SCIENTIFIC JOURNAL OF REFLECTION: p-ISSN 2615-3009
Economic, Accounting, Management and Business e-ISSN 2621-3389
Vol. 2, No. 4, October 2019
DETERMINAN TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN FOOD
AND BEVERAGES DI INDONESIA
Andri Sjahputra
Universitas Pamulang, Banten
andrisjahputra@yahoo.com
Submitted: 20th June 2019/ Edited: 23rd Sept 2019/ Issued: 01st October 2019
Cited on: Sjahputra, Andri. (2019). DETERMINAN TAX AVOIDANCE PADA
PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES DI INDONESIA. SCIENTIFIC JOURNAL
OF REFLECTION: Economic, Accounting, Management and Business, 2(4), 371-380.
DOI:
https://doi.org/
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of accounting conservatism and inventory
intensity on tax avoidance in manufacturing companies of food and beverages listed on
the Indonesia Stock Exchange for the period 2013-2017. The population in this study
were food and beverages companies listed on the Indonesia Stock Exchange in the
period of 2013 to 2017 as many as 21 companies. The type of research used in this
study is associative - quantitative research. The data used in this study are secondary
data obtained from the annual financial statements of manufacturing companies in the
food and beverages sector which are listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX)
through the site www.idx.co.id. Sampling using purposive sampling method and
obtained 40 financial report data manufacturing companies in the food and beverages
sector that meet the criteria. Data were analyzed using a multiple linear regression
analysis model and using SPSS version 24. The results of the study showed that
simultaneously Accounting Conservatism and Inventory Intensity had an effect on Tax
Avoidance. And partially, the two independent variables, including Accounting
Conservatism and Inventory Intensity, influence Tax Avoidance.
Keywords: Accounting conservatism, Inventory Intensity, Tax Avoidance
PENDAHULUAN
Tax Avoidance adalah suatu upaya yang sering dilakukan oleh perusahaan dalam
meminimalkan beban pajak, karena upaya ini tidak keluar atau menyimpang dari
peraturan perpajakan yang berlaku (Hendy dalam Sarra, 2017). Tax Avoidance ini
sering terjadi karena adanya celah-celah atau kelemahan dan ketidaksempurnaan pada
peraturan perundang-undangan perpajakan (Sundari dan Aprilina, 2017). Dari sudut
pandang hukum upaya tax avoidance masih legal karena perusahaan memanfaatkan
kelemahan-kelemahan pada peraturan perpajakan itu sendiri, tetapi pemerintah dalam
hal ini fiskus tidak menyukai tindakan tax avoidance karena dengan tindakan ini akan
371
SCIENTIFIC JOURNAL OF REFLECTION: p-ISSN 2615-3009
Economic, Accounting, Management and Business e-ISSN 2621-3389
Vol. 2, No. 4, October 2019
mengakibatkan beban pajak penghasilan badan dan orang pribadi menjadi berkurang
dan akan mengakibatkan berkurangnya penerimaan negara yang bersumber dari pajak
(Wardani dan Khoiriyah, 2018).
Kasus tax avoidance di Indonesia dilakukan oleh PT Bumi Resource Tbk yang
merupakan salah satu perusahaan keluarga di Indonesia. Bahkan diduga tax avoidance
PT Bumi Resource dan anak usahanya yaitu PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT
Arutmin Indonesa mencapai 1,2 triliun, atas kasus tersebut DJP telah menetapkan
direktur keuangan PT bumi Resource dan direktur PT Kaltim Prima Coal sebagai
tersangka pidana penggelapan pajak (Tempo, 22 Maret 2010). Tax Avoidance di skala
internasional juga banyak terjadi, setelah Google, Amazon dan perusahaan raksasa di
Eropa tersandung dalam kasus ini, sekarang giliran IKEA sebuah perusahaan raksasa
yang bermarkas di Swedia, dimana IKEA dikabarkan melakukan upaya tax avoidance
dengan nilai lebih dari $1 milyar, upaya tax avoidance dalam skala yang sangat besar
ini terjadi dalam rentang waktu 2009 - 2014.
Faktor pertama yang di perkirakan bisa mempengaruhi praktik tax avoidance
adalah konservatisme akuntansi. Konservatisme akuntansi menurut Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) adalah metode akuntansi yang diperbolehkan mengakui pendapatan
selambat mungkin, pengakuan beban secepat mungkin, penilaian persediaan dan
kewajiban yang berbanding terbalik di mana persediaan boleh di turunkan dan
kewajiban di tinggikan (Rusydi, Utama, dan Djakman, 2017). Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) telah membebaskan perusahaan untuk melakukan penyusunan laporan
keuangan mereka dengan menggunakan metode akuntansi yang sesuai dengan
kebutuhan perusahaan (Paradina dan Tarmizi, 2017). Kebebasan inilah yang akan
menjadi pertimbangan para manajer dalam melakukan pencatatan akuntansi dan
pelaporan transaksi yang berkaitan dengan keuangan perusahaan terkhusus yang
berkaitan dengan laba perusahaan (Permata, Nurlaela, dan Wahyuningsih, 2018).
Prinsip konservatisme akuntansi juga dipandang sebagai salah satu pertimbangan yang
berkaitan dengan akuntansi dan laporan keuangan (Wardhani, 2008) serta penggunaan
konsep konservatis juga didasarkan pada alasan dalam pembayaran pajak (Wardhani,
2008).
Konservatisme akuntansi merupakan alasan tendensi yang dimiliki oleh seorang
akuntan ataupun manajer yang mensyaratkan tingkat tinjauan yang lebih detail dan lebih
372
SCIENTIFIC JOURNAL OF REFLECTION: p-ISSN 2615-3009
Economic, Accounting, Management and Business e-ISSN 2621-3389
Vol. 2, No. 4, October 2019
cermat untuk mengakui laba (good news in earnings) dibanding mengakui rugi (bas
news in earning) (Susanti, 2019). Faktor yang sangat menentukan tingkat konservatisme
akntansi dalam pelaporan keuangan perusahaan yaitu komitmen pihak internal
perusahaan dan manajemen dalam menginformasikan laporan keuangan yang
transparan, akurat dan tidak menyesatkan. (Susanti, 2019). Sarra (2017) menyatakan
bahwa konservatisme akuntansi memaksakan pengakuan tepat waktu dalam mengakui
kerugian dan menunda pengakuan keuntungan.
Faktor lain yang bisa mempengaruhi tax avoidance adalah inventory intensity.
Inventory intensity merupakan suatu pengukuran seberapa besar perusahaan berinvestasi
dalam persediaan. Persediaan perusahaan merupakan bagian dari aset lancar perusahaan
yang dipergunakan untuk memenuhi permintaan dan operasional perusahaan dalam
jangka panjang. Semakin banyak persediaan perusahaan, maka semakin besar beban
pemeliharaan dan penyimpanan dari persediaan tersebut. Beban pemeliharaan dan
penyimpanan persediaan tersebut nantinya akan mengurangi laba dari perusahaan
sehingga pajak yang dibayarkan akan berkurang (Muzakki dan Darsono, 2015).
Inventory intensity yaitu elemen laporan keuangan yang di proksikan dengan
perbandingan antara persediaan dengan aktiva perusahaan. PSAK 14 menyatakan
adanya pemborosan yang timbul akibat tingkat persediaan yang tinggi. Beban-beban
tersebut meliputi beban bahan baku, beban tenaga kerja, beban produksi, beban
penyimpanan, beban administrasi dan umum, dan beban penjualan. Akibat timbulnya
beban-beban tersebut tingkat laba bersih pun akan berkurang, sehingga mengurangi
beban pajak (Anindyka, Pratomo, & Kurnia, 2018). Perusahaan akan berusaha
meminimalisir beban-beban tambahan yang timbul oleh persediaan yang banyak, namun
disatu sisi perusahaan akan memaksimalkan biaya tambahan yang ditanggung untuk
menekan beban pajak yang di bayar perusahaan (Wijaya dan Febrianti, 2017).
LANDASAN TEORI
Konservatisme Akuntansi
Watts dalam Hand (2017) mengatakan konservatisme adalah suatu tindakan atau
prinsip yang lebih hati-hati dalam pelaporan keuangan, posisi di mana perusahaan tidak
terburu-buru dalam mengakui aset dan laba namun harus segera mengakui kerugian dan
utang yang mungkin terjadi. Akibat dari penerapan prinsip ini yaitu harus memilih
373
SCIENTIFIC JOURNAL OF REFLECTION: p-ISSN 2615-3009
Economic, Accounting, Management and Business e-ISSN 2621-3389
Vol. 2, No. 4, October 2019
metode akuntansi yang melaporkan laba dan aset yang lebih rendah dan melaporkan
utang lebih tinggi. Begitu juga dengan yang mendefinisikan konservatisme sebagai
praktek mengurangi laba dalam merespons kabar buruk, akan tetapi tidak meningkatkan
laba dalam merespons kabar baik.
Konservatisme adalah metode akuntansi yang paling tidak optimis, di mana
keuntungan akan diakui bila keuntungan tersebut benar-benar terjadi. Konservatisme ini
juga menjadi penentu kualitas laba, walaupun laporan keuangan yang konservatif dapat
mengurangi kualitas laba. Penerapan konservatisme akuntansi oleh perusahaan
mengalami pro dan kontra dari para peneliti di bidangnya. Konservatisme akuntansi
akan bermanfaat dalam meredam prilaku oportunistik manajer yang berkaitan dengan
kontrak-kontrak yang menggunakan laporan keuangan sebagai media perjanjian, bahwa
manajer tidak melaporkan laba yang overstate untuk kepentingan menarik investor.
Namun di lain sisi penerapan konservatisme akuntansi dianggap sebagai kendala yang
akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan, karena laporan yang understate
mengandung bias.
Inventory Intensity.
Kasmir (2012) mengatakan persediaan yaitu sejumlah barang yang disimpan oleh
perusahaan dalam satu tempat atau gudang. Kondisi perusahaan yang baik dalam
berinvestasi pada persediaan yaitu saat persediaan dan perputarannya seimbang, dimana
jika perputaran persediaan ini terlalu kecil atau lambat maka akan menimbulkan
penumpukan persediaan di gudang, namun jika perputaran persediaan ini terlau cepat
maka stok persediaan digudang akan kecil.
Inventory intensity merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar perusahaan berinvestasi dalam persediaan. PSAK No. 14 (revisi 2008)
menjelaskan bahwa biaya tambahan yang timbul akibat investasi perusahaan pada
persediaan harus dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai biaya dalam
periode terjadinya biaya. Dengan dikeluarkannya biaya tambahan dari persediaan akan
diakui sebagai beban pada periode terjadinya biaya, maka dapat menyebabkan
penurunan laba perusahaan.
Tax Avoidance.
Merks dalam Wardani dan Khoiriyah (2018) memberikan cara yang dilakukan
perusahaan dalam melakukan praktik tax avoidance seperti berikut :
374
SCIENTIFIC JOURNAL OF REFLECTION: p-ISSN 2615-3009
Economic, Accounting, Management and Business e-ISSN 2621-3389
Vol. 2, No. 4, October 2019
1. Memindahkan subjek ataupun objek pajak ke negara-negara yang memberikan
perlakuan pajak khusus atau keringanan pajak (tax heaven country) atas suatu jenis
penghasilan (substansive tax planning).
2. Usaha tax avoidance tetap mempertahankan substansi ekonomi dari transaksi yang
memberikan beban pajak yang paling rendah (formal tax planning).
3. Tax avoidance atas transaksi transfer pricing, thin capitalization, treaty shopping,
dan controlled foreign corporation (specificnti tax avoidance rule), serta transaksi
yang tidak memiliki substansi dari sebuah bisnis.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif sedangkan tipe atau jenis
penelitian ini adalah asosiatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu tahapan untuk
menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat
menganalisis keterangan menggenai apa yang ingin diketahui. Sedangkan penelitian
asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau
hubungan antara dua variabel atau lebih. Data kuantitatif yang berbentuk angka yang
dapat dihitung dan diukur jumlahnya yang kemudian akan diolah menggunakan alat
bantu statistik SPSS. Adapun sumber data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data
sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Di mana tujuan penelitian
ini yaitu untuk mengetahui pengaruh konservatisme akuntansi, inventory intensity
terhadap tax avoidance.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor Food and
Beverages yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode 2013 – 2017
yang berjumlah 21 perusahaan yaitu: PT Akasha Wira International Tbk, Prasidha
Aneka Niaga Tbk, Prima Cakrawala Abadi, PT Buyung Poetra Sembada Tbk, PT
Campina Ice Cream Industry Tbk, PT Delta Djakarta Tbk, PT Fast Food Indonesia Tbk,
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT MAP
Boga Adiperkasa Tbk, PT Mayora Indah Tbk, PT Multi Bintang Indonesia Tbk, PT
Nippon Indosari Corporindo Tbk, PT Sariguna Primatirta Tbk, PT Sekar Bumi Tbk, PT
Sekar Laut Tbk, PT Siantar Top Tbk, PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, PT Tri Banyan
Tirta Tbk, PT Ultrajaya Milk Industry Tbk, PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
375
SCIENTIFIC JOURNAL OF REFLECTION: p-ISSN 2615-3009
Economic, Accounting, Management and Business e-ISSN 2621-3389
Vol. 2, No. 4, October 2019
Adapun teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.
Jumlah sampel yaitu sebanyak 8 (delapan) perusahaan dengan periode penelitian selama
5 (lima) tahun dari 2013-2017, maka total sampel adalah 40.
Tabel 1. Kriteria Sampel Penelitian
Pelanggaran
Keterangan Jumlah
Kriteria
Jumlah Perusahaan Food and Beverages yang
21
terdapat di Indonesia
Perusahaan Food and Beverages yang tidak
menerbitkan laporan keuangan selama tahun 2013 (7) 14
– 2017
Perusahaan Food and Beverages yang mengalami
(6) 8
kerugian selama tahun 2013– 2017
Periode Penelitian (Tahun) 5
Jumlah sampel penelitian : 8 x 5 tahun 40
Sumber: Data penelitian, 2018
Berdasarkan tabel proses seleksi sampel tersebut maka sampel perusahaan yang
digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Daftar Sampel Perusahaan
No Perusahaan Kode
1 PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. CEKA
2 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP
3 PT Indofood Sukses Makmur Tbk INDF
4 PT Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI
5 PT Mayora Indah Tbk MYOR
6 PT Sekar Laut Tbk SKLT
7 PT Siantar Top Tbk STTP
8 PT Ultrajaya Milk Industry Tbk ULTJ
Sumber: Data penelitian, 2018
HASIL PENELITIAN
Uji parsial (t test) menurut Ghozali (2016) digunakan untuk mengetahui pengaruh
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Dasar pengambilan
keputusan untuk pengujian secara partial ini adalah dengan membandingkan p-value
dengan α sebesar 0,05, jika p-value < alpha 0,05, maka Ho ditolak dan sebaliknya jika ,
jika p-value > alpha 0,05 maka Ho diterima
376
SCIENTIFIC JOURNAL OF REFLECTION: p-ISSN 2615-3009
Economic, Accounting, Management and Business e-ISSN 2621-3389
Vol. 2, No. 4, October 2019
Tabel 3. Uji Statistik t (Uji Partial)
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,323 ,022 14,968 ,000
Konservatisme -,152 ,074 -,299 -2,061 ,046
akuntansi
Inventory -,197 ,080 -,357 -2,460 ,019
intensity,
Sumber: Data penelitian, 2018
Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan bahwa dari kedua variabel independen
yang dimasukkan ke dalam model regresi berpengaruh signifikan terhadap tax
avoidance. Dalam pengujian ini, diperoleh ttabel sebesar 2,026 dan taraf signifikansi α
adalah sebesar 0,05. Hasil dari tabel di atas diketahui bahwa konservatisme akuntansi
memiliki thitung sebesar 2,061 di mana nilai 2,061 > 2,026 dan nilai signifikan sebesar
0,046 di mana 0,046 < 0,05 sehingga H1 diterima, yang artinya konservatisme akuntansi
berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance pada perusahaan manufaktur yang
bergerak pada sektor food and beverages yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dari
perode 2013-2017.
Inventory intensity memiliki thitung sebesar 2,460 di mana 2,460 > 2,026 dan nilai
signifikan sebesar 0,019 dimana 0,019 < 0,05 sehingga H2 diterima, yang artinya
inventory intensity berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance pada perusahaan
manufaktur yang bergerak pada sektor food and beverages yang terdaftar pada Bursa
Efek Indonesia dari perode 2013-2017.
Temuan di atas secara statistik memiliki arti:
1. Jika konservatisme akuntansi meningkat sebesar satu-satuan maka tax avoidance
akan menurun sebesar -0,299. Dengan kata lain, konservatisme akuntansi pada
industri food & beverage bertindak sebagai pencegahan yang dapat menurunkan
kecurangan pajak (tax avoidance).
2. Jika inventory intensity meningkat sebesar satu-satuan maka tax avoidance akan
menurun sebesar -0,357. Dengan kata lain, inventory intensity pada industri food
& beverage bertindak sebagai pencegahan yang dapat menurunkan kecurangan
pajak (tax avoidance).
Adapun penjelasan empiris dari temuan di atas adalah:
377
SCIENTIFIC JOURNAL OF REFLECTION: p-ISSN 2615-3009
Economic, Accounting, Management and Business e-ISSN 2621-3389
Vol. 2, No. 4, October 2019
1. Bahwa kegiatan konservatisme akuntansi dan inventory intensity pada industri
food & beverage mematahkan perdebatan para ahli, khususnya yang berpendapat
bahwa konservatisme akuntansi dan inventory intensity beresiko terjadinya
tindakan kecurangan pajak (tax avoidance).
2. Perlu di ingat bahwa kegiatan kegiatan konservatisme akuntansi dan inventory
intensity dalam industri food & beverage adalah salah satu kegiatan yang
fundamental. Dengan kata lain, perusahaan akan sangat hati-hati terhadap
tindakan tax avoidance melalui ke dua kegiatan tersebut, karena bisa jadi akan
menjadi bumerang yang justru merugikan perusahaan secara besar dan hilangnya
opportunity costi di masa mendatang (hilangnya kepercayaan stake holder).
3. Hasil statistik menunjukkan jika inventory intensity adalah variabel yang potensial
dalam menekan tax avoidance. Tentu ini informasi berguna bagi Dirjen Pajak
untuk dijadikan item penting di dalam laporan pajak badan, atau barang kali dapat
dijadikan suatu strategi kebijakan pajak di masa mendatang dalam menilai
kekayaan perusahaan dan kebenaran pelaporan pajak.
Tabel 4. Uji Statistik F (Uji Simultan)
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
1 Regression ,018 2 ,009 5,320 ,009b
Residual ,062 37 ,002
Total ,080 39
Sumber: Data penelitian, 2018
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Fhitung sebesar 5,320 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,009. Sedangkan untuk mencari Ftabel dengan jumlah sampel (n) =
40; jumlah variabel (k) = 3; taraf signifikansi (α ) = 0,05; df1 = k-1 = 3-1 = 2 dan df2 =
n-k = 40-3 = 37 diperoleh nilai F tabel sebesar 3,25. Sehingga F hitung (5,320 > F tabel
(3,25) dan nilai signifikansi (0,009) < taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian H3
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen yang terdiri dari
konservatisme akuntansi dan inventory intensity secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap tax avoidance pada perusahaan manufaktur yang bergerak pada
sektor food and beverages yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dari periode 2013-
2017.
378
SCIENTIFIC JOURNAL OF REFLECTION: p-ISSN 2615-3009
Economic, Accounting, Management and Business e-ISSN 2621-3389
Vol. 2, No. 4, October 2019
Temuan di atas menegaskan bahwa konservatisme akuntansi dan inventory
intensity senyatanya adalah salah satu indikator yang potensial di dalam menekan
kemungkinan terjadinya tax avoidance. Temuan ini bagi pemerintah adalah sebuah
informasi yang menggembirakan, bahwa penerimaan pajak negara akan lebih besar
diperoleh dari perusahaan manufaktur food and beverages. Namun di sisi lain,
pemerintah perlu memberikan umpan balik atas kepatuhan wajib pajak badan
manufaktur food and beverages, yakni dengan memberikan insentif-insentif yang dapat
menumbuhkan semangat kesadaran membayar pajak. Misalnya dengan melahirkan
kebijakan pajak yang meringankan, membangun infrastruktur yang mempermudah dan
memperlancar distribusi perusahaan manufaktur, mempromosikan dan mengundang
para investor asing untuk menanamkan modalnya di perusahaan food and beverages,
menciptakan lingkungan ekonomi dalam negeri yang sehat, menstabilkan
ketenagakerjaan dan membantu menciptakan pasar.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menegaskan bahwa industri food and beverages terhindar dari
kegiatan tax avoidance dari sisi kegiatan konservatisme akuntansi dan inventory
intensity. Bahkan kedua kegiatan tersebut dimungkinkan dapat menekan kegiatan
kecurangan pajak (tax avoidance). Selain itu, hal yang menarik adalah temuan ini
membantah stigma buruk mengenai kegiatan konservatisme akuntansi dan inventory
intensity dalam penyusunan laporan keuangan yang berkualitas dan kepatuhan wajib
pajak badan. Artinya, bagi perusahaan food and beverages kegiatan konservatisme
akuntansi dan inventory intensity adalah kegiatan inti akuntansi yang tidak punya celah
untuk melakukan kecurangan pajak. Karena hal tersebut cukup beresiko terhadap
opportunity perusahaan di masa mendatang (dalam hal ini kepercayaan stake holder).
Selain itu, kedua kegiatan tersebut menegaskan bahwa kegiatan ini sangat mudah
ditelusuri bukti-bukti akuntansinya, dengan demikian sangat mudah bagi pemerintah
(dalam hal ini Dirjen Pajak) untuk mengungkap kejanggalan-kejanggalan.
DAFTAR PUSTAKA
Anindyka, D., Pratomo, D., & Kurnia, K. (2018). Pengaruh Leverage (Dar), Capital
Intensity Dan Inventory Intensity Terhadap Tax Avoidance (Studi Pada
379
SCIENTIFIC JOURNAL OF REFLECTION: p-ISSN 2615-3009
Economic, Accounting, Management and Business e-ISSN 2621-3389
Vol. 2, No. 4, October 2019
Perusahaan Makanan Dan Minuan Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2011-
2015). eProceedings of Management, 5(1).
Ghozali, Imam. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 23
(Edisi 8). Cetakan ke VIII. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Hand, D. J. (2017). Practical longitudinal data analysis. Routledge.
Kasmir. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Muzakki, M. R., & Darsono, D. (2015). Pengaruh Corporate Social Responsibility Dan
Capital Intensity Terhadap Penghindaran Pajak. Diponegoro Journal of
Accounting, 4(3), 445-452.
Paradina, D., & Tarmizi, M. I. (2017). Pengaruh Manajemen Laba dan Tax Planning
dengan Konservatisma Akuntansi sebagai Variabel Intervening Terhadap
Sengketa Pajak Penghasilan. JABE (Journal of Applied Business and Economic),
1(3), 145-159.
Permata, A. D., Nurlaela, S., & Wahyuningsih, E. M. (2018). Pengaruh Size, Age,
Profitability, Leverage dan Sales Growth terhadap Tax Avoidance. Jurnal
Akuntansi dan Pajak, 19(1), 10-20.
Rusydi, M. K., Utama, S., & Djakman, C. D. (2017). Pajak dan Konservatisme
Akuntansi. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 8(1), 216-226.
Sarra, H. D. (2017). PENGARUH KONSERVATISME AKUNTANSI, KOMITE
AUDIT DAN DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN TERHADAP
PENGHINDARAN PAJAK (Studi Empiris Pada Industri Kimia dan Logam di
Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014). Competitive, 1(1), 63-86.
Sundari, N., & Aprilina, V. (2017). Pengaruh Konservatisme Akuntansi, Intensitas Aset
Tetap, Kompensasi Rugi Fiskal dan Corporate Governanace Terhadap Tax
Avoidance. JRAK: Jurnal Riset Akuntansi dan Komputerisasi Akuntansi, 8(1),
85-109.
Susanti, C. M. (2019). PENGARUH KONSERVATISME, LEVERAGE,
PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP TAX
AVOIDANCE. JURNAL INFORMASI, PERPAJAKAN, AKUNTANSI DAN
KEUANGAN PUBLIK, 13(2), 181-198.
Wardani, D. K., & Khoiriyah, D. (2018). Pengaruh Strategi Bisnis dan Karakteristik
Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak. Akuntansi Dewantara, 2(1), 25-36.
Wardhani, R. (2008). Tingkat konservatisme akuntansi di Indonesia dan hubungannya
dengan karakteristik dewan sebagai salah satu mekanisme corporate governance.
Simposium Nasional Akuntansi XI, 1-26.
Wijaya, S. E., & Febrianti, M. (2017). PENGARUH SIZE, LEVERAGE,
PROFITABILITY, INVENTORY INTENSITY DAN CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN PAJAK. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi, 19(1a-4), 274-280.
380