwujudnya suatu bangsa yang merdeka, bersatu, adil dan makmur, serta untuk mewujudkan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Bahwa wujud dari bangsa yang dicita-citakan itu adalah masyarakat beradab dan sejahtera yang mengejawantahkan nilai-nilai kejujuran, kebenaran, kesungguhan dan keterbukaan yang bersumber dari hati nurani, bisa dipercaya, setia dan tepat janji serta mampu memecahkan masalah sosial yang bertumpu pada kekuatan sendiri, bersikap dan bertindak adil dalam segala situasi, tolong menolong dalam kebajikan, serta konsisten menjalankan garis/ketentuan yang telah disepakati bersama.
Maka dengan memohon rahmat, taufiq, hidayah dan inayah Allah SWT serta didorong oleh semangat keagamaan, kebangsaan dan demokrasi, kami warga Jam’iyah Nahdlatul Ulama dengan ini menyatakan berdirinya partai politik yang bersifat kejuangan, kebangsaan, terbuka dan demokratis yang diberi nama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Nota
[sunting | sunting sumber]- ↑ Evans, Kevin R (2003). The history of political parties & general elections in Indonesia. Jakarta: Arise Consultancies.