LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK II
METIL SALISILAT
DISUSUN OLEH : AB2 (Kurikulum Lama)
YANDIANA PUTRI Y.S (110116258)
LUKE ADRIAN M (110117013)
SALLYNA HENDRIK (110117110)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SURABAYA
2020-2021
I. DAFTAR PUSTAKA
1. Furniss, B.S, et al, 1989, Vogel’s Textbook of Practical Organic Chemistry, 5th
Edition, Pearson Education, London, p. 1077 - 1078
2. NK Vishnoi, 1982, Advanced Practical Organic Chemistry, First edition reprint,
Vikas Publishing House. PVT. Ltd New Delhi, p. 363
3. Willbraham Antony C, Matta Michael S, 1992, Pengantar Kimia Organic dan Hayati,
Southern Illinois University, Edwarrsville, Penerbit ITB, p. 149
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.
Jakarta. Halaman 551
II. PROSEDUR
In a 500-ml round-bottomed flask place a mixture of 30 g (0.246 mol) of benzoic
acid, 80 g (101 ml, 2.5 mol) of absolute methanol and 5 g (2.7 ml) of concentrated
sulphuric acid. Add a few small chips of porous porcelain, attach a reflux condenser and
boil the mixture gently for 4 hours (1). Distil of the excess of alcohol on a waterbath
(rotary evaporator) and allow to cool. Pour the residue into about 250 ml of water
contained in a separatory funnel and rinse the flask with a few ml of water which are also
poured into the separatory funnel. If, owing to the comparatively slight difference
between the density of the ester and of water, difficulty is experienced in obtaining a
sharp separation of the lower ester layer and water, add 10-15 ml of carbon tetrachloride
(2) and shake the mixture in funnel vigorously; upon standing, the heavy solution of
methyl benzoate in the carbon tetrachloride separates sharply and rapidly at the bottom
of the separatory funnel. Run off the lower layer carefully, reject the upper aqueous layer,
return the metyl benzoate to the funnel and shake it with a strong solution of sodium
hydrogen carbonate until all free acid is removed and no further evolution of carbon
dioxide occurs. Wash once with water, and dry by pouring into a small dry conical flask
containing about 5 gram of magnesium sulphate. Stopper the flask, shake for about 5
minutes and allow to stand for at least half an hour with occasional shaking. Filter the
metyl benzoate solution through a small fluted filter paper directly into a round-bottomed
flask fitted with a still-head carrying a 360oC thermometer and a air condeser. Add a few
boiling chips and distil from an air bath; raise the temperature slowly at first until all
carbon tetrachloride has passed over and then heat more strongly. Collect the metyl
benzoate (coloutless liquid) at 198-200oC . te yield is 31 gram 92%.
1
Methyl salicylate Use 28 gr (0,2 mol) of salicylic acid, 64 g (81 ml, 2 mol) of dry
methanol and 8 ml of concentrates sulphuric acid. Reflux the mixture for at least 5 hours
and work up as for methyl benzoate. Collect the pure methyl salicylate (a colourless oil
of delightful fragrance, ‘oil of wintergreen’) at 221-224oC; the yield is 25 g (81 %). The
ester may also be distilled under reduced pressure; the b.p. is 115oC / 20mmHg and a 2oC
fraction should be collected.
III. DASAR TEORI
Ester merupakan turunan dari asam karboksilat, yang memiliki aroma spesifik
dan terdapat di alam, antara lain : metil butirat (ditemui pada buah apel), dan metil
antranilat (ditemui pada buah anggur). Selain tersedia di alam, senyawa ester lain dapat
pula didapat dengan cara sintesis. Sintesis dapat dilakukan dengan reaksi SN-2 antara ion
karboksilat dan alkil halida primer, reaksi antara halida asam dan alkohol dengan adanya
basa, dan esterifikasi Fischer (asam karboksilat dan alkohol dengan katalis asam). Ester
umumnya digunakan baik untuk pelarut, essence, bahan obat, dll.
Metil salisilat, salah satu senyawa ester, digunakan sebagai bahan aktif produk
farmasi. Senyawa ini memiliki rumus kimia C8H8O3. Dalam suhu ruangan, metil salisilat
berupa cairan tidak berwarna, aroma khas, dan larut dalam alkohol namun sukar larut
dalam air. Metil salisilat pada umumnya, digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat
salep. Metil salisilat dibuat melalui esterifikasi dengan bahan dasar metanol dan asam
salisilat, dengan katalis tertentu. Reaksi esterifikasi sendiri adalah reaksi pembentukan
ester, dengan bahan dasar alkohol dan asam karboksilat. Hal ini berkaitan juga dengan
ester asam karboksilat yang merupakan turunan dari asam karboksilat sendiri. Ester asam
karboksilat merupakan senyawa yang memiliki gugus -COOR dengan R berupa alkil
ataupun aril. Reaksi sintesis metil salisilat ini mengikuti reaksi esterifikasi Fischer
dengan mekanisme reaksi sebagai berikut:
2
1. Transfer proton dari katalis asam ke atom oksigen karbonil, sehingga meningkatkan
elektrofilisitas dari atom karbon karbonil.
2. Protonasi terhadap salah satu gugus karbonil, yang diikuti oleh pelepasan molekul
air menghasilkan ester.
3. Terjadi pelepasan proton dari gugus hidroksil milik alkohol, menghasilkan kompleks
teraktivasi.
Esterifikasi Fischer merupakan reaksi yang bersifat reversible, sehingga untuk
memperoleh hasil yang diinginkan, perlu dilakukan penambahan alkohol secara berlebih,
untuk menciptakan kesetimbangan beranjak ke arah pembentukan ester. Apabila ester
dipanaskan dengan air yang berlebih dan katalis asam, ester dapat terhidrolisis kembali.
IV. TUJUAN
1. Menjelaskan pembentukan metil salisilat melalui reaksi esterifikasi Fischer
2. Menjelaskan mekanisme reaksi SN-2 metil salisilat
3. Menjelaskan cara pemisahan dan pemurnian metil salisilat
V. ALAT DAN BAHAN
Alat : Bahan :
1. Set alat refluks (1 set) 1. Asam salisilat 28 g (0,2 mol)
2. Set alat destilasi (1 set) 2. Metanol 81 ml (2 mol)
3. Labu alas bulat (250 ml) 3. Asam sulfat pekat 8 ml
4. Penangas air 4. CCl4 10 ml
5. Pendingin udara 5. NaHCO3 q.s
6. Labu Erlenmeyer 6. MgSO4 anhidrat q.s
7. Termometer
8. Corong kaca
9. Corong pisah
10. Gelas ukur
11. Kertas saring
12. Pipet tetes
VI. REAKSI
3
Reaksi Umum :
Mekanisme Reaksi :
VII. SKEMA KERJA
Dimasukkan 28 gram asam salisilat + 81 ml metanol + 8 ml H2SO4
pekat ke dalam labu alas bulat 250 ml
Ditambahkan batu didih secukupnya kemudian direfluks selama 5 jam
Didinginkan, lalu di destilasi menggunakan labu alas bulat leher panjang
dengan pendingin liebig dan water bath.
Dipindahkan hasil destilat ke dalam corong pisah yang terlah berisi air ,
kemudian kocok lalu tunggu ±5 menit.
Bagian atas (air) Metil salisilatnya (bagian
bawah dari corong pisah)
4
Ditambahkan CCl4 kedalam metil salisilat, kemudian pisahkan
kembali metil salisilat + CCl4 dari air menggunakan corong pisah
Bagian atas (air) Metil salisilatnya (bagian
bawah dari corong pisah)
Ditambahakan NaHCO3 10 % 20 ml pada metil salisilat sedikit demi sedikit sampai
tidak terbentuk gelembung, Pisahkan metil salisilat menggunakan corong pisah
Bagian atas (air) Metil salisilatnya (bagian
bawah dari corong pisah)
Di destilasi Metil Ditambahkan MgSO4 Metil salisilat Dicuci
Keringkan hasil
salisilat murni anhidrat untuk kembali menggunakan
destilat, timbang
pada suhu 221- mengeringkan air air, kemudian pisahkan
hasil lalu masuk
224oC dengan selama 1 jam, lagi dengan
botol diberi etiket
penangas udara dituangkan ke dalam menggunakan corong
dan pendingin labu destilasi leher posah, tampung metil
udara pendek salisilat dalam elemeyer
5
VIII. GAMBAR PEMASANGAN ALAT
Asam salisilat 28
gram Methanol 64 g
(81 ml)
Batu didih H2SO4 pekat
8 mL
Ditambahkan batu didih
kemudian dikocok
Didestilasi Water
bath
Asam salisilat +
methanol + H2SO4 p
+ batu didih
Direfluk Asa
selama 5 jam m
Sumbat gabus diberi sedikit salis
ilat
+
met
han
ol +
H2S
O4
6 peka
t
+
7
Destilat dituang ke
dalam labu destilasi
Dilakukan destilasi metil salisilat murni pada suhu 8
221-224oC di atas penangas udara dan pendingin
udara. Lalu ditimbang hasilnya
IX. PEMBAHASAN
Sintesis metil salisilat dilakukan mengikuti reaksi esterifikasi Fischer.
Esterifikasi mirip dengan sintesis aspirin pada praktikum sebelumnya, namun bahan yang
digunakan berbeda. Pada sintesis metil salisilat ini menggunakan asam salisilat dan
metanol. Gugus OH pada metanol akan bertindak sebagai nukleofil dan mempengaruhi
atom C positif, kemudian terjadi tata ulang dan akhirnya membentuk sebuah esterDestilat
metil
salisilat. Reaksi merupakan reaksi SN-2. dituang ke
Pada pelaksanaan praktikum, bahan yang perlu disediakan adalah asam dalam labu
salisilat
destilasi
dan metanol (sebagai bahan dasar), H2SO4 pekat, CCl4, NaHCO3, dan MgSO4. Alat-alat
yang perlu disiapkan antara lain 1 set alat refluks dan 1 set alat destilasi, corong pisah
dan alat pendukung lainnya. Langkah memasukkan bahan dasar ke dalam labu alas bulat
perlu diperhatikan karena bahan yang digunakan dapat bumping (metanol dengan H2SO4
dapat muncul reaksi pada pemanasan mendadak) dan agar bahan dapat masuk seluruhnya,
oleh karena itu sebaiknya tidak digunakan corong karena dapat menyebabkan tersumbat
dan bahan yang akan direaksikan berkurang. Kemudian ditambahkan batu didih agar
menghindari bumping. Campuran direfluks selama 5 jam. Campuran kemudian
didestilasi untuk menghilangkan metanol. Apabila digunakan labu destilasi, maka
digunakan labu destilasi leher panjang untuk memisahkan berdasarkan perbedaan titik
didihnya (T.d metanol 66°C, air 100°C, metil salisilat 220°C). Perlu dipastikan pada saat
destilasi, terdapat sedikit celah untuk mengurangi tekanan yang terlalu tinggi pada sistem,
karena dapat menyebabkan pecah. Campuran yang telah didestilasi kemudian
Ter
dimasukkan ke dalam corong pisah untuk
mo dipisahkan berdasarkan berat jenis.
Termometer
Ditambahkan air kemudian dikocok dan didiamkan beberapa saat, hingga terlihat batas
pemisah antara fase ester dan air. Apabila batas pemisah tidak terlihat dengan jelas (hal
Adaptor 9
Waterbath Air keluar
Air masuk Eter 45oC
ini dapat disebabkan karena adanya metil salisilat yang sedikit larut dalam air), dapat
ditambahkan CCl4. Air dan H2SO4 akan berada pada bagian atas, dan metil salisilat akan
berada pada bagian bawah. Langkah selanjutnya dapat ditambahkan NaHCO3 tetes demi
tetes, dengan tujuan menetralkan sisa H2SO4 yang mungkin masih terdapat pada metil
salisilat. NaHCO3 ditambahkan tetes demi tetes hingga tidak terbentuk lagi gelembung
(gelembung CO2) pada bagian atas corong pisah. Selanjutnya metil salisilat dibilas
sedikit dengan air, kemudian dipisahkan kembali dengan corong pisah. Metil salisilat
yang telah dipisahkan, dipindahkan ke dalam labu erlenmeyer, untuk ditambahkan
dengan MgSO4 sebagai pengering. Pengering digunakan untuk mengikat sisa-sisa air
yang mungkin masih terkandung dalam metil salisilat. Campuran kemudian disaring dan
ditampung dalam labu destilasi leher pendek. Labu leher pendek dipilih karena perbedaan
titik didih yang jauh antara CCl4 dan metil salisilat. Karena titik didih yaang tinggi, maka
digunakan penangas udara dan pendingin udara. Pemilihan penangas dan pendingin
dilakukan berdasarkan titik didih senyawa dan efisiensi. Setelah didestilasi, hasil
ditampung, ditimbang dan dimasukkan ke dalam botol hasil.
X. KESIMPULAN
1. Sintesis metil salisilat dapat dilakukan dengan reaksi esterifikasi Fischer yang
bersifat reversible
2. Mekanisme reaksi mengikuti SN-2 melibatkan karbo kation dan OH sebagai gugus
nukleofil
3. Pemisahan dan pemurnian dilakukan dengan menggunakan corong pisah (prinsip
berat jenis) dan destilasi sederhana (prinsip perbedaan titik didih) dengan perlakuan
yang sesuai
XI. HASIL DISKUSI PRAKTIKUM
Titik Kritis :
1. Kelompok 8: Untuk labu alas bulat saat memasukkan serbuk tidak memerlukan
corong gelas karena jika menggunakan corong gelas asam salisilat dapat
menggumpal, jadi bisa di tuang tanpa corong gelas.
2. Kelompok 1: dipakai labu alas bulat leher panjang karena dipakai untuk pemanasan
titik didih yang rendah.
3. Kelompok 3: tujuan di tambah batu didih untuk menghindari bumping.
10
4. Kelompok 6 : alat destilasi, pada saat destilasi harus diberi celah, karena jika tidak
diberi celah akan terjadi peningkatan tekanan dalam sistem yang bisa menyebabkan
alat pecah
5. Kelompok 7 : arah corong kaca seharusnya tidak menghadap ke pipa samping agar
air atau cairan nya agar tidak keluar-keluar
6. Kelompok 2 : waktu refluks bagian atasnya tidak perlu di beri corong dan kapas .
7. Kelompok 9 : reaksi esterifikasi bersifat reversible sehingga memerlukan waktu yang
lama, disinilah diperlukan H2SO4 yang berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat
reaksi yang terjadi.
8. Kelompok 2: untuk menambahkan H2SO4 bisa sambil dialiri air keran untuk
menghindari reaksi eksoterm
9. Kelompok 1 : labu metil salisilat ditambahkan NaHCO3 fungsinya untuk menetralkan
kelebihan asam atau suasana yang awalnya cenderung suasana asam karena H 2SO4
maka oleh NaHCO3 yang bersifat basa suasana berubah menjadi netral, suasana netral
dapat diketahui dengan tidak adanya gelembung-gelembung
10. Kelompok 3 : antara metil salisilat dengan air memiliki densitas rendah . sehingga
untuk memperoleh pemisahan yg tajam (pemisahan jelas terlihat), ditambahkan CCl4
ke dalam metil salisilat, dengan penambahan CCl4 metil salisilat akan memisah
dengan tajam dan cepat di bagian bawah corong
Pertanyaan :
1. Kelompok 5: H2SO4 bersifat sebagai katalis, kalau H2SO4 diganti dengan katalis
lainnya apakah bisa ?
- Kelompok 2: kalau diganti dengan katalisator lain bisa, tapi mungkin terjadi
reaksi lain. Dapat diganti dengan katalis lain yang dapat mendonor proton seperti
HCl.
2. Kelompok 2 : Mengapa proses refluks harus di lakukan selama 5 jam?
- Kelompok 5 : karena proses sintesis metil salisilat membutuhkan waktu untuk
mencapai kesetimbangan.
- Kelompok 6 : karena metil salisilat dibuat dengan asam salisilat dengan methanol,
pada asam salisihat terdapat gugus OH di posisi orto jdi membutuhkan waktu
yang lebih lama.
3. Kelompok 9 : Apakah jika sudah di beri batu didih, jika tidak ada celah akan tetap
terjadi bumping?
11
- Kelompok 2: kalau sudah ditambah batu didih, kemungkinan bumping sudah
berkurang, namun resiko bumping tetap ada apabila suhu terlalu tinggi.
4. Kelompok 2: MgSO4 digunakan sebagai pengering, kalau tidak dipakai bagaimana?
Dan tujuannya untuk menghilangkan air sedangkan di destilasi juga bisa
menghilangkan air.
- Pak Ari : Tidak digunakan tidak apa-apa, namun karena konteks praktikumnya
mengambil kembali zat-zat yang tidak diperlukan, maka molekul air berlebih
diambil (diikat) dengan MgSO4.
5. Kelompok 2 : Mengapa pada proses destilasi terakhir menggunakan penangas udara
dan pendingin udara?
- Kelompok 9 : karena titik didih dari metil salisilat sekitar 220ºC sehingga tidak
bisa menggunakan penangas air, karena titik didih air suhunya hanya mencapai
100ºC.
XII. TANDA TANGAN PESERTA PRAKTIKUM
Yandiana Putri Y.S Luke Adrian M Sallyna Hendrik
(110116258) (110117013) (110117110)
12