LP DM - Indah
LP DM - Indah
NIM : P032114401020
T.A 2023/2024
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN DIABETES MELLITUS”.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dari beberapa
pihak. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga berhasil terutama
kepada dosen pembimbing.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak mengandung kekurangan karena
keterbatasan buku pegangan dan ilmu yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kepentingan makalah penulis dimasa
mendatang.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada pembaca pada umumnya dan khususnya pada penulis sendiri.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
A. Konsep Medik..........................................................................................................................1
1. Definisi.................................................................................................................................1
2. Anatomi dan Fisiologi..........................................................................................................1
3. Etiologi.................................................................................................................................3
4. Patofisiologi..........................................................................................................................3
5. Pathway.................................................................................................................................4
6. Manifestasi Klinik................................................................................................................5
7. Komplikasi............................................................................................................................5
8. Pemeriksaan Diagnostik.......................................................................................................6
9. Penatalaksanaan Medis.........................................................................................................7
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................................8
1. Pengkajian................................................................................................................................8
3. Diagnosa Keperawatan.......................................................................................................11
4. Intervensi Keperawatan......................................................................................................11
ii
A. Konsep Medik
1. Definisi
1. Secara Anatomi
a. Caput
3
B. Bagian posterior bertetangga dengan ginjal kanan, v.renalis,
gl.adrenalis
b. Ductus biliaris communis masuk dari bagian atas dan belakang dari
caput pankreas dan bermuara ke bagian kedua dari duodenum
c. Aliran darah
g. Persarafan
I. Saraf-saraf simpatis
J. Cabang-cabang N.vagus
h. Secara Mikroskopis
1) α cell
4
a. Memproduksi glukagon Meningkatkan glukagon
Menurunkan kadar glukosa
2) β cell
a. Memproduksi insulin
b. Hypoglycemic factor
2. Secara fisiologis
a) Endokrin
M. β cell menghasilkan insulin
N. α cell menghasilkan glukagon
b) eksokrin
A. Sekretin
B. Pancreozymin
5
Dihasilkan oleh duodenum dan mungkin juga oleh jejunum
dan anthrum di lambung. Makanan yang masuk akan
merangsang sel-sel duodenum mengeluarkan pancreozymin
merangsang pankreas
C. Gastrin
3. Etiologi
6
sehingga semakin meningkat usia maka prevalensi DM dan
gangguan toleransi glukosa semakin tinggi. Proses menua yang
berlangsung setelah usia 30 tahun mengakibatkan perubahan
anatomis, fisiologis dan biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat
sel, berlanjut pada tingkat jaringan dan akhirnya pada tingkat
organ, yang dapat mempengaruhi fungsi homeostasis (Price and
Wilson, 2006 dalam Rahma. Hj. A, 2016).
Q. Jenis Kelamin
Penyakit DM ini sebagian besar dijumpai pada perempuan
dibandingkan laki-laki karena terdapat perbedaan dalam
melakukan semua aktivitas dan gaya hidup sehari-hari yang
sangat mempengaruhi kejadian suatu penyakit, dan hal tersebut
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit DM
(Soegondo, 2007 dalam Rahma. Hj. A, 2016).
Jumlah lemak pada laki-laki dewasa rata-rata berkisar antara 15-
20% dari berat badan total, dan pada perempuan sekitar 20-25%.
Jadi peningkatan kadar lemak pada perempuan lebih tinggi
dibandingkan laki-laki, sehingga faktor risiko terjadinya DM pada
perempuan 3-7 kali lipat lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki
yaitu 2-3 kali lipat (Soegondo, 2007 dalam Rahma. Hj. A, 2016).
R. Berat Badan
Obesitas adalah berat badan yang berlebih minimal 20% dari BB
idaman atau indeks massa tubuh lebih dari 25 kg/m2. Soegondo
(2007) dalam Rahma. Hj. A, (2016) menyatakan bahwa obesitas
menyebabkan respon sel beta pankreas terhadap peningkatan
glukosa darah berkurang, selain itu reseptor insulin pada sel di
seluruh tubuh termasuk di otot berkurang jumlahnya dan kurang
sensitif.
S. Aktivitas Fisik
Kurangnya aktifitas merupakan salah satu faktor yang ikut
7
berperan dalam menyebabkan resistensi insulin pada DM tipe II
(Soegondo, 2007 dalam Rahma. Hj. A, 2016).
Kriska (2007) dalam Rahma. Hj. A, (2016) menyatakan
mekanisme aktifitas fisik dapat mencegah atau menghambat
perkembangan DM tipe II yaitu : 1) resistensi insulin; 2)
peningkatan toleransi glukosa; 3) Penurunan lemak adipose; 4)
Pengurangan lemak sentral; perubahan jaringan otot. Aktivitas
fisik yang semakin jarang maka gula yang dikonsumsi juga akan
semakin lama terpakai, akibatnya prevalensi peningkatan kadar
gula dalam darah juga akan semakin tinggi.
T. Pola Makan
Penurunan kalori berupa karbohidrat dan gula yang diproses secara
berlebihan, merupakan faktor eksternal yang dapat merubah
integritas dan fungsi sel beta individu yang rentan (Prince &
Wilson, 2006 dalam Rahma. Hj. A, 2016).
Individu yang kelebihan berat badan harus melakukan diet untuk
mengurangi kebutuhan kalori sampai berat badannya turun
mencapai batas ideal. Penurunan kalori yang moderat (500-1000
Kkal/hari) akan menghasilkan penurunan berat badan yang
perlahan tapi progresif (0,5-1 kg/minggu). Penurunan berat badan
2,5-7 kg/bulan akan memperbaiki kadar glukosa darah (ADA, 2006
dalam Rahma. Hj. A, 2016).
U. Stress
4. Patofisiologi
Patofisiologi DM menurut Smeltzer and Bare (2002) dalam Rahma. Hj.
A, (2016) adalah sebagai berikut:
8
V. Diabetes Mellitus tipe I
9
tersebut, akan terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada DM tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa
oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan
jumlah insulin yang disekresikan.
10
5. Pathway
6. Manifestasi Klinik
Menurut Price and Wilson (2006) dalam Rahma. Hj. A, (2016),
manifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi
11
insulin. Pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan
kadar glukosa plasma puasa yang normal, atau toleransi glukosa setelah
makan karbohidrat. Jika hiperglikemia nya berat dan melebihi ambang
ginjal untuk zat ini, maka akan akan menimbulkan glukosa. Glukosa ini
akan mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran
urine (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia).
7. Komplikasi
X. Komplikasi Akut
A. Diabetes Ketoasidosis
B. Hiperglikemia
12
sel-sel masuk kedalam darah dan ginjal,
(Hasdianah, 2012).
C. Hipoglikemia
(Hasdianah, 2012).
Y. Komplikasi kronik
A. Makroangiopati
13
dari biasanya karena sel-sel tersebut tidak
tergantung pada insulin. Sel-sel tersebut
kemudian membentuk permukaan
glikoprotein lebih dari biasanya sehingga
menyebabkan membran basal tumbuh lebih
tebal dan lebih lemah.
B. Mikroangiopati
Perubahan – perubahan mikrovaskuler yang ditandai dengan
penebalan dan kerusakan membran diantara jaringan dan
pembuluh darah sekitar. Terjadi pada penderita DMTI/IDDM
yang terjadi neuropati, nefropati, dan retinopati. Nefropati
terjadi karena perubahan mikrovaskuler pada struktur dan
fungsi ginjal yang menyebabkan komplikasi pada pelvis ginjal.
C. Retinopati
Yaitu perubahan dalam retina karena penurunan protein dalam
retina. Hal ini mengakibatkan gangguan dalam penglihatan.
Retinopati dibagi menjadi 2 tipe yaitu :
i. Retinopati back ground yaitu
mikroneuronisma di dalam pembuluh
retina menyebabkan pembentukan
eksudat keras.
14
berkepanjangan.
iii. Neuropati diabeti yaitu akumulasi
orbital dalam jaringan dan perubahan
metabolik mengakibatkan penurunan
fungsi sensorik dan motorik saraf
yang menyebabkan penurunan
persepsi nyeri.
iv. Kaki diabetik perubahan
mikroangiopati, mikroangiopati dan
neuropati menyebabkan perubahan
pada ekstermitas bawah.
Komplikasinya dapat terjadi gangguan
sirkulasi, terjadi infeksi, gangrene,
penurunan sensasi, dan hilangnya
fungsi saraf sensorik. (Sukarmin
&Riyadi, 2013)
15
8. Pemeriksaan Diagnostik
9. Penatalaksanaan Medis
A. Edukasi
B. Terapi Gizi
Pada penderita Diabetes Mellitus prinsip pengaturan zat gizi bertujuan
untuk mempertahankan atau mencapai berat badan yang
ideal,mempertahankan kadar glukosa dalam darah mendekati normal,
mencegah komplikasi akut dan kronik serta meningkatkan kualitas
hidup diarahkan pada gizi seimbang dengan cara melakukan diet.
C. Jumlah makanan
Kebutuhan kalori setiap orang berbeda, bergantung pada jenis kelamin,
berat badan, tinggi badan serta kondisi kesehatan pada klien. Yang
memperhitungkan usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan,
hingga tingkat aktivitas fisik yang dilakukan.
D. Jenis makan
Pada penderita Diabetes Mellitus sebaiknya menghindari makanan
dengan kadar glukosa yang tinggi seperti madu, dan susu kental manis.
Pilih makanan dengan indeks glikemik rendah dan kaya serat seperti
sayur-sayuran, biji-bijian dan kacang-kacangan. Batasi makanan yang
mengandung purin (jeroan, sarden, burung darah, unggas, kaldu dan
emping). Cegah dislipidemia dengan menghindari makanan berlemak
16
secara berlebih (telur, keju, kepiting, udang, kerang, cumi, santan,
susu full cream atau makanna dengan lemak jenuh). Batasi konsumsi
garam natrium yang berlebih.
Mengatur jam makan yang teratur sangat penting, jarak antar 2 kali
makan yang ideal sekitar 4-5 jam jika jarak waktu 2 kali makan terlalu
lama akan membuat gula darah menurun sebaliknya jika terlalu dekat
jaraknya gula darah akan tinggi.
E. Latihan Fisik
Dalam penatalaksannan diabetes, latihan fisik atau olahraga sangatlah
penting bagi penderita Diabetes Mellitus karena efeknya dapat
menurunkan kadar gula darah dan mengurangi faktor resiko kardio
vaskuler.
F. Farmakoterapi
Penggunaan obat-obatan merupakan upaya terakhir setelah beberapa
upaya yang telah dilakukan tidak berhasil, sehingga penggunaan obat-
obatan dapat membantu menyeimbangkan kadar glukosa darah pada
Diabetes mellitus.
- Obat
A. Obat-obatan Hipoglikemik Oral (OHO) (
Golongan Sulfoniluria
Cara kerja golongan ini adalah merangsang sel beta pankreas
untuk mengeluarkan insulin, jadi golongan sulfonuria hanya
bekerja bila sel- sel beta utuh, menghalangi pengikatan insulin,
mempertinggi kepekaan jaringan terhadap insulin dan menekan
pengeluaran glukagon.
Golongan Biguanid
Cara kerja golongan ini tidak merangsang sekresi insulin.
Golongan biguanid dapat menurunkan kadar gula darah
menjadi normal dan istimewanya tidak pernah menyebabkan
hipoglikemi.
17
Alfa Glukosidase Inhibitor
Obat ini berguna menghambat kerja insulin alfa glucosidase
didalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan
glukosa dan menurunkan hiperglikemia post prandial. Obat ini
bekerja di lumen usus dan tidak menyebabkan hipoglikemi
serta tidak berpengaruh pada kadar insulin.
Insulin Sensitizing Agent
Efek farmakologi pada obat ini meningkatkan sensitifitas
berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan
hipoglikemia.
Insulin
18
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas diri
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan
pekerjaan. Penyakit Diabetes Mellitus sering muncul setelah seseorang
memasuki usia 45 tahun terlebih pada orang dengan berat badan berlebih
(Sukarmin &Riyadi , 2013).
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasanya dirasakan oleh klien Diabetes Mellitus
yaitu badan terasa sangat lemas sekali disertai dengan penglihatan
kabur, sering kencing (Poliuria), banyak makan (Polifagia), banyak
minum (Polidipsi) (Riyadi dan Sukarmin, 2013).
A. Furosemid (diuretik)
1
B. Thiazid (diuretik) (Riyadi dan Sukarmin, 2013)
B. Pola eliminasi
Data eliminasi buang air besar pada klien Diabetes Millitus tidak ada
perubahan yang mencolok. Frekuensinya satu hingga dua kali perhari
dengan warna kekuningan, sedangkan pada eliminasi buang air kecil.
Jumlah urin yang banyak akan dijumpai baik secara frekuensi maupun
volume ( pada frekuensi biasanya lebih dari 10 x perhari, sedangkan
volumenya mencapai 2500 – 3000 cc perhari). Untuk warna tidak ada
perubahan sedangkan bau ada unsur aroma gula (Susilowati, 2014).
C. Pola aktivitas
Penderita Diabetes Mellitus mengalami penurunan gerak karena
kelemahan fisik, kram otot, penurunan tonus otot gangguan
istirahat dan tidur, takikardi atau takipnea pada saat melakukan
aktivitas hingga terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahan
otot-otot bagian tungkai bawah pada penderita Diabetes Mellitus akan
2
mengalami ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
secara maksimal serta mudah mengalami kelelahan. Penderita
Diabetes Mellitus mudah jatuh karena penurunan glukosa pada otak
akan berakibat penurunan kerja pusat keseimbangan (diserebrum/otak
kecil) (Susilowati, 2014)
F. Aktualisasi diri
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan puncak pada hirarki kebutuhan
Maslow, jika klien sudah mengalami penurunan harga diri maka klien
sulit untuk melakukan aktivitas di rumah sakit enggan mandiri, tampak
tak bergairah, dan bingung (Susilowati, 2014).
3
H. Pemeriksaan Fisik
(1) Keadaan umum : Cukup
(2) Tingkat kesadaran kesehatan Kesadaran
composmentis, latergi, strupor, koma, apatis
tergantung kadar gula yang tidak stabil dan kondisi
fisiologi untuk melakukan konpensasi kelebihan
gula darah.
(3) Tanda tanda vital
(4) Frekuensi nadi dan tekanan darah : takikardi dan hipertensi dapat
terjadi pada penderita Diabetes Mellitus karena glukosa dalam
darah yang meningkat dapat menyebabkan darah menjadi kental.
Frekuensi pernafasan: Takipnea (pada kondisi ketoasidosis)
(5) Suhu tubuh
Hipertemi ditemukan pada klien Diabetes Mellitus
yang mengalami komplikasi infeksi pada luka atau
pada jaringan lain. Sedangkan hipotermi terjadi
pada penderita yang tidak mengalami infeksi atau
penurunan metabolik akibat penurunan masukan
nutrisi secara drastis
(6) Berat badan dan tinggi badan
Kurus ramping pada Diabetes Mellitus fase
lanjutan dan lama tidak melakukan terapi.
Sedangkan pada penderita Diabetes Mellitus
gemuk padat atau gendut merupakan fase awal
penyakit atau penderita lanjutan dengan
pengobatan yang rutin dan pola makan yang masih
belum terkontrol. (Willem Pieter, 2013)
(7) Kulit
Pemeriksaan ini untuk menilai warna, kelembapan
kulit, suhu, serta turgor kulit. Pada klien yang
4
menderita Diabetes Mellitus biasanya ditemukan:
1) Warna : kaji adanya warna kemerahan hingga
kehitaman pada luka. Akan tampak warna
kehitaman disekitar luka. Daerah yang seringkali
terkena adalah ekstermitas bawah
2) Kelembapan kulit : lembab pada penderita yang
tidak memiliki diuresis osmosis dan tidak
mengalami dehidrasi. Kering pada klienyang
mengalami diuresis, osmosis dan dehidrasi.
3) Suhu : klien yang mengalami hipertermi biasanya
mengalami infeksi.
4) Turgor : menurun pada saat dehidrasi
(8) Kuku Warna : pucat, sianosis terjadi karena
penurunan perfusi pada kondisi ketoasidosis atau
komplikasi saluran pernafasan
(9) Kepala
1) Inspeksi : Kaji bentuk kepala warna rambut jika
hitam kemerahan menandakan nutrisi kurang,
tekstur halus atau kasar penyebaran jarang atau
merata, kwantitas tipis atau tebal pada kulit
kepala terdapat benjolan atau lesi antara lain :
kista pilar dan psoriasis yang rentan terjadi pada
penderita DM karena penurunan antibody. Amati
bentuk wajah apakah simetris serta ekspresi
wajah seperti paralisis wajah.
2) Palpasi : raba adanya massa dan atau nyeri tekan
(10) Mata
1) Inspeksi : pada klien dengan DM terdapat katarak
karena kadar gula dalam cairan lensa mata naik.
Konjungtiva anemis pada penderita yang kurang
5
tidur karena banyak kencing pada malam hari.
Kesimetrisan pada mata. penglihatan yang kabur
dan ganda serta lensa yang keruh serta
kesimetrisan bola mata.
2) Palpasi : saat dipalpasi bola mata teraba kenyal,
tidak teraba nyeri tekan.
(11) Hidung
1) Inspeksi : Pengkajian daerah hidung dan fungsi
sistem penciuman, septum nasi tepat di tengah,
kebersihan lubang hidung, jalan nafas/ adanya
sumbatan pada hidung seperti polip, peradangan,
adanya sekret atau darah yang keluar, kesulitan
bernafas atau adanya kelainan bentuk dan
kelainan lain
2) Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan pada sinus
(12) Telinga
1) Inspeksi Pengkajian pada daerah telinga serta
sistem fungsi pendengaran, keadaan umum
telinga gangguan saat mendengar, pengguanaan
alat bantu dengar, adanya kelainan bentuk dan
kelainan lain, kebersihan telinga, kesimetrisan
telinga kanan dan kiri.
2) Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan pada daerah tragus
(13) Mulut dan gigi
6
ketoasidosis diabetik pada penderita DM serta
mudah sekali terjadi infeksi.
2) Palpasi : tidak ada nyeri tekan. (Rohman, 2010)
(14) Leher
1) Inspeksi : pembesaran pada leher , pembesaran
kelenjar limfa leher dapat muncul jika ada
pembesaran kelenjar sistemik, persebaran kulit.
2) Palpasi : ada tidaknya pembendungan vena
jugularis (Susilowati, 2014)
(15) Thorax
1) Inspeksi : persebaran warna kulit, ada tidaknya bekas luka, ada
tidaknya sesak nafas, batuk, nyeri dada, pergerakan dinding dada
2) Palpasi : kesimetrisan dada, taktil fremitus
3) Perkusi : semua lapang paru terdengar resonan, tidak ada
penumpukan sekret, cairan atau darah
4) Auskultasi : ada atau tidaknya suara nafas tambahan seperti
ronchi dan whezzing di semua lapang paru (Mulyati, 2014)
(16) Pemeriksaan jantung
1) Inspeksi : tampak atau tidaknya iktus kordis pada permukaan
dinding dada di ICS 5 midklavikula sinistra
2)Palpasi : teraba atau tidaknya iktus kordis di ICS 5 midklavikula
sinistra.
3)Perkusi : pada ICS 3 hingga ICS 5 terdengar pekak
Auskultasi : bunyi jantung S1 dan S2 terdengar tunggal, tidak ada
suara jantung tambahan (Muttaqin, 2012).
(17) Pemeriksaan abdomen
1) Inspeksi : warna kulit merata, ada atau tidaknya
lesi, bentuk abdomen apakah datar, cembung,
atau cekung. Kaji adanya mual atau muntah
disebabkan karena kadar kalium yang menurun
7
akibat polyuria, pankreastitis, kehilangan nafsu
makan. Terjadi peningkatan rasa lapar dan haus
pada individu yang mengalami ketoasidosis
2) Auskultasi : bising usus terdengar 5-30 x/menit
3) Palpasi : ada massa pada abdomen, kaji ada
tidaknya pembesaran hepar, kaji ada tidaknya
asites, ada atau tidaknya nyeri tekan pada daerah
ulu hati (epigastrium) atau pada 9 regio
4) Perkusi : Bunyi timpani, hipertimpani untuk perut
kembung, pekak untuk jaringan padat
(18) Genetalia dan reproduksi
1) Inspeksi : Klien yang mengalami DM biasanya
pada saat berkemih terasa panas dan sakit,
terdapat keputihan pada daerah genetalia, ada
atau tidaknya tanda-tanda peradangan pada
genetalia.
(19) Ekstremitas
1) Inspeksi : kaji persebaran warna kulit, kaji turgor
kulit, akral hangat, sianosis, persendian dan
jaringan sekitar saat memeriksa kondisi tubuh.
Amati kemudahan dan rentan gesekan kondisi
sekitar. Klien akan merasakan cepat lelah, lemah
dan nyeri, serta adanya gangrene di ekstermitas,
amati warna dan kedalaman pada bekas luka di
8
I. Pemeriksaan Diagnostik
1) Glukosa darah : gula darah puasa lebih dari 130
ml/dL , tes toleransi glukosa lebih dari 200 ml/dL
2 jam setelah pemberian glukosa.
2) Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
9
1. Diagnosa Keperawatan
2. Intervensi Keperawatan
10
Resiko perfusi Perawatan Sirkulasi
perifer tidak efektif Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ... x 24 jam, Observasi:
maka perfusi perifer meningkat,
dengan kriteria hasil: 1. Periksa sirkulasi perifer
(mis: nadi perifer, edema,
A. Kekuatan nadi perifer pengisian kapiler, warna,
meningkat suhu, ankle-brachial
B. Warna kulit pucat index)
menurun 2. Identifikasi faktor risiko
C. Pengisian kapiler gangguan sirkulasi (mis:
membaik diabetes, perokok, orang
D. Akral membaik tua, hipertensi, dan kadar
E. Turgor kulit membaik kolesterol tinggi)
3. Monitor panas,
kemerahan, nyeri, atau
bengkak pada ekstremitas
Terapeutik
Edukasi
1. Anjurkan berhenti
merokok
2. Anjurkan berolahraga
rutin
3. Anjurkan mengecek air
mandi untuk menghindari
kulit terbakar
4. Anjurkan menggunakan
11
obat penurun tekanan
darah, antikoagulan, dan
penurun kolesterol, jika
perlu
5. Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah
secara teratur
6. Anjurkan menghindari
penggunaan obat penyekat
beta
7. Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang tepat
(mis: melembabkan kulit
kering pada kaki)
8. Anjurkan program
rehabilitasi vascular
9. Ajarkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi (mis: rendah
lemak jenuh, minyak ikan
omega 3)
10. Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis: rasa sakit
yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa).
12
G. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
A. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis: Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
B. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
13
keperawatan ... x 24jam maka Observasi
diharapkan Tingkat nyeri A. Identifikasi lokasi,
menurun dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi,
A. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas,
B. Meringis menurun intensitas nyeri
C. Sikap protektif menurun B. Identifikasi skala nyeri
D. Gelisah menurun C. Idenfitikasi respon nyeri
E. Kesulitan tidur menurun non verbal
F. Frekuensi nadi membaik D. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
E. Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri
F. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
G. Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
H. Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan
I. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
A. Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis:
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, Teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
B. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
C. Fasilitasi istirahat dan
tidur
D. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
14
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
A. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
B. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
C. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
D. Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
E. Ajarkan Teknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
3. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan pengelolahan dan wujud dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan atau
intervensi (Setiadi, 2012). Implementasi merupakan realisasi tindakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam
pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan.
Mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan
dan menilai data yang baru (Nikmatur dan Walid, 2017)
Pada penelitian ini penulis menggunakan implementasi keperawatan
sebagai perencanaan yang sudah ditentukan untuk lansia Diabetes
Mellitus dengan Ketidakstabilan Gula Darah
4. Evaluasi Keperawatan
15
Tahap penilaian atau evaluasi adalah suatu perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang
telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan yang
melibatkan klien, keluarga, serta tenaga medis lainnya. Tujuan dalam
evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan
(Setiadi, 2012).
16
DAFTAR PUSTAKA
17
Riyadi, S. d. (2015). Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan
Gangguan Eksokrin dan Endrokin pada Pankreas . Yogyakarta : Graha
Ilmu.
18