0% found this document useful (0 votes)
33 views15 pages

Jurnal Indonesia 1

This document summarizes a study that examined the relationship between husband support and maternal anxiety levels during the delivery process at Dr. M. Yasin Bone Hospital. The study used a descriptive analytic design with a cross-sectional approach and total sampling of 30 postpartum women. Bivariate analysis found a significant relationship between husband support and maternal anxiety levels during delivery (p = 0.003 <α = 0.05). The study aims to determine if husband support is related to lower maternal anxiety during the delivery process at the hospital.

Uploaded by

Monarahayu
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
33 views15 pages

Jurnal Indonesia 1

This document summarizes a study that examined the relationship between husband support and maternal anxiety levels during the delivery process at Dr. M. Yasin Bone Hospital. The study used a descriptive analytic design with a cross-sectional approach and total sampling of 30 postpartum women. Bivariate analysis found a significant relationship between husband support and maternal anxiety levels during delivery (p = 0.003 <α = 0.05). The study aims to determine if husband support is related to lower maternal anxiety during the delivery process at the hospital.

Uploaded by

Monarahayu
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 15

JHNMSA Vol. 1 No.

2, Desember 2020, ISSN: 2746-4636

HUBUNGAN PENDAMPINGAN SUAMI TERHADAP TINGKAT


KECEMASAN IBU SELAMA PROSES PERSALINAN
DI RUMAH SAKIT dr. M. YASIN BONE
Fitriani
Universitas Puangrimaggalatung
fitriani@uniprima.ac.id
Nirmawati Darwis
Universitas Puangrimaggalatung
nirmawatidarwis@uniprima.ac.id
Ery Wardanengsih
Universitas Puangrimaggalatung
ery@uniprima.ac.id

ABSTRACT
Childbirth is an important event that is eagerly awaited by every married couple. So all moral
and material support is poured out by the husband, family and even all members of society, for
the welfare of the mother and fetus. However, approaching the delivery process, various
feelings will be mixed in the hearts of pregnant women. Apart from being impatient to see her
baby come into the world, fear and anxiety in facing the birth process raged in her mind. The
purpose of this study was to determine the relationship between husband's assistance and
maternal anxiety levels during the delivery process at dr. M. Yasin Bone. The design used in
this study is descriptive analytic with a cross sectional study approach. Sampling in this study
using total sampling method with a sample size of 30 people. The research instrument used
was a questionnaire and the data were analyzed using the SPSS 21 program. Bivariate analysis
was obtained by Asymp sing (2-sided) in ρ = 0.003 <α = 0.05. So it can be concluded that there
is a relationship between husband's assistance and the level of anxiety of the mother during the
delivery process at dr. M. Yasin Bone.

Keywords : Husband's assistance, Maternal Anxiety.

42
Pendahuluan
Persalinan atau melahirkan bayi adalah suatu proses normal pada wanita usia subur.
Persalinan merupakan peristiwa penting yang sangat ditunggu oleh setiap pasangan
suami-istri. Maka segala dukungan moral dan material dicurahkan oleh suami, keluarga
bahkan seluruh anggota masyarakat, demi kesejahteraan ibu dan janinnya. Namun
mendekati proses persalinan berbagai perasaan akan campur-aduk dalam hati para ibu
hamil. Selain tidak sabar ingin melihat buah hatinya lahir ke dunia, rasa takut dan cemas
menghadapi proses persalinan berkecamuk dalam pikiran (Hasanah 2018). Berdasarkan
data World Health Organization 2017 diperoleh Kematian ibu sangat tinggi. Sekitar 295.000
wanita meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan pada 2017. Mayoritas
besar dari kematian ini (94%) terjadi di rangkaian sumber daya rendah, dan sebagian besar
bisa dicegah. Setiap hari pada tahun 2017, sekitar 810 wanita meninggal karena sebab
yang dapat dicegah terkait dengan kehamilan dan peroleh. Pada saat yang sama, antara
tahun 2000 dan 2017, Asia Selatan mencapai pengurangan MMR keseluruhan terbesar:
penurunan hampir 60% (dari MMR 384 menjadi 157). Meskipun MMR-nya sangat tinggi
pada tahun 2017, Afrika sub-Sahara sebagai sub-wilayah juga mencapai pengurangan
substansial dalam MMR hampir 40% sejak tahun 2000. Selain itu, empat sub-wilayah lain
secara kasar membagi dua MMR mereka selama periode ini: Asia Tengah, Timur Asia,
Eropa dan Afrika Utara. Secara keseluruhan, rasio kematian ibu (AKI) di negara-negara
berkembang menurun hanya di bawah 50% (WHO,2017).
Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu dari
390 menjadi 228. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang
signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali
menujukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup
berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 (Kemenkes RI,2016).
Menurut Kemenkes RI Tahun 2017, secara umum terjadi penuruan kematian ibu selama
periode 1991-2015. Terjadi penurunan AKI di Indonesia dari 390 pada tahun 1991 menjadi
305 pada tahun 2015 (Kurtenbach,2019). Menurut Kemenkes RI Tahun 2018, secara
umum terjadi penurunan kematian ibu selama periode 1991-2015 dari 390 menjadi 305 per
100.000 kelahiran hidup. Walaupun terjadi kecenderungan penurunan angka kematian ibu,
namun tidak berhasil mencapai target MDGs yang harus dicapai yaitu sebesar 102 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Hasil supas tahun 2015 memperlihatkan angka
kematian ibu tiga kali lipat dibandingkan target MDGs (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia,2019). Dari data Kemenkes RI Tahun 2016,2017 dan 2018, dapat disimpulkan
bahwa AKI di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami penurunan walaupun tidak begitu
signifikan.
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan
ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami
gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/ RTA, masih baik), kepribadian
masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/ splitting of personality), prilaku
dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari,2013). Kecemasan yang
dialami oleh ibu bersalin semakin lama akan semakin meningkat seiring dengan semakin
seringnya kontraksi pada abdomen sehingga keadaan ini akan membuat ibu stress pada
saat persalinan. Stress psikologis yang dialami ibu pada saat akan bersalin menyebabkan
meningkatnya rasa nyeri dan cemas (Mafikasari dan Kartikasari,2015). Untuk mengurangi
kecemasan pada saat persalinan ialah dengan adanya kehadiran pendamping, seperti
suami, ibu kandung, saudara atau sahabat perempuan ibu. Kehadiran orang kedua atau
pendamping atau penolong persalinan dapat memberi kenyamanan pada saat bersalin.
Kehadiran pendamping pada saat persalinan dapat menimbulkan efek positif terhadap
persalinan, yaitu dapat menurunkan morbiditas, mengurangi rasa sakit, mempersingkat

43
persalinan, dan menurunkan angka persalinan dengan operasi termasuk bedah caesar
(Corsi, Marmi, dan Lillo,2016).
Suami adalah pendamping persalinan yang sangat penting dan dianjurkan untuk
melakukan peran aktif dalam mendukung ibu dan mengidentifikasikan langkah-langkah
yang mungkin untuk kenyamanan ibu (Sari dan Rimandini,2014). Kehadiran suami akan
membawa ketenangan dan menjauhkan sang ibu dari stres dan kecemasan yang dapat
mempersulit proses kelahiran dan persalinan, membawa pengaruh positif secara psikologis,
dan berdampak positif pula pada kesiapan ibu secara fisik. Dukungan suami dalam proses
persalinan akan memberikan efek pada ibu yaitu dalam hal emosi, emosi ibu yang tenang
yang menyebabkan sel-sel sarafnya mengeluarkan hormonoksitosin yang reaksinya akan
menyebabkan kontraksi pada rahim pada akhir kehamilan untuk mengeluarkan bayi (Sari
dan Rimandini,2014). Dukungan suami dapat berupa dorongan, motivasi terhadap istri baik
secara moral maupun material serta dukungan fisik, psikologis, emosi, informasi, penilaian
dan finansial. Dukungan minimal berupa sentuhan dan kata-kata pujian yang membuat
nyaman serta memberi penguatan pada saat proses persalinan berlangsung hasilnya akan
mengurangi durasi kelahiran (Corsi, Marmi, dan Lillo,2016). Menurut penelitian (Primasnia,
Wagiyo, dan Elisa,2013) bahwa ibu primigravida yang mengalami proses persalinan tanpa
didampingi oleh suami mempunyai peluang 6.750 kali untuk terjadi kecemasan dibanding
ibu primigravida yang menghadapi proses persalinan dengan didampingi oleh suami.
Berdasarkan data profil kesehatan kab/kota , AKI di Sulawesi Selatan tahun 2015
mencapai 82 per 100.000 kelahiran hidup. AKI di Kabupaten Bone sebesar 4 per 100.000
kelahiran hidup (Depkes Sul-sel,2016). Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan oleh
peneliti pada tanggal 29 Maret 2020 di Dr. M. Yasin Bone didapatkan data jumlah ibu
bersalin primigravida pada bulan Maret 2020 sebanyak 30 orang. Diantara 30 orang pasien
primigravida tersebut, 18 pasien dengan kecemasan ringan dan 12 pasien dengan
kecemasan berat. Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya suami yang mendampingi saat
persalinan. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan Pendampingan Suami Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Selama
Proses Persalinan Di Rumah Sakit dr. M. Yasin Bone”. Tujuan penelitian ini adalah
diketahuinya Hubungan Pendampingan Suami Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Selama
Proses Persalinan Di Rumah Sakit dr. M. Yasin Bone.

Kajian Pustaka
a. Kajian tentang Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan atau
tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Sari dan Rimandini,2014). Persalinan normal adalah
persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm (bukan premature atau postmatur),
mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24
jam sejak saat awitannya (bukan partus presipitatus atau partus lama), mempunyai janin
(tunggal) dengan presentasi vertex (puncak kepala) dan oksiput pada bagian anterior
pelvis terlaksana tanpa bantuan artificial (seperti forsep), tidak mencakup komplikasi
(seperti perdarahan hebat), dan mencakup pelahiran plasenta yang normal (Sari dan
Rimandini,2014).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dari janin turun ke
dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar
melalui jalan lahir (Sari dan Rimandini,2014). Definisi persalinan normal menurut WHO
tahun 2017 adalah persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal

44
persalinan dan tetap demikian selama prose persalinan (Fransisca Noya,2020). Bayi
dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan
antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi berada di
dalam kondisi sehat.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai
dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks
secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Sari dan Rimandini,2014).
Setiap ibu hamil memiliki psikologis yang berubah-ubah. Bentuk-bentuk perubahan
psikologis pada ibu hamil diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Perasaan takut ketika hendak melahirkan. Hal ini merupakan hal yang wajar, apalagi
bagi ibu yang pertama kali akan melahirkan.
2) Perasaan cemas pra-melahirkan. Menjelang proses persalinan, tidak sedikit calaon
ibu yang mengalami rasa takut saat proses kelahiran. Padahal rasa cemas itulah
yang justru memicu rasa sakit saat melahirkan.
3) Rasa sakit. Muncul karena mau melahirkan, mereka merasa tegang dan takut, akibat
telah mendengar berbagai cerita seram seputar melahirkan. Perasaan ini
selanjutnya membuat jalur lahir menjadi mengeras dan menyempit. Pada saat
kontraksi alamiah mendorong kepala bayi untuk mulai melewati jalur lahir, terjadi
resistensi yang kuat. Ini yang menyebabkan rasa sakit yang dialami seorang ibu.
4) Depresi. Dikarenakan keadaan ini cukup berbahaya, disarankan agar ibu yang ingin
melahirkan agar tidak depresi, sehingga ia harus ditemani anggota keluarga karena
ibu yang melahirkan rawan depresi.
5) Perasaan sedih jika persalinan tidak berjalan sesuai denagan harapan ibu dan
keluarga.
6) Ragu-ragu dalam menghadapi persalinan dan ragu akan kemampuannya dalam
merawat bayinya kelak.
7) Perasaan tidak enak, sering berpikir apakah persalinan akan berjalan normal.
8) Menganggap persalinan sebagai cobaan.
9) Sering berpikir apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam
menolongnya.
10) Sering berpikir apakah bayinya akan normal atau tidak.
Perubahan-perubahan psikologis dalam persalinan, dapat diatasi dengan berbagai
cara sebagai berikut:
1) Teknik relaksasi
Diharapkan ibu telah memperoleh pengetahuan tentang teknik relaksasi pada saat
pemeriksaan kehamilan ritina tau Antenatal Care/ANC, bila ibu belum mendapatkan,
ibu harus diajarkan dahulu teknik relaksasi dengan tepat.
2) Hypnobirthing
Untuk mendapatkan proses melahirkan dengan alami, nyaman, dan lancar, tentunya
memerlukan persiapan secara holistikdan dilakukan sejak proses kehamilan. Ibu
hamil dan pasangannya yang mengikuti pelatihan hypnobirthing berperan sebagai
subjek aktif, sedangkan petugas kesehatan berperan sebagai fasilitator untuk
memandu sang subjek mencapai keadaan alfa. Disini ibu diajarkan untuk berpikir
tenang dan positif sehingga proses melahirkan bisa dihadapi dengan tenang.
3) Dukungan fisik dan psikologis dari keluarga dan tenaga kesehatan (Asuhan Sayang
Ibu)

45
Dalam hal ini, keluarga sang ibu diminta untuk terus mendukung dan menemani ibu
dan membantu memenuhi kebutuhannya, hal ini baik untuk keadaan psikologisnya,
dengan begitu ibu tidak merasa sendirian.
4) Senam Hamil
Pada saat calon ibu mengandung, disarankan untuk mengikuti senam hamil. Pada
senam hamil ini diajarkan teknik pernapasan, cara meneran saat mengeluarkan bayi,
dan keterampilan dalam menenangkan diri atau kecemasan saat proses melahirkan.

5) Mobilitas
Diusahakan ibu untuk tetap tegar dan bergerak, dengan berjalanjalan atau
mengubah posisi tidur, itu akan memungkinkan ibu dapat menguasai keadaan dan
proses persalinan sendiri dapat berjalan dengan baik
6) Memberi Informasi
Ibu dan keluarga harus diberi informasi yang selengkap-lengkapnya tentang semua
perkembangan dan kemajuan selama proses persalinan. Setiap tindakan dan
intervensi yang dilakukan harus di antisipasi dan dijelaskan, dan ibu diikutsertakan
dalam pengambilan keputusan klinis.
7) Percakapan
Saat inpartu, ibu membutuhkan waktu untuk bercakap-cakap atau diam. Jika proses
persalinan sedang berlangsung, maka kesunyian, simpatik, dan keakraban yang
disukainya. Pada tahap ini, ibu akan merasa lelah, setiap kontraksi akan
memerlukan konsentrasi penuh dan semua cadangan emosional dan fisik
dikerahkannya. Kesunyian yang sangat dibutuhkan, bisa diberikan dalam bentuk
sentuhan atau ekspresi wajah dari orang-orang sekitarnya.
8) Dorongan Semangat
Adakalanya ibu merasa putus asa. Bidan harus berusaha memberikan dorongan dan
semangat pada ibu selama persalinan. Dengan beberapa kata yang diucapkan
secara lembut setelah kontraksi atau beberapa pujian non verbal pada saat terjadi
kontraksi akan sangat memberi semangat atau dorongan pada ibu. Bidan harus
berusaha untuk dapat berkomunikasi dengan memberi respon yang hangat dan
antusias, maka kemungkinan besar persalinan akan berjalan lancar. Begitupun
dengan suami sebagai orang terdekat sudah seharusnya selalu memberikan
dorongan semangat agar ibu bersalin selama proses persalinan bisa berjalan
dengan lancar.
9) Menghadirkan Pendamping
Kehadiran seorang suami untuk mendampingi ibu bersalin pada saat persalinan
dapat menimbulkan efek positif terhadap persalinan, antara lain dapat menurunkan
angka morbiditas, mengurangi rasa sakit, persalinan lebih singkat, dan menurunnya
persalinan dengan tindakan.
b. Kajian tentang Kecemasan
Kecemasan (ansietas/ anxiety) adalah gangguan alam perasaan (affective) yang
ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/
RTA, masih baik), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan
kepribadian/ splitting of personality), prilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-
batas normal (Hawari, 2013).
Terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan. Menurut Shives
(1998) dalam (Hernawaty, Ramdhani, dan Solehati 2015), mengatakan, bahwa faktor
yang berkontribusi pada terjadinya kecemasan meliputi ancaman pada:
1) Konsep diri,
2) Personal security system,

46
3) Kepercayaan, lingkungan,
4) Fungsi peran, hubungan interpersonal,
5) Status kesehatan.
Menurut Direktorat Kesehatan Jiwa Depkes RI (1994) dalam (Hernawaty,
Ramdhani, dan Solehati 2015), faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan antara lain
sebagai berikut.
a. Perkembangan kepribadian
b. Tingkat maturasi
c. Tingkat pengetahuan
d. Karakteristik stimulus
e. Karakteristik individu
Kecemasan dikelompokkan dalam berbagai tingkatan. Seorang individu mengalami
kecemasan yang bervariasi, mulai dari cemas ringan sampai dengan panik. Menurut
Stuart dan Sundeen (1998) dalam (Hernawaty, Ramdhani, dan Solehati 2015),
kecemasan dapat digolongkan dalam beberapa tingkat, yaitu sebagai berikut.
a. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan kehidupan seharihari.
Ketegangan dalam kehidupan sehari-hari akan menyebabkan seseorang menjadi
waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Individu terdorong untuk belajar
yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b. Kecemasan sedang
Kecemasan pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu
lebih memfokuskan pada hal-hal yang dianggapnya penting saat itu dan
mengesampingkan hal-hal lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
c. Kecemasan berat
Kecemasan ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Sseseorang
cenderung untuk memusatkan pada ssesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak
dapat berpikir tentang hal lain. Individu tak mampu berpikir lagi dan membutuhkan
banyak pengarahan atau tuntunan.
d. Kecemasan Berat Sekali
Tingkat kecemasan berat sekali ditandai dengan lahan persepsi yang sudah
terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak
dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberikan pengarahan atau tuntunan,
serta terjadinya peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang, dan kehilangan pemikiran
yang rasional. Tingkatan ini tidak sejalan dengan kehidupan seseorang jika
berlangsung terus-menerus dalam waktu yang lama sehingga terjadi kelelahan yang
sangat, bahkan kematian.
Dalam menghadapi proses persalinan, seorang ibu hamil dapat mengalami
kecemasan dengan tingkatan yang bervariasi. Proses persalinan merupakan peristiwa
yang melelahkan sekaligus beresiko. Tidak mengherankan, calon ibu yang akan
melahirkan diselimuti perasaan takut, panik, dan gugup. Ibu menanti kehadiran bayinya
sebagai bagian dari dirinya. Terdapat perasaan tidak menyenangkan ketika bayinya
tidak lahir tepat pada waktunya. Ibu takut terhadap hidupnya dan bayinya dan tidak tahu
kapan akan melahirkan. Ibu merasa takut akan rasa sakit dan bahaya yang akan timbul
pada saat melahirkan (Gnanlet dan Gilland,2014). Menurut Musbikin dalam (Gnanlet
dan Gilland,2014), kecemasan menjelang persalinan tak kalah hebatnya ibu harus
menghadapi rasa sakit saat bersalin, gangguan saat melahirkan, dan aneka
kekhawatiran lainnya. Sikap tenang sangat membantu kelancaran persalinan. Untuk itu,
lakukan persiapan berikut:

47
1) Memilih tempat bersalin yang memadai
2) Pendampingan oleh pasangan
3) Hindari kisah buruk.
c. Kajian tentang Pendampingan Persalinan
Pendampingan adalah perbuatan mendampingi, menemani dan menyertai dalam
suka dan duka (Sari dan Rimandini,2014). Keluarga adalah dua individu atau lebih yang
tergabung menjadi satu hubungan darah, hubungan perkawinan, hidup dalam satu
rumah tangga, saling berinteraksi serta mempertahankan kebudayaan (Sari dan
Rimandini,2014). Kehadiran dan dukungan dari pendamping akan membantu proses
persalinan berjalan lancar karena pendamping dapat berbuat banyak untuk membantu
ibu saat persalinan.
Apabila petugas pemberi asuhan kesehatan yang akan menolong persalinan
seorang ibu yang bersalin sibuk, maka petugas harus memastikan bahwa ada seorang
pendukung atau pendamping yang hadir dan membantu wanita/ibu yang sedang dalam
persalinan. Apabila ada anggota keluarga yang hadir untuk melayani sebagai
pendukung/pendamping ibu, maka petugas pemberi asuhan kesehatan bisa
menawarkan dukungan pada orang yang mendukung ibu tersebut. Sebagai pendamping
ibu yang akan bersalin, maka suami/keluarga seharusnya membekali dirinya dengan
hal-hal berikut ini:
1) Siap mengajukan pertanyaan
2) Membawa bekal untuk diri sendiri
3) Mengetahui hal yang akan dihadapi
4) Bersikap fleksibel
5) Menemukan pengalihan perhatian
6) Menjadi suporter ibu
7) Mengetahui kapasitas sebagai pendamping
8) Bersiap mengambil alih
9) Siap menunggu
10) Selalu di samping ibu
Kehadiran pendamping pada saat persalinan dapat menimbulkan efek positif
terhadap persalinan, dalam arti dapat menurunkan morbiditas, mengurangi rasa sakit,
mempersingkat persalinan, dan menurunkan angka persalinan dengan operasi termasuk
bedah besar. Menurut Hamilton dalam Sari dan Rimandini (2014) faktor-faktor yang
mempengaruhi peran pendampingan persalinan antara lain: sosial, ekonomi, budaya,
lingkungan, pengetahuan, umur dan pendidikan. Selain itu, kehadiran pendamping
perslinan dapat memberikan rasa nyaman, semangat, dukungan emosional, dan dapat
membesarkan hati ibu (Jannah 2017). Menurut Chapman (1992) dalam (Prasetyani,
Apriani, dan Sapto,2018) terdapat tiga peran yang dilakukan oleh suami selama proses
persalinan dan melahirkan, yaitu:
1) Sebagai pelatih
Suami secara aktif membantu ibu selama dan sesudah kontraksi persalinan.
Seorang pelatih menunjukkan keinginan yang kuat untuk mengendalikan diri
mereka dan mengontrol persalinan. Ibu menunjukkan keinginan yang kuat agar
suami terlibat secara fisik selama persalinan.
2) Sebagai teman satu tim
Suami bertindak sebagai teman satu tim akan membantu ibu selama proses
persalinan dan melahirkan dengan berespon terhadap permintaan ibu akan
dukungan fisik atau dukungan emosi atau keduanya.
3) Sebagai saksi
Sebagai saksi, suami bertindak sebagai teman dan memberi dukungan emosi dan
moral.

48
Menurut Nursalam dan Kurniawati (2007) dalam Gnanlet and Gilland (2014), jenis
dukungan pendampingan suami dalam persalinan yaitu:
1) Dukungan Emosional
Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian
terhadap orang yang bersangkutan.

2) Dukungan Penghargaan/Penilaian
Dukungan penghargaan terjadi melalui ungkapan hormat atau penghargaan positif
untuk orang lain, dorongan maju atau persetujuan dengan perasaan individu dan
perbandingan positif orang itu dengan orang lain.
3) Dukungan Instrumental
Dukungan instrumental mencakup dukungan langsung. Dukungan instrumental
yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit. Bantuan
instrumental bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan
aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya atau
menolong secara langsung kesulitan yang dihadapinya misalnya dengan
menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita.
4) Dukungan informative
Dukungan informatif mencakup pemberian nasehat, saran, pengetahuan dan
informasi. Dukungan ini meliputi memberikan nasehat, petunjuk, masukan atau
penjelasan bagaimana seseorang bersikap dan bertindak dalam menghadapi situasi
yang dianggap membebani.
Pendampingan suami atau orang terdekat ibu dalam menjalai proses persalinan
dapat memberikan manfaat seperti menimbulkan rasa tenang dan sebagai penguat
psikis pada ibu bersalinManfaat pendampingan suami, kedekatan emosi suami-istri
bertambah, selalu ada bila dibutuhkan, menumbuhkan naluri kebapakan, suami akan
lebih menghargai istri, membantu keberhasilan IMD, membantu mengurangi rasa nyeri
saat persalinan dan dapat membantu dalam pemenuhan nutrisi ibu.

Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan
deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study, dengan tujuan untuk
mengetahui Hubungan Pendampingan Suami Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Selama
Proses Persalinan Di Rumah Sakit dr. M. Yasin Bone. Populasi dalam penelitian ini adalah
ibu bersalin di Rumah Sakit dr. M. Yasin Bone Tahun 2020, sebanyak 30 orang yang
jumlahnya sesuai dengan data awal di lapangan. Jenis pengambilan sampel dalam
penelitian ini Non-Probability Sampling dengan cara Total Sampling, yaitu mengambil
semua populasi untuk dijadikan sampel. Adapun jumlah sampel sebanyak 30 orang.
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam
rangka mencapai tujuan penelitian. Dalam penelitian ini data diperoleh dari data primer dan
data sekunder. Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari subjek penelitian
dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambil data, langsung pada subjek
sebagai sumber informasi yang dicari dengan menyebarkan kuesioner dan akan diisi oleh
responden. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak puskesmas,
tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Instrumen pengumpulan
data pada penelitian ini sudah menggunakan instrumen yang tersandar yaitu menggunakan
kuesioner skala HARS untuk menilai tingkat kecemasan ibu bersalin. Analisa data
dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian. Untuk alasan tersebut dipergunakan uji

49
statistik yang cocok dengan variabel penelitian yaitu analisis univariate dan analisis bivariat.
Analisis univariat merupakan analisis yang digunakan untuk menganalisis satu variabel.
Analisis ini digunakan untuk mencari gambaran dari satu variabel saja. Dalam penelitian ini,
variabel yang dianalisis adalah pendampingan suami sedangkan analisa bivariat dilakukan
terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Dalam penelitian ini
analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui Pengaruh Pendampingan Suami Terhadap
Tingkat Kecemasan Ibu Selama Proses Persalinan Di Rumah Sakit Dr. M. Yasin Bone.
Untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan tersebut, dilakukan statistik uji Chi-
Square dengan derajat kepercayaan 95% ( α =0,05). Pada penelitian ini pengolahan data
menggunakan program software pengolahan data statistik SPSS21, yang nantinya akan
diperoleh nilai 𝜌. Nilai pakan dibandingkan dengan nilai α. Dengan ketentuan jika nilai 𝜌 ≤
α (𝜌 ≤ 0,05), maka hipotesis (Ho) ditolak dan (Ha) diterima, namun jika nilai 𝜌 > α (𝜌 >
0,05), maka hipotesis (Ho) diterima dan (Ha) ditolak.
Penelitian ini menerapkan etika yang menerapkan empat prinsip yakni menghormati
harkat dan martabat manusia (respect for human dignity), menghormati privasi dan
kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy and confidentiality), keadilan dan
inklusivitas/keterbukaan (respect for justice and inclusiveness), memperhitungkan manfaat
dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and benefits)

Pengukuran Variabel
Variabel dalam penelitian ini menggunakan kuisioner. Kuesioner adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang dibaca dan dijawab oleh responden penelitian (Suyanto,2017).
Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini sudah menggunakan instrumen yang
tersandar yaitu menggunakan kuesioner skala HARS untuk menilai tingkat kecemasan ibu
bersalin.
Hasil dan Pembahasan
a. Karakteristik Responden
1) Umur Responden
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden Di Rumah Sakit
dr. M. Yasin Bone
Jumlah
Umur
F %
26-30 13 43,3
31-35 14 46,7
36-40 3 10
Total 30 100
Sumber: Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa dari jumlah responden


sebanyak 30 orang yang memiliki kelompok umur paling banyak adalah umur 31-35
tahun sebanyak 14 (46,7%) responden, kelompok umur 26-30 tahun sebanyak 13
(43,3%) responden dan kelompok umur 36-40 tahun sebanyak 3 (10%) responden.
2) Jenis Kelamin Responden
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
Di Rumah Sakit dr. M. Yasin Bone
Jumlah
Jenis Kelamin
F %

50
Laki-Laki 0 0
Perempuan 30 100
Total 30 100
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa dari jumlah responden
sebanyak 30 orang yang memiliki jenis kelamin laki-laki sebanyak 0 (0%) responden,
dan jenis kelamin perempuan sebanyak 30 (100%) responden.

3) Pendidikan Responden
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden
Di Rumah Sakit dr. M. Yasin Bone
Jumlah
Pendi dikan
F %
SD 10 33,3
SMP 10 33,3
SMA 5 16,7
SARJANA 5 16,7
Total 30 100
Sumber: Data Primer 2020
Berdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa dari jumlah responden
sebanyak 30 orang yang berpendidikan SD sebanyak 10 (33,3%) responden,
berpendidikan SMP sebanyak 10 (33,3%) responden, berpendidikan SMA sebanyak
5 (16,7%) responden, dan Sarjana sebanyak 5 (16,7%) responden.
4) Jenis Persalinan Responden
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Persalinan Responden
Di Rumah Sakit dr. M. Yasin Bone
Jumlah
Jenis Persalinan
F %
SC 8 26,7
NORMAL 22 73,3
Total 30 100
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa dari jumlah responden
sebanyak 30 orang yang melakukan persalinan sectio caesarea sebanyak 8
(26,7%) responden, persalinan normal sebanyak 22 (73,3%) responden.
b. Variabel Independen
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendampingan Suami Responden Di
Rumah Sakit dr. M. Yasin Bone
Jumlah
Pendampingan Suami
F %
Sangat Baik 15 50
Baik 12 40
Kurang 3 10
Total 30 100
Sumber : Data Primer 2020

51
Berdasarkan tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa pendampingan suami
responden kurang sebanyak 3 (10%) responden, pendampingan suami responden
baik sebanyak 12 (40%) responden, dan pendampingan suami responden sangat
baik sebanyak 15 (50%) responden.
c. Variabel Dependen
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Kecemasan Responden
Di Rumah Sakit dr. M. Yasin Bone
Jumlah
Kecemasan Ibu Bersalin
F %
Ringan 22 73,3
Sedang 5 16,7
Berat 3 10
Total 30 100
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa tingkat kecemasan responden
ringan sebanyak 22 (73,3%) responden, tingkat kecemasan responden berat
sebanyak 5 (16,7%) responden, dan tingkat kecemasan responden berat sebanyak 3
(10%) responden.
d. Analisa Bivariat
Tabel 7
Analisa Bivariat Berdasarkan Hubungan Pendampingan Suami
Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Selama Proses Persalinan
Di Rumah Sakit dr. M. Yasin Bone
Tingkat Kecemasan Ibu
Total P
Pendampingan Selama Proses Persalinan
Suami Ringan Sedang Berat
F(%) F(%) F(%) F(%)
Kurang 0(0) 0(0) 3(10) 3(10)
Baik 7(23,3) 5(16,7) 0(0) 12(40)
0,003
Sangat Baik 15(50) 0(0) 0(0) 15(50)
Total 22(73,3) 5(16,7) 3(10) 30(100)
Sumber : Data Primer 2020

Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa responden dengan pendampingan suami


kurang dan tingkat kecemasan ringan sebanyak 0 (0%) responden, responden dengan
pendampingan suami kurang dan tingkat kecemasan sedang sebanyak 0 (0%)
responden, responden dengan pendampingan suami kurang dan tingkat kecemasan
berat sebanyak 3 (10%) responden, responden dengan pendampingan suami baik dan
tingkat kecemasan ringan sebanyak 7 (23,3%) responden, responden dengan
pendampingan suami baik dan tingkat kecemasan sedang sebanyak 5 (16,7%)
responden, responden dengan pendampingan suami baik dan tingkat kecemasan berat
sebanyak 0 (0%) responden, responden dengan pendampingan suami sangat baik dan
tingkat kecemasan ringan sebanyak 15 (50%) responden, responden dengan
pendampingan suami sangat baik dan tingkat kecemasan sedang sebanyak 0 (0%)
responden, dan responden dengan pendampingan suami sangat baik dan tingkat
kecemasan berat sebanyak 0 (0%) responden.
e. Pembahasan
Hubungan Pendampingan Suami Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Selama
Proses Persalinan Di Rumah Sakit dr. M. Yasin Bone

52
Dari hasil penelitian didapatkan responden dengan pendampingan suami kurang
dan tingkat kecemasan berat sebanyak 3 (10%) responden. Hal ini terjadi karena tingkat
pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya pendampingan suami selama proses
persalinan ibu masih kurang. Terlebih lagi hal tersebut juga dipengaruhi oleh latar
belakang pendidikan responden yang hanya sebatas tingkat pendidikan SD saja.
Selain itu ibu baru mengalami kehamilan yang pertama. Dimana ibu yang hamil untuk
pertama kali belum mengalami persalinan, sehingga menyebabkan ibu tidak tenang
dalam menghadapi persalinan. Sejalan dengan teori yang dikemukakan Nolan (2010),
kehamilan pertama bagi seorang wanita merupakan salah satu periode kritis dalam
kehidupannya. Pengalaman baru ini memberikan perasaan yang bercampur baur antara
bahagia, dengan kekhawatiran akan apa yang akan dialaminya selama masa kehamilan
dan persalinan.
Dari hasil penelitian responden dengan pendampingan suami baik dan tingkat
kecemasan ringan sebanyak 7 (23,3%) responden. Hal ini terjadi karena suami sadar
bahwa sangat penting mendampingi istrinya saat proses persalinan. Sehingga ibu
bersalin yang didampingi suami merasa lebih tenang dan nyaman karena mereka
memiliki teman untuk berbagi rasa sakit dan cemas akan semua proses persalinan dan
saat-saat menunggu kelahiran bayi mereka. Hal ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Sari & Rimandini (2014), peran serta orang orang terdekat dan
dicintai sangat besar pengaruhnya terhadap psikologi ibu bersalin biasanya sangat akan
membutuhkan dorongan dan kasih sayang yang lebih dari dari seseorang yang dicintai
untuk membantu kelancaran dan jiwa ibu itu sendiri. Dari hasil penelitian responden
dengan pendampingan suami baik dan tingkat kecemasan sedang sebanyak 5 (16,7%)
responden. Hal ini dikarenakan ibu masih trauma akan persalinan sebelumnya
walaupun telah didampingi oleh suami. Hal ini sejalan dengan teori Nolan Mary (2010),
persalinan pada ibu sebelumnya dapat mempengaruhi tingkat psikolog ibu pada
persalinan berikutnya. Dari hasil penelitian responden dengan pendampingan suami
sangat baik dan tingkat kecemasan ringan sebanyak 15 (50%) responden, hal ini terjadi
karena suami mengetahui bahwa kehadiran dirinya saat istrinya akan bersalin sangat
berpangaruh besar. Selain itu, ibu bersalin yang didampingi suami merasa lebih tenang
dan nyaman karena mereka memiliki teman untuk berbagi rasa sakit dan cemas akan
semua proses persalinan dan saat-saat menunggu kelahiran bayi mereka. Hal ini
sejalan dengan teori Kusuma dan Hartono (2010), kehadiran suami saat persalinan saat
persalinan akan membawa ketenangan dan menjauhkan sang ibu dari stress. Kehadiran
suami akan membawa hal positif secara psikologis, dan berdampak positif pada
kesiapan ibu secara fisik.
Peran Dan Fungsi Pendampingan Suami Bagi Ibu Selama Proses Persalinan Di
Rumah Sakit dr. M. Yasin Bone
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden, terdapat 27(90%)
responden yang memiliki suami yang sudah menjalankan peran dan fungsinya dengan
baik sebagai pendamping pada saat proses istrinya bersalin. Menurut analisa peneliti
dukungan suami sangatlah diperlukan oleh ibu dalam menghadapi proses persalinan
yang panjang dan melelahkan. Dukungan tersebut dapat ditunjukkan dengan adanya
kehadiran suami dalam persalinan, sentuhan tangan suami, kata-kata penuh semangat,
serta doa-doa yang dipanjatkan untuk keselamatan dan kelancaran persalinan. Hal ini
sejalan dengan teori Nolan Mary (2010), Pendamping persalinan dapat mengubah
keadaan menjadi lebih baik dan dapat memperkecil trauma pasca melahirkan bayi. Dan
wanita yang didampingi oleh suami saat menjalani persalinannya, tidak banyak
membutuhkan obat anti rasa sakit dan intervensi medis. Demikian juga perasaannya,
setelah bayinya lahir mereka merasa bangga terhadap dirinya dan bayi yang dilahirkan.
Berdasarkan hasil Uji Chi-Square dengan Pearson Chi-Square diperoleh nilai hitung 𝜌 =

53
0,003 < 𝛼 = 0,05 dan analisis tersebut dapat diartikan bahwa Ha diterima atau ada
Hubungan Pendampingan Suami Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Selama Proses
Persalinan Di Rumah Sakit.

Ucapan Terima Kasih


Selama proses pembuatan jurnal ilmiah ini masih banyak kesulitan dan hambatan
yang penulis hadapi, namun atas bantuan serta kerjasama dari semua pihak yang terlibat
didalamnya sehingga hambatan dan kesulitan itu dapat teratasi dengan baik. Oleh karena
itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Keluarga tercinta atas support dan pengertian yang diberikan kepada penulis.
2. Ibu Hj. Febriani Sulianti Sanusi selaku Ketua Dewan Pembina Yayasan Perguruan
Puangrimaggalatung Sengkang.
3. Bapak dr. H. Abdul Azis, M. M.Kes selaku Ketua Umum Yayasan Perguruan
Puangrimaggalatung Sengkang.
4. Bapak Prof. Dr. Imram Ismail., M.Si selaku Rektor Universitas Puangrimaggalatung
Sengkang.
5. Bapak Dr. Muhammad Nur, M. Pd selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Universitas Puangrimaggalatung Sengkang.
6. Ibu Rosmiati, S.ST.,M.Kes selaku Wakil Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Universitas Puangrimaggalatung Sengkang.
7. Ibu Fatmawati, S.kep.,Ns.,M.kes selaku Ketua Program Studi S1 Fakultas Keperawatan
dan Kebidanan Universitas Puangrimaggalatung Sengkang.
8. Para Dosen dan Staf Program Studi Keperawatan Fakultas Keperawatan dan
Kebidanan Universitas Puangrimaggalatung Sengkang.

Simpulan dan Rekomendasi


Diketahuinya Hubungan Pendampingan Suami Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu
Selama Proses Persalinan Di Rumah Sakit dr. M. Yasin Bone. Pendampingan suami sangat
berpengaruh bagi Ibu Selama Proses Persalinan Di Rumah Sakit Dr. M. Yasin Bone.
Berdasarkan hasil Uji Chi-Square dengan menggunakan program komputer SPSS21
diperoleh nilai hitung 𝜌 = 0,003 < 𝛼 = 0,05 dan analisis tersebut dapat diartikan bahwa Ha
diterima atau ada Hubungan Pendampingan Suami Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu
Selama Proses Persalinan Di Rumah Sakit dr. M. Yasin Bone. Saran yang disampaikan
peneliti bagi instansi pendidikan agar penelitian dapat bermanfaat terhadap instansi terkait
dalam ada Hubungan Pendampingan Suami Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Selama
Proses Persalinan Di Rumah Sakit dr. M. Yasin Bone. Hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai suatu proses pengalaman pertama dijadikan penelitian untuk menambah wawasan
yang bersifat teoritis dan ilmiah tentang ada Hubungan Pendampingan Suami Terhadap
Tingkat Kecemasan Ibu Selama Proses Persalinan Di Rumah Sakit dr. M. Yasin Bone dan
bagi peneliti selanjutnya agar mengembangkan lebih dalam mengenai pengaruh
pendampingan suami terhadap tingakat kecemasan ibu selama proses melahirkan dengan
menggunakan responden yang berbeda berdasarkan urutan melahirkan (anak pertama,
kedua, ketiga) dan metode melahirkan (sc/normal).

Referensi
Corsi, Fulvio, Stefano Marmi, and Fabrizio Lillo. 2016. “When Micro Prudence Increases
Macro Risk: The Destabilizing Effects of Financial Innovation, Leverage, and
Diversification.” Operations Research.
Depkes Sul-sel. 2016. “Profil Kesehatan Prov . Sulawesi Selatan Tahun 2016 Profil

54
Kesehatan Prov . Sulawesi Selatan Tahun 2016.” Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Selatan.
http://dinkes.sulselprov.go.id/assets/dokumen/informasi/99cff42f874ab267bd3a6bbe
ca6cafad.pdf.
Fransisca Noya. 2020. “Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Hambatan Mobilitas Fisik Post Sectio Caesarea.” Poltekita : Jurnal
Ilmu Kesehatan.
Gnanlet, Adelina, and Wendell G. Gilland. 2014. “Impact of Productivity on Cross-Training
Configurations and Optimal Staffing Decisions in Hospitals.” European Journal of
Operational Research.
Hasanah, Mairida. 2018. “Pengaruh Pendampingan Suami Terhadap Pengurangan Rasa
Cemas Pada Proses Persalinan Ibu Primigravida Kala I Di Klinik Pratama Jannah
Medan Tembung Tahun 2018.” Scientific Paper Politeknik Kesehatan Kemenkes RI
Jurusan Kebidanan Medan. http://ecampus.poltekkes-
medan.ac.id/jspui/handle/123456789/746.
Hawari, Dadang. 2013. “Stres, Cemas Dan Depresi.” Jakarta: EGC.
Hernawaty, Taty, Rizqy Ita Ramdhani, and Tetti Solehati. 2015. “Gambaran Tingkat
Kecemasan Pasien Kanker Serviks Di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.”
Simposium Nasional: Pendekatan Biopsikososial dan Spiritual di dalam Psikologi
Kesehatan untuk Meningkatkan Well-Being dalam Kondisi Sehat maupun Sakit.
Jannah, Miftahul. 2017. “REMAJA DAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGANNYA DALAM
ISLAM.” Psikoislamedia : Jurnal Psikologi.
Kemenkes RI. 2016. Kementerian Kesehatan RI PROFIL KESEHATAN INDONESIA
TAHUN 2016 (Health Statistics). www.kemkes.go.id.
Kemenkes Indonesia. 2019. Profil Kesehatan Indonesia 2018 Kemenkes RI. (2019). Profil
Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile 2018].
Http://Www.Depkes.Go.Id/Resources/Download/Pusdatin/Profil-Kesehatan-
Indonesia/Data-Dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.Pdf[Ind.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf.
Kurtenbach, Sebastian. 2019. Demografie.
Mafikasari, Apriliyanti, and Ratih Indah Kartikasari. 2015. “Posisi Tidur Dengan Kejadian
Back Pain (Nyeri Punggung) Pada Ibu Hamil Trimester III.” Surya.
Marmi, S.ST. 2012. “Asuhan Kebidanan Pada Persalinan.” Asuhan Kebidanan Pada
Persalinan
Maryunani, Anik. 2018. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita & Anak Pra-Sekolah Asuhan
Neonatus, Bayi, Balita & Anak Pra-Sekolah.
Mortality, Trendsmaternal. 2017. WHO, UNICEF, UNFPA, World Bank Group and the
United Nations Population Division TRENDS IN 2000 to 2017 TRENDS IN
MATERNAL MORTALITY : 2000 TO 2017.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Jakarta: Salemba Merdeka Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan.
Nursalam. 2015. “Metodelogi Penelitian Keperawatan.” pendekatan praktis.jakarta:
salemba medika.
Prasetyani Dewi, & Sodikin. 2016. “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemampuan
Self-Care Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2.” Kesehatan.
Prasetyani, Dewi, Evy Apriani, and Yuni Sapto. 2018. “Hubungan Karakteristik,
Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Dengan Kemampuan Self Care Pada Pasien
DM Tipe 2 Di Puskesmas Cilacap Tengan 1 Dan 2.” Jka.
Primasnia, Pevi, - Wagiyo, and - Elisa. 2013. “Hubungan Pendampingan Suami Dengan
Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida Dalam Menghadapi Proses Persalinan Kala I

55
Di Rumah Bersalin Wilayah Kota Ungaran.” Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan.
Sari, Eka Puspita, and Kurnia Dwi Rimandini. 2014. “Asuhan Kebidanan Persalinan
(Intranatal Care).” Asuhan Kebidananan Persalinan (Intranatal Care).
Saryono, Anggraeni. 2010. “Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Kesehatan.”
Yogyakarta: Nuha Medika.
Sugiyono. 2017. Alfabeta Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods).
Suyanto. 2017. “Data Mining Untuk Klasifikasi Dan Klasterisasi Data.” SpringerReference.
Walyani, Elisabeth Siwi, and Endang Purwoastuti. 2016. Yogyakarta Asuhan Persalinan
Dan Bayi Baru Lahir.
Yanti. 2015. “Asuhan Kebidanan Persalinan.” Asuhan kebidanan persalinan.

56

You might also like