ASUHAN KEBIDANAN KOMPERHENSIF CONTINUITY OF
CARE PADA NY V DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN TIARA
RICA DAYANI, S.KEB.,BD.,M.KEB KOTA BANDAR
LAMPUNG TAHUN 2024
CONTINUITY OF CARE (COC)
Disusun Oleh :
NAMA : BENY ARNITA
NPM : 23390209
PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2024
1
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN KASUS KOMPREHENSIF
ASUHAN KEBIDANAN KOMPERHENSIF CONTINUITY OF CARE PADA
NY V DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN TIARA RICA DAYANI,
S.KEB.,BD.,M.KEB KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2024
Disusun oleh:
NAMA : BENY ARNITA
NPM : 23390209
Tanggal Pemberian Asuhan : 2024
Disetujui:
Pembimbing Lapangan
Tanggal :
Di : (Tiara Rica Dayani, S.Keb.,Bd.,M.Keb)
Pembimbing Institusi
Tanggal :
Di : (Rosmiyati, SST.,M.Kes)
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas Berkat dan Rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia, izin, hidayah dan kesempatan yang telah diberikankan-Nya kepada
penulis, sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan continuity of care ini
dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN KOMPERHENSIF CONTINUITY
OF CARE PADA NY V DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN TIARA RICA
DAYANI, S.KEB.,BD.,M.KEB KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2024.
Laporan Continuity Of Care ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak,
maka dengan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Achmad Farich, dr., MM selaku Rektor Universitas Malahayati.
2. Dr. Lolita Sary, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Malahayati.
3. Vida Wirautami, SST., Bdn.,M.Kes selaku Ketua Program Studi Profesi
Kebidanan.
4. Tiara Rica Dayani, S.Keb.,Bd.,M.Keb selaku pembimbing klinik di Praktik
Mandiri Bidan Tiara Rica Dayani, S.Keb.,Bd.,M.Keb Kota Bandar Lampung.
5. Rosmiyati, SST.,M.Kes selaku pembimbing yang meluangkan waktunya
untuk membimbing dalam penyusunan laporan continuity of care ini.
6. Anggraini, S.SiT., M.Kes selaku penguji yang meluangkan waktunya untuk
membimbing dalam penyusunan laporan continuity of care ini.
Bandar Lampung, 2024
Benny Arnita
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... v
DAFTAR TABEL........................................................................................... vi
LAMPIRAN.................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Kehamilan...................................................................................... 7
2.2 Konsep Persalinan...................................................................................... 16
2.3 Konsep Nyeri Persalinan............................................................................ 19
2.4 Konsep Nifas.............................................................................................. 32
2.5 Konsep Bayi Baru Lahir............................................................................. 45
2.6 Konsep Pijat Punggung............................................................................... 55
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Asuhan Kebidanan Komperhensif Continuity Of Care Pada Ny V
Di Praktik Mandiri Bidan Tiara Rica Dayani, S.Keb.,Bd.,M.Keb
Kota Bandar Lampung Tahun 2024........................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
4
DAFTAR GAMBAR
Judul Gambar Halaman
Gambar 2.1 Visual Analog Scale...................................................................... 32
5
DAFTAR TABEL
Judul Tabel Halaman
Tabel 2.1 Nilai APGAR.................................................................................... 50
6
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Inform Consent Penelitian
Lampiran 2 : Standar Operasional Prosedur (Sop)
Lampiran 3 : Lembar Pengukuran Nyeri
Lampiran 4 : Penapisan
Lampiran 5 : Birth Plan
Lampiran 6 : Jurnal Acuan
Lampiran 7 : Journal Reading
Lampiran 8 : Dokumentasi
7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Continuity of care dalam kebidanan adalah serangkaian kegiatan
pelayanan yang berkelanjutan dan menyeluruh mulai dari kehamilan,
persalinan, nifas, pelayanan bayi baru lahir serta pelayanan keluarga
berencana yang menghubungkan kebutuhan kesehatan perempuan khususnya
dan keadaan pribadi setiap individu. Hubungan pelayanan kontinuitas adalah
hubungan terapeutik antara perempuan dan petugas kesehatan khususnya
bidan dalam mengalokasikan pelayanan serta pengetahuan secara
komprehensif (Halldorsdottir, 2011).
Cakupan pelayanan antenatal dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan, hal ini ditandai dengan semakin baiknya akses masyarakat
terhadap pelayanan antenatal oleh petugas kesehatan. Cakupan K1 murni
adalah gambaran besaran ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama kali
ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kehamilan
tanpa memandang trimester kehamilan, dimana capaian K1 pada tahun 2019
sebesar 95,75%. Tahapan berikutnya, cakupan pelayanan antenatal sekurang-
kurangnya 4 kali kunjungan (K4) pada tahun 2019 sebesar 99,4% (Kemenkes,
2020). Dalam upaya menurunkan AKI, pemerintah meningkatkan cakupan
pelayanan dari 4 kali kunjungan menjadi 6 kali selama kehamilan dengan
distribusi pelayanan 1 kali pada trimester pertama, 2 kali pada trimester kedua
dan 3 kali pada trimester ketiga (Kemenkes, 2021).
1
Kebijakan asuhan maternitas didasarkan pada komitmen terhadap
pelayanan yang berfokus pada perempuan untuk memastikan perempuan
mengetahui pelayanan apa saja terkait kehamilan dan menerima pelayanan
tersebut. Kebijakan tersebut di lakukan dengan responsibilitas dan
mengalokasikan perawatan yang sesuai, aman dan efektif berdasarkan
identifikasi kebutuhan dan keadaan individu masing-masing (Halldorsdottir,
2011)
Filosofi model continuity of care menekankan pada kondisi alamiah yaitu
membantu perempuan agar mampu melahirkan dengan intervensi minimal
dan pemantauan fisik, kesehatan psikologis, spiritual dan sosial perempuan
dan keluarga.Siklus persalinan merupakan paket pelayanan yang meliputi
pelayanan yang berkelanjutan selama hamil, bersalin dan pasca
persalinan.Memberikan informasi dan arahan perseorangan kepada
perempuan.Sehingga perawatan yang dilakukan oleh bidan terpercaya selama
persalinan dan nifas serta mengidentifikasi dan merujuk apabila
membutuhkan perawatan lanjutan ke spesialis obstetri atau spesialis lainnya.
Continuity of Care adalah suatu proses dimana tenaga kesehatan yang
kooperatif terlibat dalam manajemen pelayanan kesehatan secara terus
menerus menuju pelayanan yang berkualitas tinggi, biaya perawatan medis
yang efektif. Yang dilaksanakan selama masa kehamilan, persalinan, bayi
baru lahir, nifas, dan pelayanan KB yang dilakukan secara
berkesinambungan.Berdasarkan penjelasan diatas untuk mendukung
pembangunan kesehatan penulis tertarik melakukan asuhan kebidanan
2
berkelanjutan (Continuity of Care) pada pasien dimulai dari masa kehamilan,
persalinan, bayi baru lahir, nifas, dan pelayanan KB (Walyani, 2023).
Asuhan kebidanan berkesimbungan dikaitkan dengan fakta bahwa
perempuan merasa lebih siap untuk melahirkan dan lebih percaya diri untuk
menjalani proses persalinan secara positif. Perempuan yang menjalani
pelayanan kebidanan secara continuity of care secara langsung akan
menerima informasi yang dibutuhkan, memiliki rasa percaya diri yang tinggi,
dan merasa aman dan nyaman pada saat menjalani perawatan serta memiliki
hubungan dengan tenaga kesehatan yang terpercaya secara berkesinambungan
(Walyani, 2023).
Bidan memiliki peran penting dalam menurunkan angka kematian ibu
dan anak dengan memberikan asuhan kebidanan yang berfokus pada
perempuan secara berkelanjutan (continuity of care). Asuhan Continuity of
Care (COC) adalah pemberian pelayanan berkesinambungan sejak
kehamilan, persalinan, nifas, bayi 4 baru lahir serta keluarga berencana yang
dilakukan oleh bidan (Maryuani, 2011). Program pemerintah dalam
mengurangi kemungkinan seorang perempuan menjadi hamil dengan
keluarga berencana, mengurangi kemungkinan seorang perempuan hamil
mengalami komplikasi saat kehamilannya, persalinan ataupun saat nifas
dengan melakukan asuhan antenatal serta persalinan yang bersih dan aman,
mengurangi kemungkinan komplikasi persalinan yang berakhir dengan
kesakitan atau kematian melalui pelayanan obstetrik, neonatal esensial dasar
dan komprehensif.
3
Dalam memberikan asuhan pada perempuan, bidan wajib memiliki
kualifikasi asuhan kebidanan yang baik. Salah satu upaya guna meningkatkan
kualifikasi bidan yaitu menerapkan model asuhan kebidanan yang
berkelanjutan (Continuity of Care). Hal tersebut sangat mendasar dalam
model praktik kebidanan untuk pemberian asuhan yang holistik, membangun
kemitraan yang berkelanjutan untuk memberikan dukungan dan membina
hubungan saling percaya antara bidan dengan klien (Astuti et al., 2017)
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang cukup bulan (37-42
minggu) yang hidup diluar kandungan melalui jalan lahir di susul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin yang bersifat spontan, dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung 18 jam tanpa alat bantu atau
kekuatan sendiri tidak ada penyulit atau komplikasi baik ibu maupun bayinya
(Mutmainnah, A. U., Jihan, H. H., & Llyod, S. S. 2017).
Penanganan nyeri pada persalinan menjadi fokus untuk dikerjakan karena
nyeri persalinan berdampak pada fisik dan juga psikologis. Manajemen nyeri
secara nonfarmakologi pada akhir-akhir ini memperoleh perhatian khusus
karena mempunyai beberapa keuntungan daripada farmakologi. Beberapa
penelitian menjelaskan nonfarmakologi lebih unggul dalam penanganan rasa
nyeri karena mudah, hemat, tidak invansive dan meningkatkan kepecayaan
diri dan keterikatan antara pasien dengan pemberi asuhan (S. Ma et al, 2019).
Pelayanan kebidanan komplementer ialah metode penanggulangan
penyakit sebagai pendukung penyembuhan kedokteran/ konvensional ataupun
sebagai penyembuhan opsi lain diluar penyembuhan kedokteran yang
konvensional. Penatalaksanaan pada nyeri persalinan butuh dilakukan dengan
4
baik sehingga tidak memunculkan komplikasi yang mengacaukan persalinan
(Solehati, 2018).
Pemijatan secara lembut akan membantu ibu merasa lebih segar, rileks
dan nyaman selama persalinan. Sebuah penelitian menyebutkan ibu yang
dipijat 20 menit setiap jam selama tahapan persalinan akan lebih bebas dari
rasa sakit. Hal yang terjadi karena pijat merangsang tubuh melepas senyawa
endorfin juga dapat menciptakan perasaan nyaman dan enak. Umumnya, ada
dua teknik pemijatan yang dilakukan dalam persalinan, yaitu effluerage dan
counterpressure. Effluerage adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut,
lambat, dan panjang atau tidak putus-putus. Counterpressure adalah pijatan
tekanan kuat dengan cara meletakkan tumit tangan atau bagian datar dari
tangan, atau juga menggunakan bola tenis (Pastuty, 2010; Astuti, 2017)
Dalam penggunaan teknik mengurangi rasa nyeri persalinan pertimbangkan
yang harus dilakukan antara lain dengan memperhatikan efektifitas waktu,
biaya, aman (tidak membahayakan ibu dan janin) dan efektif (Cepeda, 2013;
Astuti, 2017).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan studi kasus tentang “ASUHAN KEBIDANAN KOMPERHENSIF
CONTINUITY OF CARE PADA NY V DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN
TIARA RICA DAYANI, S.KEB.,BD.,M.KEB KOTA BANDAR
LAMPUNG TAHUN 2024”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah asuhan kebidanan komperhensif
5
continuity of care pada Ny V di Praktik Mandiri Bidan Tiara Rica Dayani,
S.Keb., Bd., M.Keb Kota Bandar Lampung Tahun 2024?”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan komperhensif continuity of care pada Ny
V di Praktik Mandiri Bidan Tiara Rica Dayani, S.Keb., Bd., M.Keb Kota
Bandar Lampung Tahun 2024.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian dan asuhan kebidanan kehamilan Ny V di
Praktik Mandiri Bidan Tiara Rica Dayani, S.Keb., Bd., M.Keb Kota
Bandar Lampung Tahun 2024.
2. Melakukan pengkajian dan asuhan kebidanan persalinan Ny V di
Praktik Mandiri Bidan Tiara Rica Dayani, S.Keb., Bd., M.Keb Kota
Bandar Lampung Tahun 2024.
3. Melakukan pengkajian dan asuhan kebidanan bayi baru lahir Ny V di
Praktik Mandiri Bidan Tiara Rica Dayani, S.Keb., Bd., M.Keb Kota
Bandar Lampung Tahun 2024.
4. Melakukan pengkajian dan asuhan kebidanan keluarga berencana Ny
V di Praktik Mandiri Bidan Tiara Rica Dayani, S.Keb., Bd., M.Keb
Kota Bandar Lampung Tahun 2024.
5. Menyusun diagnosa kebidanan masalah dan kebutuhan sesuai dengan
Ny V di Praktik Mandiri Bidan Tiara Rica Dayani, S.Keb., Bd., M.Keb
Kota Bandar Lampung Tahun 2024.
6
6. Merencanakan dan melaksanakan asuhan kebidanan komperhensif
continuity of care pada Ny V di Praktik Mandiri Bidan Tiara Rica
Dayani, S.Keb., Bd., M.Keb Kota Bandar Lampung Tahun 2024.
1.4 Manfat Penelitian
1.4.1 Bagi Ilmu Pengetahuan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan sekaligus
sebagai ilmu pengetahuan bagi perkembangan ilmu kebidanan yang
dapat disosialisasikan dikalangan institusi kesehatan dan sebagai buku
bacaan bagi mahasiswa Universitas Malahayati.
1.4.2 Bagi Pasien Dan Keluarga
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi klien agar
dapat mengetahui bagaimana cara mengalihkan nyeri, nyeri dapat
dihilangkan tanpa harus menggunakan obat secara medis (Farmakologi)
nyeri dapat dikurangi dengan beberapa macam terapi komplementer
seperti pijat punggung.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Kehamilan
2.1.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan meilbatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu
serta perubahan sosial didalam kelaurga. Jarang seorang hahli medik
terlatih yang begitu terlibat dalam kondisi yang biasanya sehat dan
normal. Meraka menghadapi suatu tugas yang tidak biasa dalam
memberikan dukungan pada pada ibu dan keluarganya dalam rencana
menyambut anggota baru, memantau perubahan-perubahan fisik yang
normal yang dialami oleh ibu dan janin, juga mendeteksi serta
menatalaksana setiap kondisi yang tidak normal (Sarwono, 2014).
2.1.2 Perubahan Pada Sistem Reproduksi Dan Tubuh Ibu Hamil
Menurut Tyastuti (2016) perubaan tubuh seorang ibu yang sedang
hamil dapat dibedakan menjadi beberapa tahap, yang dijelaskan sebagai
berikut:
a. Uterus
Ibu hamil uterusnya tumbuh membesar akibat pertumbuhan isi
konsepsi intrauterin. Hormon Estrogen menyebabkan hiperplasi
jaringan, hormon progesteron berperan untuk elastisitas/kelenturan
uterus.Taksiran kasar pembesaran uterus pada perabaan tinggi fundus:
8
1. Tidak hamil/normal : sebesar telur ayam (+ 30 g)
2. Kehamilan 8 minggu : telur bebek
3. Kehamilan 12 minggu : telur angsa
4. Kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis-pusat
5. Kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat
6. Kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat
7. Kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat-xyphoid
8. Kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-xyphoid
9. minggu : 3 sampai 1 jari bawah xyphoid Ismus uteri, bagian dari
serviks, batas anatomik menjadi sulit ditentukan pada kehamilan
trimester I memanjang dan lebih kuat.
Pada kehamilan 16 minggu menjadi satu bagian dengan korpus,
dan pada kehamilan akhir, di atas 32 minggu menjadi segmen bawah
uterus. Serviks uteri mengalami hipervaskularisasi akibat stimulasi
estrogen dan perlunakan akibat progesteron (tanda Goodell). Sekresi
lendir serviks meningkat pada kehamilan memberikan gejala
keputihan. Ismus uteri mengalami hipertropi kemudian memanjang
dan melunak yang disebut tanda Hegar.Berat uterus perempuan tidak
hamil adalah 30 gram, pada saat mulai hamil maka uterus mengalami
peningkatan sampai pada akhir kehamilan (40 minggu) mencapai
1000 gram (1 kg).
9
b. Vagina / vulva.
Pada ibu hamil vagina terjadi hipervaskularisasi menimbulkan
warna merah ungu kebiruan yang disebut tanda Chadwick. Vagina ibu
hamil berubah menjadi lebih asam, keasaman (pH) berubah dari 4
menjadi 6.5 sehingga menyebabkan wanita hamil lebih rentan
terhadap infeksi vagina terutama infeksi jamur. Hypervaskularisasi
pada vagina dapat menyebabkan hypersensitivitas sehingga dapat
meningkatkan libido atau keinginan atau bangkitan seksual terutama
pada kehamilan trimester dua.
c. Ovarium
Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta,
terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama kehamilan
ovarium tenang/ beristirahat. Tidak terjadi pembentukan dan
pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus
hormonal menstruasi.
d. Payudara
10
Akibat pengaruh hormon estrogen maka dapat memacu
perkembangan duktus (saluran) air susu pada payudara. sedangkan
hormon progesterone menambah sel-sel asinus pada payudara.
Hormon laktogenik plasenta (diantaranya somatomammotropin)
menyebabkan hipertrofi dan pertambahan sel-sel asinus payudara,
serta meningkatkan produksi zat-zat kasein, laktoalbumin,
laktoglobulin, sel-sel lemak, kolostrum. Pada ibu hamil payudara
membesar dan tegang, terjadi hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi
kelenjar Montgomery, terutama daerah areola dan papilla akibat
pengaruh melanofor, puting susu membesar dan menonjol. Hypertropi
kelenjar sabasea (lemak) muncul pada aeola mamae disebut tuberkel
Montgomery yang kelihatan di sekitar puting susu. Kelenjar sebasea
ini berfungsi sebagai pelumas puting susu, kelembutan puting susu
terganggu apabila lemak pelindung ini dicuci dengan sabun. Puting
susu akan mengeluarkan kholostrum yaitu cairan sebelum menjadi
susu yang berwarna putih kekuningan pada trimester ketiga.
e. System Endokrin
1) Progesteron
Progesteron : Pada awal kehamilan hormon progesteron
dihasilkan oleh corpus luteum dan setelah itu secara bertahap
dihasilkan oleh plasenta. Kadar hormon ini meningkat selama
hamil dan menjelang persalinan mengalami penurunan. Produksi
maksimum diperkirakan 250 mg/hari. Aktivitas progesterone
diperkirakan :
11
a. Menurunkan tonus otot polos:
1. Motilitas lambung terhambat sehingga terjadi mual
2. Aktivitas kolon menurun sehingga pengosongan berjalan
lambat, menyebabkan reabsorbsi air meningkat,
akibatnya ibu hamilmengalami konstipasi.
3. Tonus otot menurun sehingga menyebabkan aktivitas
menurun.
4. Tonus vesica urinaria dan ureter menurun menyebabkan
terjadi statis urine.
b. Menurunkan tonus vaskuler: menyebabkan tekanan diastolic
menurun sehingga terjadi dilatasi vena.
c. Meningkatkan suhu tubuh
d. Meningkatkan cadangan lemak
e. Memicu over breathing : tekanan CO2 (Pa CO2) arterial dan
alveolar menurun.
f. Memicu perkembangan payudara Estrogen Pada awal
kehamilan sumber utama estrogen adalah
2) Ovarium.
Selanjutnya estrone dan estradiol dihasilkan oleh plasenta dan
kadarnya meningkat beratus kali lipat, out put estrogen
maksimum 30 – 40 mg/hari.Kadar terus meningkat menjelang
aterm Kortisol. Pada awal kehamilan sumber utama adalah
adreanal maternal dan pada kehamilan lanjut sumber utamanya
12
adalah plasenta. Produksi harian 25mg/hari. Sebagian besar
diantaranya berikatan dengan protein sehingga tidak bersifat aktif.
3) Kortisol
Kortisol secara simultan merangsang peningkatanproduksi
insulin dan meningkatkan resistensi perifer ibu pada insulin,
misalnya jaringan tidak bisa menggunakan insulin, hal ini
mengakibatkan tubuh ibu hamil membutuhkan lebih banyak
insulin. Sel- sel beta normalpulau Langerhans pada pankreas
dapat memenuhi kebutuhan insulin pada ibu hamil yang secara
terus menerustetap meningkat sampai aterm. Ada sebagian ibu
hamil mengalami peningkatan gula darah hal ini dapat disebabkan
karena resistensi perifer ibu hamil pada insulin.
4) Human Chorionic gonadotropin (HCG).
Hormon HCG ini diproduksi selama kehamilan. Pada hamil
muda hormon ini diproduksi oleh trofoblas dan selanjutnya
dihasilkan oleh plasenta. HCG dapat untuk mendeteksi kehamilan
dengandarah ibu hamil pada 11 hari setelah pembuahan dan
mendeteksi pada urine ibu hamil pada 12–14 hari setelah
kehamilan. Kandungan HCGpada ibu hamil mengalami
puncaknya pada 8-11 minggu umur kehamilan. Kadar HCG tidak
boleh dipakai untuk memastikan adanya kehamilan karena
kadarnya bervariasi, sehingga dengan adanya kadar HCG yang
meningkat bukan merupakan tanda pasti hamil tetapi merupakan
tanda kemungkinan hamil. Kadar HCG kurang dari
13
5mlU/mldinyatakan tidak hamil dan kadar HCG lebih 25 mlU/ml
dinyatakan kemungkinan hamil.
Apabila kadar HCG rendah maka kemungkinan kesalahan
HPMT, akan mengalami keguguran atau kehamilan ektopik.
Sedangkan apabila kadar HCG lebih tinggi dari standart maka
kemungkinan kesalahan HPMT, hamil Mola Hydatidosa atau
hamil kembar.HCG akan kembali kadarnya seperti semula pada
4-6 mg setelah keguguran, sehingga apabila ibu hamil baru
mengalami keguguran maka kadarnya masih bisa seperti positif
hamil jadi hati–hati dalam menentukan diagnosa, apabila ada ibu
hamil yang mengalami keguguran untuk menentukan diagnosa
tidak cukup dengan pemeriksaan HCG tetapi memerlukan
pemeriksaan lain.
5) Human Placental Lactogen.
Kadar HPL atau Chorionic somatotropin ini terus meningkat
seiring dengan pertumbuhan plasenta selama kehamilan.Hormon
ini mempunyai efek laktogenik dan antagonis insulin.HPL juga
bersifat diabetogenik sehingga menyebabkan kebutuhan insulin
padawanita hamil meningkat.
6) Relaxin.
Dihasilkan oleh corpus luteum, dapat dideteksi selama
kehamilan, kadar tertinggi dicapai pada trimester pertama. Peran
fisiologis belum jelas, diduga berperan penting dalam maturasi
servik.
14
7) Hormon Hipofisis.
Terjadi penekanan kadar FSH dan LH maternal selama
kehamilan, namun kadar prolaktin meningkat yang berfungsi
untuk menghasilkan kholostrum. Pada saat persalinan setelah
plasenta lahir maka kadar prolaktin menurun, penurunan ini
berlangsung terus sampai pada saat ibu menyusui. Pada saat ibu
menyusui prolaktin dapat dihasilkan dengan rangsangan pada
puting pada saat bayi mengisap puting susu ibu untuk
memproduksi ASI.
f. Sistem Pernapasan
Wanita hamil sering mengeluh sesak napas yang biasanya terjadi
pada umur kehamilan 32 minggu lebih, hal ini disebabkan oleh karena
uterus yang semakin membesar sehingga menekan usus dan
mendorong keatas menyebabkan tinggi diafragma bergeser 4 cm
sehingga kurang leluasa bergerak. Kebutuhan oksigen wanita hamil
meningkat sampai 20%, sehingga untuk memenuhi kebutuhan oksigen
wanita hamil bernapas dalam. Peningkatan hormon estrogen pada
kehamilan dapat mengakibatkan peningkatan vaskularisasi pada
saluran pernapasan atas.
Kapiler yang membesar dapat mengakibatkan edemadan
hiperemia pada hidung, faring, laring, trakhea dan bronkus.Hal ini
dapat menimbulkan sumbatan pada hidung dan sinus, hidung berdarah
(epstaksis) dan perubahan suara pada ibu hamil. Peningkatan
vaskularisasi dapat juga mengakibatkan membran timpani dan tuba
15
eustaki bengkak sehingga menimbulkan gangguan pendengaran, nyeri
dan rasa penuh pada telinga.
g. Sistem Perkemihan
Hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan ureter
membesar, tonus otototot saluran kemih menurun. Kencing lebih
sering (poliuria), laju filtrasi glumerulus meningkat sampai 69 %.
Dinding saluran kemih dapat tertekan oleh pembesaran uterus yang
terjadi pada trimester I dan III, menyebabkan hidroureter dan mungkin
hidronefrosis sementara. kadar kreatinin, urea dan asam urat dalam
darah mungkin menurun namun hal ini dianggap normal. Wanita
hamil trimester I dan III sering mengalami sering kencing
(BAK/buang air kecil) sehingga sangat dianjurkan untuk sering
mengganti celana dalam agar tetap kering.
h. Sistem Pencernaan
Estrogen dan HCG meningkat dengan efek samping mual dan
muntah-muntah, Apabila mual muntah terjadi pada pagi hari disebut
Morning Sickness. Selain itu terjadi juga perubahan peristaltic dengan
gejala sering kembung, dan konstipasi. Pada keadaan patologik
tertentu dapat terjadi muntah-muntah banyak sampai lebih dari 10 kali
per hari (hiperemesis gravidarum).
Aliran darah ke panggul dan tekanan vena yang meningkat dapat
mengakibatkan hemoroid pada akhir kehamilan. Hormon estrogen juga
dapat mengakibatkan gusi hiperemia dan cenderung mudah berdarah.
Tidak ada peningkatan sekresi saliva, meskipun banyak ibu hamil
16
mengeluh merasa kelebihan saliva (ptialisme), perasaan ini
kemungkinan akibat dari ibu hamil tersebut dengan tidak sadar jarang
menelan saliva ketika merasa mual sehingga terkesan saliva menjadi
banyak. Ibu hamil trimester pertama sering mengalami nafsu makan
menurun, hal ini dapat disebabkan perasaan mual dan muntah yang
sering terjadi pada kehamilan muda. Pada trimester kedua mual muntah
mulai berkurang sehingga nafsu makan semakin meningkat.
2.1.3 Perubahan Fisik Kehamilan
1. Perut dan uterus membesar
Pembesaran dinding abdomen terkait dengan tejadinya pembesaran
uterus di rongga abdomen. Pembesaran ini biasanya dimulai pada usia
kehamilan 16 minggu dimana uterus beralih dari organ pelvik jadi
organ abdomen. Pembesaran perut ibu lebih terlihat pada posisi berdiri
jika dibandingkan dengan posisi berbaring. Juga lebih terlihat pada
multipara dibandingkan dengan primigravida akibat kendurnya otot –
otot dinding perut (Yulizawati, 2017).
2. Penambahan berat badan
Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan disebabkan
oleh uterus dan isinya, payudara, dan peningkatan volume darah serta
cairan ekstrasel ekstravaskular. Sebagian kecil dari peningkatan ini
dihasilkan oleh perubahan metabolik yang menyebabkan peningkatan
air sel dan pengendapan lemak dan protein baru yang disebut dengan
17
cadangan ibu (maternal reserves). Penambahan berat rerata ibu selama
kehamilan adalah 12,55 kg (Yulizawati, 2017).
Tabel 2.1
Tabel Perkiraan Penambahan BB Ibu Hamil
Jenis Berat Badan (kg)
Janin 3-4
Plasenta 0,6
Cairan amnion 0,8
Peningkatan berat uterus 0,9
Peningkatan berat payudara 0,4
Peningkatan volume darah 1,5
Ceiran ekstraseluler 1,4
Lemak 3,5
Sumber : Reeder (2011; Wardiyah., Rilyani, 2016)
2.1.4 Berat Janin Selama Kehamilan
Berat badan janin normal bisa diketahui sesuai dengan usia kehamilan,
yakni sebagai berikut (Sukarni, 2019):
1. Trimester pertama
Pada usia kehamilan awal, bayi mungkin memiliki berat badan
kurang, dimana panjangnya diukur dari puncak atau atas kepala
hingga pantat ataubawah. berat badan janin normal sesuai usia
kehamilannya, yakni 8minggu seberat 1 gram, 9 minggu seberat 2
gram, 10 minggu seberat 4gram, 11 minggu 7 gram, dan 12 minggu
seberat 14 gram.
2. Trimester kedua
Setelah 20 minggu, panjang janin dalam kandungan akan mulai
diukur dari mahkota ke tumit. Untuk berat badan janin normal pada
trimester kedua yakni, usia 13 minggu 23 gram, 14 minggu 43 gram,
15 minggu 70gram, 16 minggu 100 gram, 17 minggu 140 gram, 18
18
minggu 190 gram, 19 minggu 240 gram, dan 20 minggu 300 gram.
Berat badan bayi normal akan meningkat secara bertahap, yakni pada
usia 21 minggu seberat 360gram, 22 minggu 430 gram, 23 minggu
501 gram, 24 minggu 600 gram, 25 minggu 660 gram, 26 minggu
seberat 760 gram, dan 27 minggu 875gram.
3. Trimester ketiga
Perkembangan bayi pada trimester ketiga sudah cukup pesat
termasukberat badannya. Untuk usia kehamilan 28 minggu biasanya
janin memiliki berat 1005 gram, 29 minggu 1153 gram, 30 minggu
1319 gram, 31minggu 1502 gram, 32 minggu 1702 gram, 33 minggu
1918 gram, 24minggu 2146 gram, dan 35 minggu 2383 gram. Untuk
usia 36 minggunormalnya bayi memiliki berat 2622 gram, 37 minggu
2859 gram, 38minggu 3083 gram, 39 minggu 3288 gram, 40 minggu
3462 gram, 41minggu 3597 gram, 42 minggu 3685 gram, dan 43
minggu 3717 gram.
2.1.5 Tinggi Fundus Uteri
Penentuan Tinggi Fundus Uteri menerapkan teori yangdikemukakan
oleh Mc. Donald dengan menggunakan alat ukur panjangmulai dari tepi
atas simfisis pubis sampai fundus uteri atau sebaliknya pada usia
kehamilan lebih kurang 22 minggu. Beberapa prinsip yang
harusdiperhatikan dalam mengukur TFU dengan teknik Mc. Donald
adalah :
1) Alat ukur panjang (meteran) yang digunakan tidak boleh elastis
2) Saat pengukuran TFU, Kandung kemih ibu harus dikosongkan.
19
3) Posisi ibu saat diukur kakinya ditekukan.
Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan Mc. Donald adalahmenentukan
umur kehamilan berdasarkan minggu, dan hasilnya bisadibandingkan
dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT). TFU dalam
sentimeter (cm), yang normal harus sama dengan usiakehamilan dalam
minggu yang ditentukan berdasarkan hari pertama haidterakhir. Hasil
pengukuran minimal harus lebih besar atau sama dengan 2cm dari umur
kehamilan karena jika deviasi lebih kecil dari 2 cm, makadapat
disimpulkan bahwa adanya gangguan pertumbuhan pada janin, sedangkan
bila deviasi besar dari 2 cm kemungkinan terjadi bayi kembar,
polihidramnion, janin besar (Mandriwati, 2008). Menurut Mc. Donald,
Tinggi Fundus Uteri berdasarkan usia kehamilan sebagai berikut
(Manuaba, 2014):
Tabel 2.2
Perhitungan Tinggi Fundus Uteri
No. Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri
1 22 minggu 20-24 di atas simfisis
2 28 minggu 26-30 di atas simfisis
3 30 minggu 28-32 di atas simfisis
4 32 minggu 30-34 di atas simfisis
5 34 minggu 32-36 di atas simfisi
6 36 minggu 34-38 di atas simfisis
7 38 minggu 36-40 di atas simfisis
8 40 minggu 38-42 di atas simfisis
2.1.6 Taksiran Berat Janin
Perhitungan atau taksiran berat janin (TBJ) merupakan salah
satukomponen penting dalam asuhan antenatal yang dilakukan dalam
proseskehamilan dan sebelum persalinan dengan tujuan mengurangi
tingkat morbiditasdan mortalitas terkait kemungkinan penyulit yang dapat
20
terjadi pada prosespersalinan. Ketepatan penaksiran berat janin juga akan
berpengaruh terhadappenatalaksanaan persalinan. Penelitian ini
menerapkan metode perhitunganRumus Johnson-Toshach dalam
mengukur taksiran berat janin (TBJ), denganrumus sebagai berikut:
(TBJ-J) = (TFU – n) x 155
Dimana n adalah penurunan bagian bawah janin, n = 11 bila kepala
janins udah melewati spina iskiadika (bidang Hodge III), n = 12 bila
kepala janin sudahmemasuki pintu atas panggul, n = 13 bila kepala janin
masih floating. Bilaketuban sudah pecah maka TBJ ditambahkan 10%.
Penggunaan rumus Johnson Tohsach dalam melakukan perkiraan
berat badan janin sama dengan Julianti K (2005) dalam penelitiannya
yangmenyimpulkan bahwa rumus Johnson Tohsach memiliki akurasi lebih
tinggi namun prinsip kehati-hatian perlu untuk ditingkatkan dalam
mengukur Tinggi Fundus Uteri untuk menafsirkan berat badan janin.
Faktor-faktor yangberpengaruh terhadap pengukuran atau taksiran dan
diperkirakan tidak dapat dikoreksi seperti hidramnion, kehamilan
ganda, tumor rahim, plasenta previatidak akan memberikah akurasi
yang tinggi.
2.2 Konsep Persalinan
2.2.1 Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. (Sukarni, 2019). Persalinan
adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang diawali
dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat pengeluaran
21
bayi sampai dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya dimana proses
persalinan ini akan berlangsung selama 12 sampai 14 jam (Mayles, 1996;
Kurniarum, 2016).
2.2.2 Tanda-Tanda Persalinan :
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya
wanita memasuii kala pendahulu (preparatory stage of labor), dengan
tanda-tanda :
a. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki
pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multigravida
tidak begitu terlihat.
b. Perut kelihatan lebih melebar.
c. Perasaan sering atau susah buang air kecil (polakisuria) karena
kandung kemih tertekan oleh bagian nawah janin.
d. Perasaan sakit perut dan pinggang oleh adanya kontraksi lemah dari
uterus, disebut “fase labor pains”.
e. Servik menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah
bisa bercampur darah (bloody show)
2.2.3 Faktor-Faktor Dalam Persalinan
a. Power
- His (kontraksi otot rahim)
- Kontraksi otot dinding perut.
- Kontraksi diafragma pelviks atau kekuatan mengedan.
- Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum
b. Passanger
22
- Janin dan plasenta
c. Passage
- Jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang (Maternity.,
Putri.,Yantina,2016).
2.2.4 Kala Persalinan (Maternity., Putri.,Yantina, 2016)
a. Kala I persalinan ditandai dengan keluanya lendir bercampur darah
(bloody show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan
mendatar (effacement). Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah
kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks
mendatar dan membuka. Kala I persalinan dibagi atas 2 fase, yaitu :
1) Fase laten, berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi
sangat lambat mencapai ukuran diameter 3cm.
2) Fase aktif, dibagi menjadi 3 fase yaitu :
a. Fase Akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3cm
menjadi 4 cm.
b. Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
c. Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat. Dalam waktu
2 jam pembukaan 9 cm, menjadi lengkap.
d. Kala II, his terekoordinasi, kuat,cepat, dan lebih lama, kira-
kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang
panggul sehingga terjadi tekanan pada otot dasarpanggul
yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.
Karena tekanan pada rektum, ibu merasa seperti mau
23
buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu
his, kepala janin mulai terlihat, vulva terbuka, dan
perineum meregang. Dengan his mengedan dan terpimpi,
akan lahirlah kepala, diikuti seluruh badan janin.kala II
pada primi 11/2-2 jam, pada multi 1/2-1 jam.
e. Kala III dimulai setelah bayi lahir, kontraksi Rahim
istirahatsebemtar. Pada lapisan Nitabuusch sudah mulai
pelepasan plasenta, karena sifat retraksi otot Rahim. Tanda
lepasnya plasenta adalah :
- Uterus menjadi bundar
- Uterus terdorong keatas, karena plasenta dilepas ke
segmen bawah Rahim.
- Talipusat bertambah panjang.
- Terjadi perdarahan
d. Kala IV adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi
lahir, untuk mengawasi keadaan ibu terutama terhadap
bahaya post partum.
Observasi yang dilakukan adalah :
- Tingkat kesadaran penderita
- Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu
dan pernafasan.
- Kontraksi uterus.
- Terjadinya perdarahan. Perdarahan dikatakan normal jika
tidak melebihi 400-500cc.
24
2.3 Konsep Nyeri Persalinan
2.3.1 Pengertian
Terjadinya his pada persalinan, yang ditandai dengan pinggang
terasa menjalar hingga ke depan, sifatnya teratur, interval makin pendek,
dan kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh terhadap perubahan
serviks, semakin beraktivitas (jalan) maka akan semakin bertambah
kekuatan (Manuaba, 2014). Nyeri persalinan adalah nyeri yang dirasakan
seorang ibu pada proses persalinan timbul karena kontraksi Rahim,
ketika kepala janin mulai turun (kala I dan kala II pembukaan). Nyeri
makin lama akan terasa makin kuat (Maulana, 2017).
2.3.2 Fisiologi Nyeri Persalinan
Pada dasarnya Rasa nyeri pada proses persalinan berbeda dengan
rasa nyeri yang dialami individu pada umumnya. Perbedaan tersebut
terletak pada (Rejeki, 2020):
a. Proses fisiologis: Nyeri persalinan adalah proses fisiologis, dimana
ini terjadi karena adanya kontraksi akibat proses hormonal dalam
persalinan seperti naiknya kadar oksitoksin, naiknya kadar
prostaglandin dan turunya kadar progresteron
b. Perempuan dapat mengetahui bahwa ia akan mengalami nyeri saat
bersalin apalagi bila seseorang telah mengalami atau berpengalaman
sebelumnya, sehingga hal tersebut dapat diantisipasi
c. Pengetahuan yang cukup tentang proses persalinan akan membantu
perempuan untuk mengatasi nyeri persalinan yang bersifat
intermiten (sementara)
25
d. Konsentrasi perempuan pada bayi yang akan dilahirkan akan
membuat lebih toleran terhadap nyeri yang dirasakan saat
persalinan, karena ia lebih berfokus pada harapan kelahiran
bayinya.
Nyeri yang dialami oleh perempuan dalam persalinan diakibatkan
oleh kontraksi uterus, dilatasi serviks; dan pada akhir kala I dan pada
kala II oleh peregangan vagina dan dasar pelvis untuk menampung
bagian presentasi (Maryunani, 2010; Rejeki, 2020). Rasa tidak nyaman
(nyeri) selama persalinan kala I disebabkan oleh dilatasi dan penipisan
serviks serta iskemia uterus hal ini dikarenakan penurunan aliran darah
sehingga oksigen lokal mengalami defisit akibat kontraksi arteri
miometrium, nyeri ini disebut nyeri viseral. Sedangkan pada akhir kala I
dan kala II, nyeri yang dirasakan pada daerah perineum yang terjadi
akibat peregangan perineum, tarikan peritonium dan daerah
uteroservikal saat kontraksi, penekanan vesika urinaria, usus dan
struktur sensitif panggul oleh bagian terendah janin, nyeri ini disebut
nyeri somatik (Lowdermilk, Perry, & Cashion, 2014; Rejeki, 2020).
Impuls rasa nyeri pada tahap pertama (Kala I) persalinan
ditransmisikan melalui segmen saraf spinalis T11-12 dan saraf-saraf
asesori torakal bawah serta saraf simpatik lumbar atas. Saraf-saraf ini
berasal dari korpus uterus dan serviks. Rasa tidak nyaman akibat
perubahan serviks dan iskemia rahim disebut nyeri viseral. Nyeri ini
berasal dari bagian bawah abdomen dan menyebar kedaerah lumbar
punggung dan menurun ke femur. Impuls nyeri yang berasal dari serviks
26
dan korpus uteri ditransmisikan oleh serabut saraf aferen melalui pleksus
uterus, pleksus pelviks, pleksus hipogastrik inferior, midle, posterior dan
masuk ke lumbal yang kemudian masuk ke spinal melaui L1, T12, T11
dan T10. Biasanya ibu mengalami rasa nyeri ini hanya selama kontraksi
dan bebas dari rasa nyeri pada interval antar kontraksi (Lowdermilk et
al., 2014; Rejeki, 2020).
Tahap kedua persalinan (Kala II) yakni tahap pengeluaran bayi, ibu
mengalami nyeri somatik atau nyeri pada perineum. Rasa tidak nyaman
pada perineum ini timbul akibat peregangan jaringan perineum akibat
tekanan bagaian terendah janin, kandung kemih, usus atau strukstur
sensitif panggul yang lain. Impuls nyeri pada tahap kedua persalinan
(kala II) dihantar melalui saraf pudendal menuju S1-4 dan sistem
parasimpatis jaringan perineum. Nyeri yang dirasakan terutama pada
daerah vulva dan sekitarnya serta pinggang (Freudenrich, 2009; Rejeki,
2020). Nyeri tahap ketiga (kala III) adalah nyeri lokal yang disertai kram
dan sensasi robekan akibat distensi dan laserasi serviks, vagina atau
jaringan perineum.
2.3.3 Tingkat Nyeri Dalam Persalinan
Menurut Bustan (2012; Zakiyah, 2015), Nyeri persalinan merupakan
pengalaman subyektif akibat timbulnya perubahan fungsi organ tubuh
yang terlihat dalam menentukan kemajuan persalinan melalui jalan lahir.
Menurut Kozer (2000; Zakiyah, 2015), tingkat nyeri persalinan
digambarkan dengan intensitas nyeri yang dipersepsikan olah ibu saat
roses persalinan. Intensitas nyeri tergantung dari sensasi keparahan nyeri
27
itu sendiri. Intensitas rasa nyeri persalinan bisa ditentukan dengan cara
menanyakan tingkatan intensitas atau merajuk pada skala nyeri. Hal ini
dilakukan ketika ibu tidak dapat menggambarkan rasa nyeri. Contohnya,
skala 0-10 (skala numeric), skala deskriptif yang menggambarkan
intensitas tidak nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan, skala dengan
gambar kartun profil wajah dan sebagainya. Intensitas nyeri rata-rata ibu
bersalin kala I fase aktif digambarkan dengan skala VAS sebesar 0-
10dengan melihat data objektif klien (Zakiyah, 2015).
2.3.4 Penyebab Rasa Nyeri
Menurut Maryunani (2010) dengan bahasa awam rasa nyeri persalinan
muncul karena:
a. Rasa nyeri tak tertahankan menjelang persalinan menandakan bahwa
tubuh sedang berkerja keras membuka mulut Rahim agar bayi
bergerak turun melewati jalan lahir.
b. Kontraksi Rahim sehingga otot-otot dinding Rahim menjadi
mengkerut dan menjepit pembulu darah.
c. Jalan lahir atau vagina serta jaringan lunak di sekitarnya meregang.
d. Rasa takut atau cemas dan tegang memicu produksi hormone
prostaglandin sehingga menimbulkan stress. Kondisi stress dapat
menyebabkan kemampuan tubuh menahan rasa sakit menjadi
berkurang.
Dengan kata lain, nyeri pada proses persalinan akan melalui 4 tahap/
Kala yaitu:
28
a. Kala I (Pembukaan), biasanya nyeri pada tahap ini diakibatkan oleh
kontraksi Rahim dan peregangan mulut Rahim.
b. Tahap II (Kelahiran), nyeri timbul karena peregangan dasar panggul
dan pengguntingan perineum (bibir kemaluan) jika diperlukan.
c. Tahap III adalah nyeri yang ditimbulkan karena pelepasan plasenta.
d. Tahap terakhir nyeri yang ditimbulkan karena penjahitan perineum
(Maryunani, 2010)
2.3.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Respon Terhadap Nyeri
Persalinan
a. Rasa Takut atau Kecemasan
Rasa takut atau kecemasan akan meninggalkan respon individual
terhadap rasa sakit. Rasa takut akan hal yang tidak diketahui, rasa
takut ditinggal sendiri pada saat proses bersalin (tanpa pendamping)
dan rasa takut atas kegagalan persalinan dapat meningkatkan
kecemasan (Zakiyah, 2015).
b. Kepribadian
Kepribadian ibu berperan penting dalam rasa sakit, ibu yang secara
alamiah tegang dan cemas akan lebih lemah dalam menghadapi stress
disbanding wanita yang rileks dan percaya diri (Zakiyah, 2015).
c. Kelelahan
Ibu yang sudah lelah selama beberapa jam persalinan, mungkin
sebelumnya sudah terganggu tidurnya oleh ketidaknyamanan dari
akhir masa kehamilannya akan kurang mentolerir rasa sakit (Zakiyah,
2015).
29
d. Faktor sosial dan budaya
Faktor sosial dan budaya juga berperan penting dalam reaksi rasa
sakit. Beberapa budaya mengharapkan stoicesme (sabar dan
membiarkannya) sedangkan budaya lainnya mendorong keterbukaan
untuk menyatakan perasaan (Zakiyah, 2015).
e. Pengharapan
Pengharapan akan memberi warna dan pengalaman. Wanita yang
realistis dalam pengharapannya mengenai persalinannya dan
tanggapannya terhadap hal tersebut mungkin adalah persiapan yang
terbaik sepanjang dia merasa percaya diri bahwa ia akan menerima
pertolongan dan dukungan yang diperlukannya dan yakin bahwa ia
akan menerima analgesic yang sesuai (Zakiyah, 2015).
2.3.6 Penatalaksanaan Nyeri Persalinan
Banyak substansi-substansi /agen farmakologis tersedia untuk
mengurangi nyeri. Perawat harus memberikan semua analgesik dengan
menggunakan pedoaman/petunjuk dari the joint Commisions national
patient safety goals (Zakiyah, 2015).
1. Analgesik
Analgesik merupakan metoda penanganan nyeri yang paling
umum dan sangat efektif.
a. Analgesik non – opioid
Mencakup asetaminofen dan obat antiinflamasi non – steroid
(NSAIDs). Asetaminofen tidak memiliki efek antiinflamasi atau
30
antiplatelet. Obat ini bekerja secara menyebar dan terpusat,
namun kerja obat ini belum diketahui secara pasti. Efek
terbesarnya yang bersifak merugikan adalah hepatotoksik. Obat
ini termasuk variasi dari obat yang berlawanan dengan obat
demam, flu dan alergi.
NSAIDs seperti aspirinn dan ibuprofen, memberikan
penurunann rasa nyeri untuk nyeri akut ringan hingga sedang
yang timbul sesekali. NSAIDs diperkirakan bekerja dengan cara
mengahmbat sintesis prostaglandin. Sehingga sel – sel berespons
terhadap peradangan/inflamasi. Kebanyakan NSAIDs bekerja
pada reseptor saraf perifer untuk mengurangi transmisi stimulus
nyeri dan terbukti aman untuk digunakan dalam jangka waktu
yang pendek.
b. Analgesik opioid (analgesik narkotik)
Opioid atau analgesik yang seperti opioid secara umum
digunakan untuk nyeri sedang hingga berat. Analgesik ini bekerja
pada pusat otak yang lebih tinggi dan tulang belakang melalui
cara pengikatan dengan reseptor opiat untuk memodifikasi
persepsi nyeri. efek merugikan dari opioid adalah sedasi, yang
selalu terjadi sebelum depresi pernapasan. Efek tambahan yang
merugikan dari opioid mencakup mual, muntah, konstipasi, rasa
gatal, retensi urin, spasme otot, dan perubahan proses mental.
Respons seseorang terhadap analgesik merupakan hal yang
31
bersifat individual. NSAIDs terkadang sama efektifnya dengan
atau lebih efektif daripada opioid bagi beberapa klien apabila
nyeri disebabkan oleh proses inflamasi.
Pemberian analgesik secara oral biasanya memiliki waktu
onset dan durasi kerja obat yang lebih lama daripada dalam
bentuk suntikan. Selain itu, formulasi opioid yang dilepaskan
secara meluas atau terkontrol tersedia untuk diberikan setiap 8
sampai 12 jam. Sebelum memberikan opioid, penting untuk
mempertimbangkan kondisi klien, termasuk pengobatan saat ini,
penyakit/kondisi, dan/atau fungsi organ.
Beberapa intervensi non – farmakologis tersedia untuk
mengurangi nyeri. Bagaimanapun, intervensi tersebut dilakukan
dengan dan tidak ditempatkan sebagai tindakan farmakologis.
Intervensi non – farmakologis mencakup perilaku kognitif dan
pendekatan secara fisik. Tujuan dari intervensi perilaku kognitif
adalah untuk mengubah persepsi klien terhadap nyeri, untuk
mengubah perilaku terhadap nyeri, dan untuk mengajari klien agar
memiliki rasa kontrol terhadap nyeri yang lebih baik.
Penatalaksanaan nyeri nonfarmakologi (Zakiyah, 2015):
a. Stimulasi pada area kulit
Stimulasi pada area kulit atau cutaneous stimulation adalah istilah
yang digunakan dalam manajemen nyeri secara nonfarmakologi
sebagai salah satu teknik yang dipercaya dapat mengaktifkan opioid
endogen. Sebuah sistem analgesik monoamina yang dapat
32
menurunkan intensitas nyeri. Teknik ini terdiri atas pemberian
kompres dingin, kompres hangat, massase, dan TENS
(Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) (Zakiyah, 2015).
1. Pemberian kompres panas dan dingin
Kompres dingin dan panas dapat dijadikan salah satu strategis
untuk menurunkan nyeri efektif pada beberapa kondisi, terapi
kompres dingin dan panas bekerja dengan menstimulasi reseptor
tidak nyeri (non-nosiseptor) dalam reseptor yang sama seperti cidera.
Area pemberian kompres panas dan dingin dapat menimbulkan
respon sistemik dan respons lokal. Stimulasi ini mengirimkan
implus-implus dari perifer ke hipotalamus yang kemudian menjadi
sensasi temperatur tubuh secara normal (Poter dan Perry, 2005).
Kompres panas adalah memebrikan rasa hangat pada daerah
tertentu dengan menggunakan cairan atau alat menimbulkan hangat
pada bagian tubuh yang memerlukan. Tindakan ini selain untuk
melancarkan sirkulasi darah juga untuk menghilangkan rasa sakit,
merangsamh peristaltis usus, pengeluaran getah radang menjadi
lancar, serta memberikan keteannagan dan kenyamanan pada klien.
Pemberian kompres dilakukan pada radang persendian, kekejangan
otot, perut kembung, dan pada saat kedinginan.
Sementara kompres dingin adalah memeberi rasa dingin pada
daerah setempat dengan menggunakan kain dicelupkan pada air
biasa atau air es sehingga memberi efek rasa dingin pada daerah
tersebut. Tujuan diberiklan kompres dingin adalah menghilangkan
33
rasa nyeri akibat edema atau trauma, mencegah konghesti kepala,
perlambat denyut jantung, mempersempit pembuluh darah,
mengurangi arus darah lokal. Tempat yang diberikan kompres
dingin tergantung lokasinya dan selama pemberian kompres, kulit
klien diperiksa setelah 5 m3nit pemberian, jika dapat ditoleransi oleh
kulit maka diberikan selama 20 menit.
2. Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)
Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) adalah
salah satu alat yang digunakan untuk menurunkan nyeri dengan
mengunakan gelombang bifasik melalui elektroda pada kulit,
umumnya berupa stimulator mesin kecil yang dioperasikan dengan
baterai dengan arus keluaran 0-50Ma. Frekuensi bervariasi dari 2 HZ
SAMPAI 300 HZ, Frekuensi terendah digunakan untuk nyeri kronis
dan sedikit lebih tinggi (80-120HZ) untuk nyeri akut.
3. Masase
Massase adalah melakukan tekanan dengan menggunakan
tangan pada jaringan lunak, biasanya otot, tendon, atau ligamentum
tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi yang
ditujukan untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan / atau
memperbaiki sirkulasi.
b. Accupressure
Accupressure adalah salah satu pengobatan Tiongkok yang
sudah lama dikenal. Di Barat, accupressure adalah penekanan-
penekanan pada titik pengaktif dimana dalam hal nyeri titik
34
pengkatif adalah sama dengan titik akupuntur. Menurut ilmu
kedokteran Timur, accupressure adalah penekanan titik-titik
akupuntur dengan tujuan memperlancar sirkulasi sehingga tercapai
keseimbangan energi, dengan indikasi utama untuk nyeri dan
gangguan neuromuscular, sedangkan indikasi lainnya adalah sama
dengan akupuntur (Zakiyah, 2015).
c. Distraksi
Distraksi merupakan suatu cara mengalihkan perhatian pasien ke hal
lain dari nyeri yang dapat menurunkan kewaspadaan pasien terhadap
nyeri, sehingga nyeri berkurang. Jenis-jenis distraksi:
1) Distraksi visual
Melihat pertandingan, menoton televisi, membaca koran, melihat
pemandangan, dan gambar.
2) Distraksi intelektual
Mengisi teka-teki silang, bermain kartu, melakukan kegemaran
(seperti mengumpulkan perangko), dan menulis cerita.
3) Distraksi pendengaran
Distraksi pendengaran dapat dilakukan dengan mendengarkan
musik yang disukai satau suara burung serta gemericik air. Pasien
dinjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik tenang
seperti musik klasik
4) Distraksi pernapasan
35
Bernapas ritmik dan memandang fokus pada objek gambar atau
memejamkan mata.
d. Relaksasi
Teknik yang dapat digunakan untuk menurunkan kecemasan dan
ketegangan otot. Jenis-jenis relaksasi meliputi:
1. Imajinasi terbimbing
Imanjenasi terbimbing adalah kegiatab klien membanyangkan hal-
hal yang menyenangkan dan mengkonsentrasi diri pada bayanagan
tersebut serta berangsur-angsur membebaskan diri dari perhatian
terhadap nyeri.
2. Progresiv Muscle Relaxtion (PMR)
Progresiv Muscle Relaxtion (PMR) merupakjan strategi untuk
membantu relaksasi melaluii peregangan dan pelemasan otot.
Relaksasi merupakan metode efektif, terutama pada klien yang
mengalami nyeri kronis.
e. Reframing
Reframing merupakan teknik yang mengajarkan tentang cara
monitor atau mengawasi pikiran negatif dan menggantinya dengan
salah satu pikiran yang lebih positif.
f. Hipnotis
Hipnotis menurut society for psychilogical hypnosis (2005) yaitu :
hipnotis adalah teknik terapi dimana klinis (ahli psikologi, dokter,
perawat dsb) membuat saran atau sugestii kepada individu yang telah
36
menjadi prosedur yang dirancang agar santai dan berfokus pada
pikiran mereka.
g. Biofeedback
Latihan biofeedback adalah cara lain untuk membantu klien ketika
mengalami nyeri, khusus bagi seseorang yang sulit merelaksasi
ketegangan otot. Biofeedback merupakan sebuah proses klien untuk
mempengaruhi respon psikologis diri dengan mengubah
pengalamanan tentang reasa nyeri yang sedang dirasakan.
h. Palasebo
Palasebo adalah bahan-bahan tanpa sifat farmakologis, misalnya
gula atau pil palsu dan biasnya digunakan secara luas sebagai kontrol
dalam eksperimen untuk menguji efek sebuah obat.
2.3.7 Pengkajian Nyeri
Pengkajian skala nyeri menggunakan Visual Analog Scale. Merupakan
suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan
memiliki alat pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini
memberikan kebebasan penuh pada pasien untuk mengidentifikasi tingkat
keparahan nyeri yang ia rasakan. Skala analog visual merupakan pengukur
keparahan nyeri yang lebih sensitif karena pasien dapat mengidentifikasi
setiap titik pada rangkaian daripada dipaksa memilih satu kata atau satu
angka.
VAS for pain (VAS-P) adalah skala unidimensional untuk mengukur
nyeri. VAS-P berupa garis horizontal atau vertikal 100 mm dengan angka
0 mm mengindikasikan tidak nyeri dan 100 mm sangat nyeri. Metode
37
scoring pada VAS-P adalah menggunakan penggaris, skor ditentukan
dengan mengukur jarak (mm) pada baris 10-cm dan pasien memberikan
tanda pada kisaran skor 0-100. Sebuah skor yang lebih tinggi
menunjukkan lebih besar intensitas nyerinya. Seperti yang dikutip dari
Jensen dalam Hawker, Mian, Kendzerska, dan French (G.a Hawker, Mian,
Kendzerska, & French, 2011) terdapat titik potong distribusi nyeri skor
VAS pada pasien yang menggambarkan intensitas nyeri. Titik potong pada
VAS-P yang direkomendasikan, yaitu : tidak ada rasa sakit (0-4 mm),
nyeri ringan (5-44mm), nyeri sedang (45-74 mm),dan sakit parah (75-100
mm). VAS-P adalah alat ukur yang dapat digunakan secara mudah karena
dapat diambil <1menit. VAS-P memiliki hasil uji realiabilitas r=0,94;
P<0,001, validitas 0,99.(G. A. Hawker et al., 2011; Vitani,
2019)Perbedaan klinis minimum telah ditentukan untuk VAS-P yaitu 1,37
cm. (Deloach, Stiff, &Caplan, 1998; G. a Hawker et al., 2011; Vitani,
2019)
Gambar 2.1
Visual Analog Scale
38
2.4 Konsep Nifas
2.4.1 Pengertian Nifas
Masa nifas merupakan masa yang paling kritis dalam kehidupan ibu
maupun bayi, diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan
terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24
jam pertama. Dalam memberikan pelayanan pada masa nifas, bidan
menggunakan asuhan yang berupa memantau keadaan fisik, psikologis,
spiritual, kesejahteraan sosial ibu/keluarga, memberikan pendidikan dan
penyuluhan secara terus menerus. Dengan pemantauan dan asuhan yang
dilakukan pada ibu dan bayi pada masa nifas diharapkan dapat mencegah
atau bahkan menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian
Bayi (Khasanah., Sulistyawati, 2017).
Masa nifas merupakan periode yang akan dilalui oleh ibu setelah
masa persalanian, yang dimulai dari setelah kelahiran bayi dan plasenta,
yakni setelah berakhirnya kala IV dalam persalinan dan berakhir sampai
dengan 6 minggu (42 hari) yang ditandai dengan berhentinya perdarahan.
Masa nifas berasal dari bahasa latin dari kata puer yang artinya bayi, dan
39
paros artinya melahirkan yang berarti masa pulihnya kembali, mulai dari
persalinan sampai organ-organ reproduksi kembali seperti sebelum
kehamilan (Rosyidah, 2019).
Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting. Pada
masa ini, ibu nifas menjadi sangat sensitif, sehingga diperlukan
pengertian dari keluarga-keluarga terdekat. Peran bidan sangat penting
dalam hal memberi pengarahan pada keluarga tentang kondisi ibu serta
pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada ibu nifas agar tidak
terjadi perubahan psikologis yang patologis (Khasanah., Sulistyawati,
2017).
2.4.2 Periode Postpartum
Periode postpartum dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu (Saleha, 2009; Rilyani.,
Aryanti, 2016):
a. Immediate Postpartu, adalah masa segera setelah plasenta lahir
sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat masalah,
misalnya perdarahan karena atonia uteri. Dengan demikian, haris
teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia,
tekanan darah, dan suhu.
b. Early Postpartum (24 jam-1 minggu), masa ini memastikan involusi
uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, kondisi lokia
tidak berbau busuk, tidak demam, ibu mendapatkan makanan dan
cairan serta ibu dapat menyusu dengan baik.
40
c. Late Postpartum (1 minggu-5 minggu), periode ini petugas
kesehatan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari
sserta konseling KB.
2.4.3 Tahapan Masa Nifas
1. Puerperium Dini
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah
40 hari.
2. Puerperium intermedial.
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium.
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna (Sukma,
2017).
2.4.4 Perubahan Fisik Masa Nifas (Walyani, 2015)
1) Rahim kram dan mules dibagian bawah perut akibat penciutan
Rahim (involusi)
2) Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (lochea)
3) Kelelahan karena proses melahirkan
4) Pembentukan ASI sehingga payudara membesar
5) Kesulitan buang air besar (BAB) dan (BAK)
6) Gangguan otot (betis, dada, perut, panggul dan bokong)
7) Perlukaan jaaln lahir (lecet atau jahitan)
41
2.4.5 Fisiologis Masa Nifas
Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum
hamil. Perubahan fisiologis pada masa ini sangat jelas yang merupakan
kebalikan dari proses kehamilan. Pada masa nifas terjadi perubahan-
perubahan fisiologis terutama pada alat-alat genitalia eksterna maupun
interna, dan akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan yang terjadi pada masa nifas ini adalah
(Khasanah., Sulistyawati, 2017):
1. Perubahan sistem reproduksi
Perubahan pada sistem reproduksi secara keseluruhan disebut proses
involusi, di samping itu juga terjadi perubahan-perubahan penting
lain yaitu terjadinya hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. Organ
dalam sistem reproduksi yang mengalami perubahan yaitu:
a) Uterus
Uterus adalah organ yang mengalami banyak perubahan besar
karena telah mengalami perubahan besar selama masa
kehamilan dan persalinan. Pembesaran uterus tidak akan terjadi
secara terus menerus, sehingga adanya janin dalam uterus tidak
akan terlalu lama. Bila adanya janin tersebut melebihi waktu
yang seharusnya, maka akan terjadi kerusakan serabut otot jika
tidak dikehendaki. Proses katabolisme akan bermanfaat untuk
mencegah terjadinya masalah tersebut. Proses katabolisme
sebagian besar disebabkan oleh dua faktor, yaitu:
42
1) Ischemia Myometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-menerus
dari uterus setelah pengeluaran plasenta, membuat uterus
relatif anemi dan menyebabkan serat otot atropi.
b) Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di
dalam otot uterus. Enzim proteolitik dan makrofag akan
memendekan jaringan otot yang sempat mengendur hingga 10
kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semula selama
kehamilan. Akhir 6 minggu pertama persalinan:
1) Berat uterus berubah dari 1000 gram menjadi 60 gram
2) Ukuran uterus berubah dari 15 x 12 x 8 cm menjadi 8 x 6 x
4cm.
3) Uterus secara berangsur-angsur akan menjadi kecil
(involusi) sehingga akhirnya kembali pada keadaan seperti
sebelum hamil. Tinggi fundus uteri dan berat uterus
menurut masa involusi terlihat pada tabel berikut: Fundus
Uteri kira-kira sepusat dalam hari pertama bersalin.
Penyusutan antara 1-1,5 cm atau sekitar 1 jari per hari.
Dalam 10-12 hari uterus tidak teraba lagi di abdomen
karena sudah masuk di bawah simfisis. Pada buku
Keperawatan Maternitas pada hari ke-9 uterus sudah tidak
terba. Involusi ligamen uterus berangsur-angsur, pada
43
awalnya cenderung miring ke belakang. Kembali normal
antefleksi dan posisi anteverted pada akhir minggu keenam.
c) Lochea
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi
pada stratum spongiosum bagian atas. Setelah 2-3 hari tampak
lapisan atas stratum yang tinggal menjadi nekrotis, sedangkan
lapisan bawah yang berhubungan dengan lapisan otot terpelihara
dengan baik dan menjadi lapisan endomerium yang baru. Bagian
yang nekrotis akan keluar menjadi lochea. Lochea adalah
ekskresi cairan rahim selama masa nifas mempunyai reaksi
basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih
cepat. Lochea mempunyai bau amis (anyir), meskipun tidak
terlalu menyengat dan volumenya berbeda pada setiap wanita.
Lochea juga mengalami perubahan karena proses involusi.
Perubahan lochea tersebut adalah:
1) Lochea rubra (Cruenta)
Muncul pada hari pertama sampai hari kedua post partum,
warnanya merah mengandung darah dari luka pada plasenta
dan serabut dari decidua dan chorion.
2) Lochea Sanguilenta
Berwarna merah kuning, berisi darah lendir, hari ke 3-7
pascapersalinan.
44
3) Lochea Serosa
Muncul pada hari ke 714, berwarna kecokelatan
mengandung lebih banyak serum, lebih sedikit darah juga
leukosit dan laserasi plasenta.
4) Lochea Alba
Sejak 26 minggu setelah persalinan, warnanya putih
kekuningan mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan
serabut jaringan yang mati.
d) Tempat Tertanamnya Plasenta
Saat plasenta keluar normalnya uterus berkontraksi dan
relaksasi/retraksi sehingga volume/ruang tempat plasenta
berkurang atau berubah cepat dan 1 hari setelah persalinan
berkerut sampai diameter 7,5 cm. Kira-kira 10 hari setelah
persalinan, diameter tempat plasenta ± 2,5 cm. Segera setelah
akhir minggu ke 5-6 epithelial menutup dan meregenerasi
sempurna akibat dari ketidakseimbangan volume darah, plasma,
dan sel darah merah.
e) Perineum, Vagina, Vulva, dan Anus
Berkurangnya sirkulasi progesteron membantu pemulihan otot
panggul, perineum, vagina, dan vulva ke arah elastisitas dari
ligamentum otot rahim. Merupakan proses yang bertahap akan
berguna jika ibu melakukan ambulasi dini, dan senam nifas.
Involusi serviks terjadi bersamaan dengan uterus kirakira 23
minggu, servik menjadi seperti celah. Ostium eksternum dapat
45
dilalui oleh 2 jari, pingirannya tidak rata, tetapi retak-retak
karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama
dilalui oleh satu jari. Karena hyperplasia dan retraksi dari
serviks, robekan serviks menjadi sembuh. Pada awal masa nifas,
vagina dan muara vagina membentuk suatu lorong luas
berdinding licin yang berangsurangsur mengecil ukurannya tapi
jarang kembali ke bentuk nulipara. Rugae mulai tampak pada
minggu ketiga. Himen muncul kembali sebagai kepingan-
kepingan kecil jaringan, yang setelah mengalami sikatrisasi akan
berubah menjadi caruncule mirtiformis. Estrogen pascapartum
yang munurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan
hilangnya rugae. Mukosa vagina tetap atrofi pada wanita yang
menyusui sekurang-kurangnya sampai menstruasi dimulai
kembali. Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan
fungsi ovarium. Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan
jumlah pelumas vagina dan penipisan mukosa vagina.
2. Perubahan sistem pencernaan
Ibu menjadi lapar dan siap untuk makan pada 12 jam setelah
bersalin. Konstipasi dapat menjadi masalah pada awal puerperium
akibat dari kurangnya makanan dan pengendalian diri terhadap BAB.
Ibu dapat melakukan pengendalian terhadap BAB karena kurang
pengetahuan dan kekhawatiran lukanya akan terbuka bila BAB.
Dalam buku Keperawatan Maternitas (2004), buang air besar secara
spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu
46
melahirkan. Keadaan ini biasa disebabkan karena tonus otot usus
menurun. Selama proses persalinan dan pada awal masa
pascapartum, diare sebelum persalinan, kurang makan, atau
dehidrasi. Ibu seringkali sudah menduga nyeri saat defekasi karena
nyeri yang dirasakannya di perineum akibat episiotomi, laserasi, atau
hemoroid. Kebiasaan buang air yang teratur perlu dicapai kembali
setelah tonus usus kembali ke normal.
3. Perubahan sistem perkemihan
Terjadi diuresis yang sangat banyak dalam hari-hari pertama
puerperium. Diuresis yang banyak mulai segera setelah persalinan
sampai 5 hari postpartum. Empat puluh persen ibu postpartum tidak
mempunyai proteinuri yang patologi dari segera setelah lahir sampai
hari kedua postpartum, kecuali ada gejala infeksi dan preeklamsi.
Dinding saluran kencing memperlihatkan oedema dan hyperaemia.
Kadang-kadang oedema dari trigonum, menimbulkan obstruksi dari
uretra sehingga terjadi retensio urine. Kandung kencing dalam
puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga
kandung kencing penuh atau sesudah kencing masih tinggal urine
residual. Sisa urine ini dan trauma pada kandung kencing waktu
persalinan memudahkan terjadinya infeksi. Dilatasi ureter dan
pyelum, normal kembali dalam waktu 2 minggu.
4. Perubahan sistem muskuloskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi mencakup hal-
hal yang dapat membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan
47
perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran uterus. Stabilisasi sendi
lengkap akan terjadi pada minggu ke-6 sampai ke-8 setelah wanita
melahirkan. Striae pada abdomen tidak dapat menghilang sempurna
tapi berubah menjadi halus/samar, garis putih keperakan.
Dinding abdomen menjadi lembek setelah persalinan karena
teregang selama kehamilan. Semau ibu puerperium mempunyai
tingkatan diastasis yang mana terjadi pemisahan muskulus rektus
abdominus. Beratnya diastasis tergantung pada faktor-faktor penting
termasuk keadaan umum ibu, tonus otot, aktivitas/pergerakan yang
tepat, paritas, jarak kehamilan, kejadian/kehamilan dengan
overdistensi. Faktor-faktor tersebut menentukan lama waktu yang
diperlukan untuk mendapatkan kembali tonus otot
5. Perubahan sistem endokrin
a) Oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh glandula pituitari posterior dan
bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Oksitosin di
dalam sirkulasi darah menyebabkan kontraksi otot uterus dan
pada waktu yang sama membantu proses involusi uterus.
b) Prolaktin
Penurunan estrogen menjadikan prolaktin yang dikeluarkan oleh
glandula pituitari anterior bereaksi terhadap alveoli dari payudara
sehingga menstimulasi produksi ASI. Pada ibu yang menyusui
kadar prolaktin tetap tinggi dan merupakan permulaan stimulasi
folikel di dalam ovarium ditekan.
48
c) HCG, HPL, Estrogen, dan Progesterone
Ketika plasenta lepas dari dinding uterus dan lahir, tingkat
hormone HCG, HPL, estrogen, dan progesterone di dalam darah
ibu menurun dengan cepat, normalnya setelah 7 hari.
d) Pemulihan Ovulasi dan Menstruasi
Pada ibu yang menyusui bayinya, ovulasi jarang sekali terjadi
sebelum 20 minggu, dan tidak terjadi di atas 28 minggu pada ibu
yang melanjutkan menyusui untuk 6 bulan. Pada ibu yang tidak
menyusui ovulasi dan menstruasi biasanya mulai antara 710
minggu.
6. Perubahan tanda-tanda vital
Tekanan darah seharusnya stabil dalam kondisi normal.
Temperatur kembali ke normal dari sedikit peningkatan selama
periode intrapartum dan menjadi stabil dalam 24 jam pertama
postpartum. Nadi dalam keadaan normal kecuali partus lama dan
persalinan sulit. Dalam buku Maternitas, terdapat tabel perubahan
tandatanda vital sebagai berikut:
a) Temperatur
Selama 24 jam pertama dapat meningkat saampai 38 derajat
celsius sebagai akibat efek dehidrasi persalinan. Setelah 24 jam
wanita tidak harus demam.
b) Denyut Nadi
Denyut nadi dan volume sekuncup serta curah jantung tetap
tinggi selama jam pertama setelah bayi lahir. Kemudian mulai
49
menurundengan frekuensi yang tidak diketahui. Pada minggu
ke-8 sampai ke-10 setelah melahirkan, denyut nadi kewmbali ke
frekunsi sebelum hamil.
c) Pernapasan
Pernapasan harus berada dalam rentang normal sebelum
melahirkan. Tekanan Darah Sedikit berubah atau menetap.
7. Perubahan sistem kardiovaskuler
Cardiac output meningkat selama persalinan dan peningkatan
lebih lanjut setelah kala III, ketika besarnya volume darah dari uterus
terjepit di dalam sirkulasi. Penurunan setelah hari pertama
puerperium dan kembali normal pada akhir minggu ketiga.
Meskipun terjadi penurunan di dalam aliran darah ke organ setelah
hari pertama, aliran darah ke payudara meningkat untuk mengadakan
laktasi. Merupakan perubahan umum yang penting keadaan normal
dari sel darah merah dan putih pada akhir puerperium. Pada beberapa
hari pertama setelah kelahiran, fibrinogen, plasminogen, dan faktor
pembekuan menurun cukup cepat. Akan tetapi darah lebih mampu
untuk melakukan koagulasi dengan peningkatan viskositas, dan ini
berakibat meningkatkan risiko trombosis
8. Perubahan sistem hematologi
Lekositosis meningkat, sel darah putih sampai berjumlah 15.000
selama persalinan, tetap meningkat pada beberapa hari pertama post
partum. Jumlah sel darah putih dapat meningkat lebih lanjut sampai
25.000-30.000 di luar keadaan patologi jika ibu mengalami partus
50
lama. Hb, Ht, dan eritrosit jumlahnya berubah di dalam awal
puerperium.
9. Perubahan berat badan
a) Kehilangan 5 sampai 6 kg pada waktu melahirkan
b) Kehilangan 3 sampai 5 kg selama minggu pertama masa nifas
Faktor-faktor yang mempercepat penurunan berat badan pada
masa nifas di antaranya adalah peningkatan berat badan selama
kehamilan, primiparitas, segera kembali bekerja di luar rumah, dan
merokok. Usia atau status pernikahan tidak memengaruhi penurunan
berat badan. Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan
jumlah urine menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg
selama masa pascapartum.
10. Perubahan kulit.
Pada waktu hamil terjadi pigmentasi kulit pada bebrapa tempat
karena proses hormonal. Pigmentasi ini berupa kloasma gravidarum
pada pipi, hiperpimentasi kulit sekitar payudara, hiperpigmentasi
kulit dinding perurt (striae gravidarum). Setelah persalinan,
hormonal berkurang dan hiperpigmentasi pun menghilang. Pada
dinding perut akan menjadi putih mengkilap yaitu “striae albikan”
2.5 Konsep Bayi Baru Lahir
2.5.1 Bayi Baru Lahir
Bayi yang baru lahir normal adalah pada usia kehamilan 37-42
minggu dan berat badan 2500-4000 gram. Menurut Tando (2016) bayi
baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada usia kehamilan genap
51
37-41 minggu, dengan presentasi belakang kepala atau letak sungsang
yang melewati vagina tanpa memakai alat (Imroatus, dkk. 2021).
Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan
genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500 - 4000
gram, dengan nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Jamil, dkk. 2017).
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan
harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra
uterin. Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan peoses vital
neonatus yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Empat aspek transisi pada
bayi baru lahir yang paling dramatik dan cepat berlangsung adalah pada
sisem pernafasan, sirkulasi, kemampuan menghasilkan glukosa (Jamil,
dkk. 2017).
Menurut Saifuddin (2002; Dainty., Arum., Nita, 2019) bayi baru
lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran.
Menurut Dona L. Wong (2003; Dainty., Arum., Nita, 2019) bayi baru lahir
adalah bayi dari lahir sampai 4 minggu. Lahirnya biasanya dengan usia
gestasi 38-42 minggu. Bayi baru lahir adalah hasil konsepsi ovum dan
spermatozoon dengan masa gestasi memungkinkan hidup luar kandungan.
Bayi baru lahir disebut dengan neonates dengan tahapan : 1). Umur 0-7
hari disebut neonatal dini. 2). Umur 8-28 hari disebut neonatal lanjut.
2.5.2 Ciri Bayi Baru Lahir Normal
Menurut Imroatus, dkk. (2021) bayi baru lahir dikatakan sehat apabila
memenuhi kriteria dibawah ini:
52
2) Berat badan 2.50-4.000 gram.
3) Panjang badan 48-52 cm.
4) Lingkar dada 30-38 cm.
5) Lingkar kepala 33-35 cm.
6) Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit.
7) Pernafasan ±40-60 x/menit.
8) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang
cukup
9) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna.
10) Kuku agak panjang dan lemas.
11) Genitalia: pada perempuan, labia mayora sudah menutupi labia
minora: pada laki-laki, testis sudah turun, skrotum sudah ada.
12) Bayi lahir langsung menangis kuat.
13) Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik.
14) Refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk
dengan baik.
15) Refleks grasping (menggenggam) sudah baik.
16) Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada
pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik
17) Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24
jam pertama dan berwarna hitam kecokelatan.
18) Refleks bayi baru lahir merupakan indikator penting perkembangan
normal. Beberapa refleks pada bayi diantaranya:
53
a) Refleks Glabella: Ketuk daerah pangkal hidung secara pelan-
pelan dengan menggunakan jari telunjuk pada saat mata terbuka.
Bayi akan mengedipkan mata pada 4 sampai 5 ketukan pertama.
b) Refleks Hisap: Benda menyentuh bibir disertai refleks menelan.
c) Refleks Mencari (rooting): Misalnya mengusap pipi bayi dengan
lembut: bayi menolehkan kepalanya ke arah jari kita dan
membuka mulutnya.
d) Refleks Genggam (palmar grasp): Letakkan jari telunjuk pada
palmar, normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat.
e) Refleks Babynski: Gores telapak kaki, dimulai dari tumit, gores
sisi lateral telapak kaki ke arah atas kemudian gerakkan jari
sepanjang telapak kaki. Bayi akan menunjukkan respon berupa
semua jari kaki hiperekstensi dengan ibu jari dorsifleksi.
f) Refleks Moro: Timbulnya pergerakan tangan yang simetris
apabila kepala tiba-tiba digerakkan atau dikejutkan dengan cara
bertepuk tangan.
g) Refleks Ekstrusi: Bayi menjulurkan lidah ke luar bila ujung lidah
disentuh dengan jari atau puting.
h) Refleks Tonik Leher (Fencing): Ekstremitas pada satu sisi dimana
kepala ditolehkan akan ekstensi, dan ekstremitas yang berlawanan
akan fleksi bila kepala bayi ditolehkan ke satu sisi selagi istirahat.
2.5.3 Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir adalah pemeriksaan awal terhadap
bayi setelah berada diluar yang bertujuan untuk memeriksa ada atau
54
tidaknya kelainan fisik (Dainty., Ratna., Yuli, 2014). Pemeriksaan fisik
bayi baru lahir memerlukan pengetahuan dan keteramnpilan yang adekuat
sehingga tidak akan menimbulkan resiko yang dapat membahayakan bayi.
Pada pemeriksaan ini yang paling penting adalah cara menjaga agar bayi
tidak mengalami hipotermia dan bayi tidak mengalami trauma karena
tindakan yang kita lakukan (Dainty., Ratna., Yuli, 2014).
2.5.4 Bayi Baru Lahir Bermasalah
Bayi bermasalah adalah apabila setelah dilahirkan bayi menjadi sakit
atau gawat dan membutuhkan fasilitas serta kehilangan yang lebih
memadai. Jika masalahnya tidak terlalu bereat, bisa diatasi segera dan
harus dilakukan pengawasan. Akan tetapi, jika tidak bisa ditangani
tentunya bayi harus dirijuk ke fasilitas yang lebih lengkap (Dainty.,
Arum., Nita, 2019).
2.5.5 Masalah Yang Sering Terjadi Pada Bayi Baru Lahir
Masalah yang terjadi pada bayi baru lahir menurut (Dainty., Arum., Nita,
2019) :
1. Asfiksia
Asfiksia adalah suatu keadaan bayi baru lahir tidak bisa
bernafas secara spontan dan teratur. Asfiksia juga dapat diartikan
sebagai depresi yang dialami bayi pada saat dilahirkan dengan
menunjukkan gejala ttonus otot yang menurun dan mengalami
kesulitan mempertahankan pernafasan yang wajar. Kondisi ini
menyebabkan kurangnya pengambilan oksigen dan pengeluaran
CO2.
55
Prawihardjo (2016) mengemukakan bahwa Asifiksia berarti
hipoksia yang progresif, penimbunan CO² dan asidosis. Bila proses
ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak
dan menyebabkan kematian. Asifikasi juga dapat mempengaruhi
organ fital lainnya. bila asfikasi berlanjut bayi akan menunjukkan
pernafasan mengap-mengap yang dalam, denyut jantung terus
menurun, tekakan darah bayi juga menurun, dan bayi akan terlihat
lemas (Flaccid).
Saat dilahirkan bayi biasanya aktif dan segera sesudah tali
pusat dijepit bayi menangis yang merangsang pernafasan. Denyut
jantung akan menjadi setabil pada frekwensi 120 sampai 140 per
menit dan sianosis sentral menghilang dengan cepat. Akan tetapi
beberapa bayi mengalami deprsesi saat dilahirkan dengan
menunjukkan gejala tonus otot yang menurun dan mengalami
kesulitan mempertahankan pernafasan yang wajar. Bayi-bayi ini
mengalami apnu atau menunjukkan upaya pernafasan yang tidak
cukup untuk kbutuhan fentilasi paru-paru. Kondisi ini
menyebabkan kurangnya pengambilan oksigen dan pengeluaran
CO² Prawirohardjo (2016).
Penyebab depresi bayi pada saat lahir ini mencakup :
1. Asfiksia intrauterin.
2. Bayi kurang bulan.
3. Obat-obat yang diberikan atau diminum ibu.
4. Penyakit neuromuskular bawaan (kongenital).
56
5. Cacat bawaan.
6. Hipoksia intrapartum.
Keadaan umum bayi dinilai sesaat setelah lahir dengan
penggunaan nilai Apgar (Prawirohardjo, 2016). Penilaian ini
perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak.
Yang dinilai adalah frekuensi jantung (heart rate), usaha nafas
(respiratory effort), tonus otot (muscle tone), warna kulit (colour),
dan reaksi terhadap rangsangan (response to stimuli) yaitu dengan
memasukan kateter ke lubang hidung setelah jalan nafas
dibersihkan. Setiap penilaian diberi angka 0, 1, dan 2. Dari hasil
penilaian tersebut dapat diketahui apakah bayi termasuk normal
(virgorous baby = nilai Apgar 7-10), asfiksia sedang-ringan (nilai
Apgar 4-6) atau bayi menderita asfiksia berat (nilai Apgar 0-3)
Prawirohardjo, 2014). Apgar skor pada menit-1
mengisyaratkanasfiksia yang dideritadan perlunya tindakan
resusitasi segera. Skor menit-5, -10, -15, dan -20 menunjukkan
kemungkinan keberhasilan dalam melakukan resusitasi bayi
Prawirohardjo, 2016).
Tabel 2.3
Nilai APGAR
Nilai 0 1 2
Nafas Tidak ada Tidak teratur Teratur
Denyut jantung Tidak ada <100 >100
Warna kulit Biru atau pucat Tubuh merah Merah
jambu jambu
& kaki, tangan biru
Gerakan / tonus Tidak ada Sedikit flexi Fleksi
otot
Reflex Tidak ada Lemah/ lambat Kuat
(Menangis)
57
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan
gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke
bayi menjadi berkurang yang mengakibatkan hipoksia bayi di dalam
rahim dan dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa
faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia
pada bayi baru lahir, diantaranya adalah (Prawirohardjo, 2016).
1. Asfiksia Neonatorum
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2
dan makin meningkatkan Co2 yang menimbulkan akibat buruk dalam
kehidupan lebih lanjut.
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang
gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.Keadaan
ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnea, dan berakhir dengan
asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini
merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi
baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterine (IDAI , 2007)
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru
lahir yang menagalami gagal bernapas secara spontan danteratur
segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen
dan tidak dapat mengeluarkan zat asam dari tubuhnya (Vivian, 2010).
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif,penimbunan Co2 dan asidosis.
Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan
58
kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga bisa mempengaruhi organ
vital lainnya (Prawirohardjo, 2016).
2. Gangguan Pernafasan
Gangguan pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi oleh
berbagai sebab. Apabila gangguan pernafasan disertai dengan tanda-
tanda hipoksia (kekurangan O2) maka prognosisnya buruk dan
merupakan penyebab kematian BBL. Seandainya bayi selamat dan
tetap hidup akanb beresikok terjadinya kelainan neurologis di
kemudian hari.
Penyebab antara lain :
1. Obstruksi jalan nafas
2. Penyakit parenkin paru-paru.
3. Kelainan perkembangan organ
4. Sebab selain paru (payah jantung, kelainan SSP, asidosis
metabolic, dan asfiksia)
3. Hipotermi/ Hipertermi
Hipotermi adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh bayi turun
dibawah 36oc. hal ini biasanya terjadi karena bayi yang baru lahir
lambat dikeringkan sehingga terjadi penguapan dan bayi lebih
cepat kehilangan panas tubuh. Lingkungan yang terlalu panas juga
berbahaya berbagi bayi. Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan
didekat api atau dalam ruangan yang terlalu panas.
4. Bayi Berat Lahir Rendah
59
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2,500gr
5. Dehadrasi
Suatu keadaan diamana bayi kehil;angan cairan tubuh 5% atau
lebih, sementara kadar air dalam tubuh bayi 82%.
Gejala/ tanda bayi dehidrasi :
1. Bayi mengantuk
2. Tampak kehauasan
3. Kulit, bibir, dan lidah kering
4. Saliva menjadi kental
5. Mata dan ubun-ubun cekung
6. Warna kulit pucat
7. Turgor kulit berkurang
8. Apatis
9. Gelisah, kadang-kadang kejang
6. Ikterus
Ikteris pada bayi baru lahir lebih banyak terdapat pada neonates
kurang bulan. Icterus ini bisa fisiologis ataupun patologis.
7. Infeksi/ Sepsis
Infeksi pada BBL lebih sering ditemukan pada BBLR dan lebih
sering pada bayi yang di RS dibandingkan luar RS. Bayi beresiko
terinfeksi apabila ditemukan :
a. Riwayat kehamilan
60
1. Infeksi pada ibu selama kehamilan
2. Ibu dengan preeklamsia
3. Ibu dengan DM
4. Ibu punya penyakit bawaan
b. Riwayat kelahiran
a. Persalinan lama
b. Persalinan dengan tindakan
c. KPD
d. Air ketuban hijau kental
c. Riwayat bayi baru lahir
1. Trauma lahir
2. Lahir kurang bulan
3. Bayi kurang cairan dan kalori
4. Hipotermi
8. Tetanus Neonatorum
Penyakit tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi
pada bayi berusia kurang 1 bulan yang disebabkan oleh
klostroidium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan racun dan
menyerang system saraf pusat.
9. Kejang
Kejang pada bayi sering tiadk dikenali karena bentuknya berbeda
dengan kejang pada anak atau dewasa. Manifestasinya dapat
berupa tremor, hiperaktif, kejang tiba-tiba menangis melengking,
tonus otot hilang, gerakan tidak menentu. Oleh karena itu, kejang
61
pada bayi sering tidak dikenali oleh ibu yang belum
berpengalaman.
10. Gangguan Saluran Cerna
Bayi yang baru lahir dengan perut buncit disertai atau tanpa gejala
tambahan, seperti muntah dan diare cukup sering ditemukan.
Kondisi ini menunjukan adanya gangguan pada saluran cerna,
ayang apabila tidak segera ditangani dengan benar akan beerakibat
timbul komplikasi yang lebih buruk, seperti syock, dehidrasi,
bahkan kematian. Kasus yang sering ditemukan sepertii obstruktif
intestinal, peritonitis perdarahan dalam abdomen, dan kelainan
bawaan.
2.6 Pijat Punggung
2.6.1 Pengertian Pijat Punggung
Massage atau pijat adalah metode penyembuhan atau terapi kesehatan
tradisional, dengan cara memberikan tekanan kepada tubuh baik secara
terstruktur, tidak terstruktur, menetap, atau berpindah tempat dengan
memberikan tekanan, gerakan, atau getaran, baik dilakukan secara manual
ataupun menggunakan alat mekanis. Pijat biasanya menggunakan tangan,
jemari, sikut, lengan, kaki, atau alat pemijat. Pijat dapat memberikan
relaksasi, rasa nyaman, dan kebugaran. Pada beberapa kasus, pijat dapat
digolongkan sebagai tindakan medis terapi penyembuhan, misalnya pada
kasus kram otot, terkilir, atau keseleo. Pijat dapat berupa kegiatan terapi
62
kesehatan, bersifat rekreasional, atau bersifat seksual. Pada pelayanan
kesehatan pijat dapat di aplikasikan pada ibu hamil untuk mengurangi rasa
nyeri punggung, pada ibu bersalin untuk mengurangi rasa nyeri saat
kontraksi dan pada saat nifas untuk mengembalikan kesehatan dan
kebugaran tubuh ibu setelah melahirkan. Pada bayi dan balita pijat dapat
digunakan untuk menstimulasi tumbuh kembang bayi (Anggraini, dkk.,
2023).
Masase punggung atau penekanan tulang sacrum merupakan salah satu
Metode untuk menurunkan nyeri saat proses melahirkan. Pada teori
menunjukkan masae sepunggung sangat baik dilakukan selama persalinan,
seperti penggosokan badan bagian belakang terutama dilakukan di ketika
terjadinya upaya untuk melancarkan proses keluarnya bayi berasal Rahim
melalui leher Rahim atau bervariasi dalam hal Bermacam pegangan serta
daerah. pengaruh pengendalian nyeri hanya berlangsung selama masase
dilakukan (Rambe, 2021). Beberapa penelitian yang menguji kepuasan
menggunakan pengalaman persalinan melaporkan data di skala yang tidak
sinkron; keduanya menemukan lebih banyak kepuasan menggunakan
pemijatan, meskipun bukti berkualitas rendah pada satu studi serta sangat
rendah dalam studi lainnya (Smith, 2018)
Hasil penelitian memberikan Endorphin Massage efektif menurunkan
intensitas nyeri persalinan Kala I pada ibu bersalin menggunakan p-value
0,001. Bidan diharapkan dapat memakai terapi endorphin massage pada
masa bersalin sebagai salah satu cara untuk mengurangi nyeri waktu
persalinan (Tanjung 2019). Efllurage massage efektif dalam menurunkan
63
nyeri pada kala I persalinan. berbagai teori dikemukakan buat mendukung
teori tadi salah satunya artinya Gate Control Theory bisa digunakan untuk
pengukuran efektifitas cara ini (Pratiwi, 2019).
2.6.2 Manfaat Pijat Punggung
Dalam pelayanan kebidanan komplementer terapi massage ini
memberikan manfaat sebagai berikut (Anggraini, dkk., 2023):
1. Menurunkan hormone penyebab stress, ketegangan dan juga dapat
memperbaiki mood
2. Meningkatkan kualitas tidur dan juga meningkatkan rasa Bahagia
3. Membantu mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui limfatik dan
sirkulasi yang dapat mengurangi kelelahan dan juga membuat ibu lebih
berenergi
4. Membantu mengurangi keluhan ibu seperti nyeri punggung, kekakuan
pada leher, kram pada kaki, pusing dan pergelangan bengkak.
5. Osteoarthritis. Terapi message Swedia dapat bermanfaat untuk
osteoartritis lutut. Pasien yang mendapatkan terapi messagean jenis ini
selama satu jam selama sekitar satu atau dua
6. Merelaksasi otot untuk meningkatkan sirkulasi, merangsang aktivasi
parasimpatis dan meningkatkan pelepasan hormon dan endorfin, yang
mengakibatkan penurunan denyut jantung, tekanan darah dan
pernapasan, serta penurunan tingkat stress.
2.6.3 Teknik Dan Tititk Pijat Punggung
64
Pemijatan punggung dilakukan berdasarkan jurnal Pawale, M. P., &
Salunkhe, J. A. (2020). Effectiveness of back massage on pain relief during
first stage of labor in primi mothers admitted at a Tertiary care
center. Journal of Family Medicine and Primary Care, 9(12), 5933-5938.
Ibu-ibu pada kelompok eksperimen diberikan pijatan punggung dengan
minyak melati (ekstra murni), diencerkan dengan minyak biji anggur. Pijat
punggung diberikan dengan menggunakan teknik pijat punggung seperti
Effleurage (pukulan meluncur) dan Petrissage (pukulan Kneading) di sela-
sela kontraksi; dan selama kontraksi dilakukan gosokan punggung obstetrik.
Effleurage dilakukan dengan meluncurkan telapak tangan yang rata
secara halus ke seluruh punggung dengan gerakan memutar lambat diikuti
dengan Petrissage, yang dilakukan dengan menggunakan gerakan
menguleni dan buku jari. Menguleni dilakukan dengan meremas massa
berdaging punggung bawah di antara jari dan ibu jari dan buku jari
dilakukan dengan menggunakan buku jari untuk diremas dan diangkat
dengan gerakan memutar dan ke atas. Gosok punggung kebidanan
dilakukan selama kontraksi dengan meletakkan telapak tangan pada titik
yang diidentifikasi oleh ibu. Tempat itu dan area sekitarnya dipijat dengan
menggerakkan telapak tangan secara melingkar tanpa mengangkatnya. Ibu
mendapat pijat punggung sebanyak 20 kali, yaitu 13 kali pada fase laten dan
7 kali pada fase aktif persalinan, setiap setengah jam selama 10 menit
2.6.4 Pijat Punggung Untuk Mengurangi Nyeri Persalinan
Penatalaksanaan nyeri persalinan di atas pada umumnya menggunakan
cara farmakologis dan cara nonfarmakologis. Cara farmakologis adalah
65
dengan pemberian obat-obatan analgesik yang bisa diberikan melalui infus
intravena. Metode nonfarmakologis meliputi distraksi, relaksasi, pemijatan,
berendam air hangat, hipnoterapi, imajinasi terbimbing, akupresur
(Rahayuningsih, 2019).
Salah satu teknik memberikan pijatan adalah teknik pijat punggung
dengan usapan yang perlahan. Usapan dengan minyak memberikan sensasi
hangat dengan mengakibatkan dilatasi pada pembuluh darah lokal. Sensasi
hangat juga dapat meningkatkan rasa nyaman dan meningkatkan relaksasi
fisik dan psikologis. Dimana stimulus ini direspon oleh serabut A beta yang
lebih besar maka stimulus ini akan mencapai otak lebih dahulu, dengan
demikian akan menutup gerbang nyeri sehingga persepsi nyeri tidak timbul.
Di samping itu, stimulasi yang diberikan dapat merangsang pengeluaran
morphin alami tubuh yaitu hormon endorphin dengan cara merangsang
reseptor saraf sensorik untuk dihantarkan menuju sistem saraf pusat dengan
melepaskan hormon endorphin sehingga nyeri berkurang atau hilang
(Rahayuningsih, 2019).
2.6.5 Langkah-Langkah Pemijatan
Langkah-langkah pemijatan dilakukan berdasarkan jurnal Pawale, M.
P., & Salunkhe, J. A. (2020). Effectiveness of back massage on pain relief
during first stage of labor in primi mothers admitted at a Tertiary care
center. Journal of Family Medicine and Primary Care, 9(12), 5933-5938
Yang selanjutnya dijelaskan seperti dibawah ini:
a) Memberitahukan ibu langkah yang akan dilakukan dan fungsinya
66
b) Menganjurkan ibu mencari posisi yang nyaman seperti posisi berbaring
miring kekiri ataupun duduk
c) Mencuci tangan
d) Kemudian ibu diberi pijatan punggung dengan minyak melati (ekstra
murni), yang diencerkan dengan minyak pembawa biji anggur, atau Biji
tanaman jojoba bisa dibuat menjadi minyak. Jojoba oil cukup lembut
untuk digunakan sebagai campuran minyak esensial lainnya.
e) Selanjutnya pijat punggung diberikan dengan menggunakan teknik pijat
punggung rutin seperti Effleurage (gerakan meluncur)
f) Gerakan Petrissage (gerakan menguleni) di sela-sela kontraksi; dan pada
saat kontraksi dilakukan gosokan punggung obstetrik.
67
g) Pijat punggung dilakukan dengan cara menggesekkan telapak tangan rata
secara halus ke seluruh punggung dengan gerakan memutar perlahan
yang dilanjutkan dengan Petrissage yang dilakukan dengan menggunakan
gerakan menguleni dan mengaduk.
h) Menguleni dilakukan dengan cara meremas massa berdaging di
punggung bawah di antara jari tangan dan ibu jari, sedangkan knuckling
dilakukan dengan menggunakan ruas-ruas jari untuk menguleni dan
mengangkat dengan gerakan memutar ke atas.
i) Gosok punggung obstetri dilakukan pada saat kontraksi dengan
menempelkan telapak tangan pada titik yang diidentifikasi ibu.
j) Bintik itu dan daerah sekitarnya dipijat dengan menggerakkan telapak
tangan secara melingkar tanpa mengangkat.
k) Ibu menerima 20 kali pijat punggung, yaitu 13 kali pada fase laten dan 7
kali pada fase aktif persalinan, setiap setengah jam selama 10 menit.
2.6.6 Mekanisme Kerja Pijat Punggung Mengurangi Nyeri
68
Nyeri persalinan yang timbul semakin sering dan semakin lama dapat
menyebabkan ibu gelisah, takut dan tegang bahkan stres yang berakibat
pelepasan hormon yang berlebihan seperti adrenalin, katekolamin dan
steroid. Hormon ini dapat menyebabkan terjadinya ketegangan otot polos
dan vasokonstriksi pembuluh darah yang berakibat berkurangnya aliran
darah dan oksigen ke uterus sehingga dapat menyebabkan terjadinya
iskemia uterus, hipoksia janin dan membuat impuls nyeri bertambah
banyak. Meningkatnya katekolamin dapat menyebabkan gangguan pada
kekuatan kontraksi uterus sehingga terjadi inersia uteri yang berdampak
pada partus lama. (Prawirohardjo, 2016).
Body massage telah lama diyakini bermanfaat bagi kesehatan, mulai
dari meredakan stres hingga mempercepat waktu pemulihan setelah sakit,
alergi, depresi, masalah pernapasan, insomnia, cedera saat olahraga dan
kelelahan kronis. Body massage merupakan terapi dengan pendekatan
holistik yang berfungsi menurunkan tekanan darah, denyut jantung,
memperbaiki pernafasan, meningkatkan aliran kelenjar limphe ke dalam
saluran pembuluh darah, membantu pengeluaran sisa metabolisme,
mengurangi kekakuan, menjadikan tubuh menjadi rileks, meningkatkan
tidur, meningkatkan pergerakkan sendi, mengurangi nyeri secara alami dan
memperbaiki kesehatan pada umumnya (Nurgiwiati, 2015).
Pijatan digunakan untuk membantu relaksasi dan menurunkan nyeri
melalui peningkatan aliran darah pada daerah-daerah yang terpengaruh,
merangsang reseptor- reseptor raba pada kulit sehingga merilekskan otot-
otot, perubahan suhu kulit, dan secara umum memberikan perasaan nyaman
69
yang berhubungan dengan keeratan hubungan manusia. Pijatan dapat
bermacammacam bentuk mulai dari usapan ringan (belaian), sampai dengan
pijatan mendalam kulit dan struktur di bawahnya. Hal ini diyakini bahwa
dapat merangsang pengeluaran dari hormon endorphin, mengurangi
produksi hormon catecholamin, dan merangsang hasil dari serabut syaraf
afferent dalam memblokir transmisi rangsang nyeri (Gate Control Theory).
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN KOMPERHENSIF CONTINUITY OF CARE PADA
NY V DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN TIARA RICA DAYANI,
S.KEB.,BD.,M.KEB KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2024
PENGKAJIAN:
Tanggal : 02 April 2024 Jam : 10.00 WIB
IDENTITAS PASIEN:
Identitas Pasien Penanggung Jawab
Status : Suami
1. Nama : Ny. V 1. Nama : Tn. S
2. Umur : 30 Tahun 2. Umur : 33 Tahun
3. Agama : Islam 3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMA 4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : IRT 5. Pekerjaan : Wiraswasta
6. Suku bangsa : Jawa 6. Suku Bangsa: Jawa
7. Alamat : Bandar Lampung 7. Alamat : Bandar Lampung
I. DATA SUBYEKTIF
70
ALASAN DATANG : Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannnya
KELUHAN UTAMA : Nyeri punggung pada TM III
Uraian keluhan utama : -
RIWAYAT KESEHATAN :
Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita :
- Tidak memiliki penyakit kronis
Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) :
- Tidak memiliki penyakit keluarga keturunan
RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat Haid:
Menarche : 12 Tahun Nyeri Haid : Nyeri saat 1-2 hari pertama.
Siklus : 28 Hari Lama : 3-6 Hari
Warna darah : Merah Leukhorea : Tidak berbau
Banyaknya : 50-65cc.
b. Riwayat Kehamilan sekarang :
1) G1 P0 A0
2) Usia kehamilan : 35 Minggu 4 hari
3) HPHT : 06 Agustus 2023
4) HPL : 13 Mei 2024
5) Gerak janin
Pertama kali : Usia 4 bulan
Frekuensi dalam 24 jam : 8-10x
6) Tanda bahaya :
a. TM I : Tidak ditemukan
b. TM II : Tidak ditemukan
c. TM III : Tidak ditemukan
7) Keluhan
a) Trimester I : Tidak ditemukan
b) Trimester II : Tidak ditemukan
c) Trimester III : Tidak ditemukan
8) Riwayat terapi
71
a. Trimester I : Tidak ditemukan
b. Trimester II : Tidak ditemukan
c. Trimester III : Tidak ditemukan
9) Riwayat Alergi : Tidak ada
10) Kekhawatiran khusus : Tidak ada
11) Imunisasi / TT :
Suntik TT Keterangan
TT1 Umur 7 Tahun
TT2 Umur 8 Tahun
TT3 Umur 20 Tahun (Saat menikah)
TT4 Umur 20 Tahun (Setelah menikah)
TT5 Saat Hamil G1P0A0 (Umur 20 Minggu)
12) ANC : 6x
Suplement &
ANC
Tanggal Tempat Fe MASALAH TINDAKAN/PENDKES
Ke
(Jenis & Jml)
1 21-10-23 PMB Asam folat 1 - -
tablet/hari
2 29-12-23 PMB FE, as folat 1 - Pemeriksaan
tablet/hari lab.lengkap,USG oleh dr.
3 11-02-24 PMB FE, kalk 1 - -
tablet/hari
4 02-04-24 PMB FE, kalk 1 - -
tablet/hari
5 28-04-24 PMB FE, kalk 1 - -
tablet/hari
6 12-05-24 PMB - - -
Catatan : Bisa ditambah sesuai kebutuhan
c. Riwayat Kehamilan persalinan dan nifas yang lalu:
Keadaa
n anak
Kehamilan Persalinan Nifas
sekaran
g
Tahu
KELUHA Tempat
n
Frek N persalian Asi
Penolon JK/ Penyul IM Penyul
AN / UK Jenis an eksklus
g BB it D it
C PENYULI if
T
1. RIWAYAT KB :Pernah/ tidak pernah*)
a. Jika pernah :
72
Lama
Jenis Kontrasepsi Keluhan Alasan dilepas
Pemakaian
b. Rencana Setelah Melahirkan : Pemakaian Implant
2. POLA PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI:
Sebelum hamil :
Sebelum hamil Selama Hamil
A. Nutrisi
1) Makan
Frekuensi makan pokok 3X/ hari 3X /hari
Komposisi
Nasi 3x @ 1 piring (penuh) 3x @ 1 piring (sedang)
Lauk 2x @ 1 potong (sedang), 2x @ 1 potong (besar),
jenisnya: ayam, ikan jenisnya, ayam, ikan, daging
Sayuran 3x @ 1 mangkuk sayur ; jenis 3x @ 1 mangkuk sayur ; jenis
sayuran: bayam, kangkung, sayuran: bayam, kangkung,
sup sup
Buah 1 x sehari / seminggu; jenis: 2 x sehari / seminggu; jenis:
apel, pir, semangka apel, pir, semangka
Camilan 1 x sehari; jenis : gorengan 1 x sehari; jenis : gorengan
Pantangan: Tidak ada Tidak ada
Keluhan: Tidak ada Tidak ada
Perubahan selama Tidak ada Tidak ada
Hamil
2) Minum
Jumlah total 7 gelas perhari; jenis: air putih 7 gelas perhari; jenis: air putih
Susu 2 gelas perhari; jenis susu 2 gelas perhari; jenis susu
Jamu Tidak ada Tidak ada
Keluhan: Tidak ada Tidak ada
Perubahan selama Tidak ada Tidak ada
Hamil
b. Eliminasi
1) BAK
Frekuensi perhari 5x/ Hari 6x/ Hari
Warna Putih cerah Putih cerah
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Konsistensi Cair Cair
2) BAB
Frekuensi perhari 5x/ 1 Minggu 4x/ 1 Minggu
Warna Kuning Kuning
Konsistensi Lembek Lembek
Keluhan Tidak ada Tidak ada
C. Personal Hygine
Mandi 2x sehari 2x sehari
Keramas 3-4x seminggu 3-4x seminggu
Gosok Gigi 2x sehari 2x sehari
Ganti Pakaian 2x sehari 2x sehari
celana dalam 2x sehari 2x sehari
Kebiasaan memakai Tidak ada Tidak ada
alas kaki
73
Keluhan Tidak ada Tidak ada
d. Hubungan sexsual
Frekuensi 3x seminggu 2x seminggu
Contact bleeding Tidak ada Tidak ada
Keluhan lain Tidak ada Tidak ada
Perubahan selama Tidak ada Tidak ada
hamil ini
e. Istirahat/Tidur
Tidur malam 8 Jam 7-8 Jam
Tidur siang 2 Jam 1-2 Jam
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada
Perubahan selama Tidak ada Tidak ada
hamil ini
f. Aktivitas fisik dan
olah raga
Aktivitas fisik (beban Tidak ada Tidak ada
pekerjaan)
Olah raga Tidak ada Yoga
Frekuensi Tidak ada 2x sebulan
Perubahan selama Tidak ada Tidak ada
hamil ini
g. Kebiasaan yang
merugikan kesehatan
Merokok aktif Tidak ada Tidak ada
Lingkungan perokok Tidak ada Tidak ada
Minuman beralkohol Tidak ada Tidak ada
Obat-obatan Tidak ada Tidak ada
Napza Tidak ada Tidak ada
Aktifitas yang Tidak ada Tidak ada
merugikan
3. Riwayat Psikososial-spiritual
a. Riwayat perkawinan :
1) Status perkawinan : menikah *), umur waktu menikah : 20 tahun.
2) Pernikahan ini yang ke 1 sah *).
3) Hubungan dengan suami : baik
b. Kehamilan ini diharapkan *) oleh ibu, suami, keluarga;
Respon & dukungan keluarga terhadap kehamilan ini : Mendukung
c. Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) : Baik
d. Ibu tinggal serumah dengan : Suami
e. Pengambil keputusan utama dalam keluarga : Berdasarkan kesepakatan
emergensi, ibu dapat * mengambil keputusan sendiri.
f. Orang terdekat ibu : Suami, Ibu kandung
Yang menemani ibu untuk kunjungan ANC : Suami
g. Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan kehamilan : Tidak ada
74
h. Rencana tempat dan penolong persalinan yang diinginkan : Praktik
Mandiri Bidan Tiara Rica Dayani, S.Keb.,Bd.,M.Keb.
i. Penghasilan perbulan: Rp. 3000.000/ bulan. Cukup *)
j. Praktek agama yang berhubungan dengan kehamilan :
1) Kebiasaan puasa /apakah ibu berpuasa selama hamil ini? Tidak
melakukan puasa
Jika ‘ya’ frekuensi puasa : Tidak ada
Keluhan selama puasa : Tidak ada
2) Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan :
Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan :
ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh nakes wanita maupun pria;
N boleh menerima transfusi darah apabila terjadi kedaruratan;
boleh diperiksa daerah genitalia.
k. Tingkat pengetahuan ibu :
Hal-hal yang sudah diketahui ibu :
- Pada kehamilan TM III ibu tidak boleh mengalami anemia, karena
akan berdampak pada perdarahan post partum
Hal-hal yang ingin diketahui ibu :
- Tidak ada
l. Lingkungan:
Kebiasaan kontak dengan binatang : Tidak ada
Paparan dengan polutan : Tidak ada
DATA OBYEKTIF:
PEMERIKSAAN FISIK:
a. Pemeriksaan Umum : Baik
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) TD : 110/70 mmHg
4) Nadi : 84 x/menit
75
5) Suhu /T : 36,5˚C
6) RR : 22 x/menit
7) TB : 158 Cm
8) BB Sebelum : 57 Kg
9) BB Sekarang : 69 Kg
10) IMT Sebelum Hamil : 22,2 (BB Ideal)
11) IMT Sesudah Hamil : 26,9 (BB Obesitas)
12) LILA : 26,5 cm
b. Status present
Kepala : Kepala lonjong, dan simetris tidak ada perlukaan
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera putih dan tidak terdapat
lesi.
Hidung : Hidung bersih, mukosa terdapat sekret dan tidak ada lesi
Mulut : Mulut bersih tidak ada lesi
Telinga : Telinga kanan kiri simetris tidak terdapat cerumen
Leher : Pada area leher tidak terdapat pembengkakan vena
jugularis
Ketiak : Tidak terdapat pembengkakan pada area axila
Dada : Tidak terdapat jejas/ tanda vital berbahaya
Perut : Tidak terdapat luka, dan terdapat garis kehamilan/ linea
nigra
Lipat paha : Tidak terdapat pembengkakan
Vulva : Bersih
Ekstremitas : Ekstremitas simetris,turgor kulit baik,dan tidak ada
oedema,tidak ada varises, reflek patella +/+
Punggung : Tidak terdapat luka
Anus : Tidak ada benjolan pada rektum
c. Status Obstetrik
1. Inspeksi:
Muka : tidak pucat, tidak oedema
Mamae : simetris, puting susu menonjol
Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi, tidak ada linea nigra.
76
Vulva : Tidak terdapat sekret
2. Palpasi
Leopold I: Bagian fundus pada fundus teraba bulat dan tidak
melenting (bokong), TFU secara Mc-donald 31 cm.
Leopold II: Teraba bagian memanjang, melengkung,dibagian
kiri ada tahanan keras seperti papan, dibagian kanan
perut teraba bagian kecil- kecil janin (punggung
kiri)
Leopold III: Pada segmen bawah rahim, teraba bagian keras,
bulat dan melenting (kepala) tidak dapat
digoyangkan.
Leopold IV: Sudah masuk pintu atas panggul, divergen.
1/5
3.TFU : 31 cm
4.TBJ : (31-12) x 155 = 2,945 gram (Rumus Jhonson)
5. Auskultasi : DJJ : 152 x/menit
4. Lain lain :-
5. Perkusi : tidak dilakukan
6. Pemeriksaan panggul : tidak dilakukan
7. KSPR dan kartu sudarto : tidak dilakukan
8. Pemeriksaan penunjang
Hemoglobin : 12,4 gr%
Protein Urin : Negatif
Golongan darah :A
GDS : 90
HbsAg : Negatif
Siphilis : Negatif
9. Penapisan telah dilakukan dan tidak ditemukan adanya penyulit
persalinan.
III. Analisis
Diagnosa Kebidanan :
- Ny. V usia 30 tahun G1 P0 A0 hamil 35
minggu 4 hari ibu mengtaakan cemas
77
menjelang persalinan dan mengalami nyeri
punggung bawah pada TM III.
- Janin Ny. V tunggal hidup intra uteri
persentasi kepala.
Dasar :
Ibu mengatakan ini kehamilan yang
pertama, belum pernah melahirkan dan
tidak pernah keguguran. HPHT : 06
Agustus 2023, TP : 13 Mei 2024
Hasil Palpasi
Leopold I: Bagian fundus pada fundus teraba bulat dan tidak
melenting (bokong), TFU secara Mc-donald 31 cm.
Leopold II: Teraba bagian memanjang, melengkung,dibagian
kiri ada tahanan keras seperti papan, dibagian kanan
perut teraba bagian kecil- kecil janin (punggung
kiri)
Leopold III: Pada segmen bawah rahim, teraba bagian keras,
bulat dan melenting (kepala) tidak dapat
digoyangkan.
Leopold IV: Sudah masuk pintu atas panggul, divergen.
1/5
DJJ : 152 x/menit
Masalah : Ibu merasa cemas menghadapi
persalinan,
dan disertai dengan nyeri
punggung bawah
selama TM III, menjelang
persalinan.
Diagnose potensial : Ibu mengalami kecemasan dan
nyeri
punggung bawah TM III
Antisipasi tindakan segera : Melakukan kompres dingin
untuk
mengurangi nyeri
punggung bawah TM III
78
dan latihan pemanasan
untuk mengurangi
rasa kecemasan ibu.
IV. PELAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan ibu dan
janinnya baik.
TTV
TD : 115/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,70C
RR : 22 x/menit
DJJ : 152 x/menit
Rasionalisasi : Dengan mengetahui hasil pemeriksaan dan kondisi
ibu saat ini,ibu menjadi tenang.
Evaluasi : Ibu mengerti kondisinya saat ini.
2. Mengingatkan kembali kepada ibu tentang ketidaknyamanan kehamilan
pada trimester III seperti sering kencing, nyeri punggung, dan kram di
kaki, gerakan janin berkurang, serta pandangan kabur
Rasionalisasi : Menjaga kesehatan ibu dan ibu tetap melakukan
kontrol kehamilan
Evaluasi : Agar ibu tidak panik.
3. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk tetap makan makanan yang
banyak mengandung karbohidrat seperti nasi, kentang, kacang hijau, ubi,
buha-buhan, sayur-sayuran), protein seperti (telur, daging, keju, ikan,
udang,) dan vitamin (sayur-sayuran dan buah- buhan), ibu memahami.
Rasionalisasi : Meningkatkan konsumsi serat oleh tubuh dan
melancarkan pencernaan
Evaluasi : Tidak mengalami konstipasi
4. Mengingatkankan kembali kepada ibu untuk tetap jaga pola istirahat
cukup minimal 8 jam untuk tidur malam dan 2 jam untuk tidur siang, dan
menganjurkan ibu untuk tidak terlalu cape ibu memahami.
Rasionalisasi : Meningkatkan kebugaran dan kesehatan ibu
Evaluasi : Ibu menjadi bugar dan sehat
79
5. Mengingatkan ibu untuk rutin mengkonsumsi tablet fe setiap hari, tablet fe
diberikan minimal 90 tablet selama hamil dan diminum satu kali sehari.
Tablet fe diminum menggunakan air putih atau air jeruk agar membantu
mempercepat proses penyerapan tablet fe dalam tubuh, tidak boleh
diminum menggunakan teh atau susu karena dapat menghambat proses
penyerapan tablet fe dalam tubuh
Rasionalisasi : Mencegah anemia defisiensi zat besi dan
menambah asupan nutrisi pada janin
Evaluasi : Ibu bersedia minum tablet fe secara rutin setiap hari
6. Mengingatkan kembali kepada ibu tentang tanda bahaya kehamilan
trimester III seperti bengkak pada muka dan kaki, keluar darah dari jalan
lahir, tidak merasakan gerakan bayi, dan demam tinggi, ibu memahami
Rasionalisasi : Menjaga kesehatan ibu dan ibu tetap melakukan
kontrol kehamilan
Evaluasi : Tanda gejala penyakit dapat terkontrol
7. Mengingatkan ibu untuk membatasi konsumsi makanan yang banyak
mengandung karbohidrat, dan protein, seperti daging merah, telur serta
sayur-sayuran seperti kedelai, untuk membantu kenaikan BB ibu hamil
secara ideal selama kehamilan, dan mencegah terjadinya kelebihan berat
badan/ obesitas.
Rasionalisasi : Agar BB ibu tidak mengalami kelebihan berat
badan/ obesitas
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan diet sesuai intruksi
8. Mengedukasi ibu nyeri punggung yang timbul pada TM III merupakan
nyeri fisiologis dan sering terjadi saat ibu mengalami peningkatan berat
badan.
Rasionalisasi : dengan mengetahui perubahan fisik pada TM III,
ibu dapat mempersiapkan kebutuhan fisik selama nyeri terjadi.
Evaluasi : Ibu memahami dan mencari informasi terkait nyeri
punggung selama TM III.
9. Mengingatkan ibu untuk melakukan kompres dingin dan pemanasan ketika
merasakan nyeri punggung, dan melakukan rileksasi disertai berdoa untuk
mengurangi rasa cemas menghadapi persalinan.
Rasionalisasi : Mengurangi rasa cemas dan nyeri punggung
selama TM III
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukan sesuai instruksi
80
10. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk melakukan kunjungan tanggal 01
Mei 2024
Rasionalisasi : Memantau kesehatan ibu dan bayinya
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan kembali sesuai jadwal yang
ditentukan.
Bandar Lampung, 2024
Pembimbing Klinik Mahasiswa
Tiara Rica Dayani, S.Keb.,Bd.,M.Keb Beny Arnita
Mengetahui
Pembimbing Institusi
Rosmiyati, SST.,M.Kes
CATATAN PERKEMBANGAN I
Nama Pasien : Ny. Y No.RM : Ruang :
Umur : 30 th Tanggal : 02 April 2024
Tanggal / Jam : Catatan Perkembangan Nama dan
02 April 2024 / (SOAP) Paraf :
10.00 WIB
S=
1. Ny. V mengatakan ingin kunjungan ulang
sesuai jadwal yang telah ditentukan.
2. Ibu sedikit cemas mendekati persalinan
3. Ibu mengalami nyeri punggung bawah
81
HPHT : 06 Agustus 2023
TP : 13 Mei 2024
O=
1. Kesadaran umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
BB : 69 kg
TB : 158 cm
IMT : 26,4
LILA : 26 cm
TTV :
TD : 118/80 mmHg
R : 20 x/menit
N : 80 x/menit
S : 36,6 ,C
HB : 12,4gr/dl
Protein urie : Negatif
Pemeriksaan Palpasi :
Leopold I: Bagian fundus pada fundus
teraba bulat dan tidak
melenting (bokong), TFU
secara Mc-donald 31 cm.
Leopold II: Teraba bagian memanjang,
melengkung,dibagian kiri ada
tahanan keras seperti papan,
dibagian kanan perut teraba
bagian kecil- kecil janin
(punggung kiri)
Leopold III: Pada segmen bawah rahim,
teraba bagian keras, bulat dan
melenting (kepala) tidak dapat
digoyangkan.
Leopold Sudah masuk pintu atas
IV: panggul. Divergen.
1/5
DJJ : 148 x/menit
TBJ : (31-12) x 155 = 2,945 gram (Rumus
jhonson)
A=
Diagnosa :
- Ny. V usia 30 tahun G1 P0 A0 hamil 35
minggu 4 hari ibu mengtaakan cemas
menjelang persalinan dan mengalami nyeri
punggung bawah pada TM III
- Janin Ny. V tunggal hidup intra uteri
persentasi kepala.
Masalah : Nyeri punggung bawah, dan kecemasan
82
Tindakan Segera : Kompres dingin, relaksasi
pernafasan
P=
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu
bahwa keadaan ibu dan janinnya baik.
Rasionalisasi : dengan mengetahui kondisi
kesehatanya ibu menjadi tenang
Evaluasi : Ibu mengerti tentang kondisi
kesehatanya saat ini
2. Memberitahukan kepada ibu tentang tanda-
tanda persalinan seperti kenceng-kenceng yang
teratur selama 10 menit, keluar lendir darah, dan
ketuban pecah
Rasionalisasi : Dengan mengetahui tanda –
tanda persalinan ibu tidak panik saat tiba
waktunya bersalin.
Evaluasi : Ibu mengerti tentang tanda –
tanda persalinan.
3. Menganjurkan pada ibu untuk menyiapkan
perlengkapan persalinan untuk ibu dan untuk
bayinya.
Rasionalisasi : Agar tidak ada yang tertinggal
saat tiba waktunya bersalin.
Evaluasi : Ibu mengerti dan berjanji akan
menyiapkanya.
4. Membuat birth plan bersama ibu dan suami
terapi apa yang ingin dipakai untuk mengurangi
nyeri persalinan.
Rasionalisasi : supaya ibu tidak bingung dan lebih
tenang dalam menghadapi persalinan.
Evaluasi : Ibu memilih memakai pijat
punggung untuk mengurangi nyeri persalinan.
II.
CATATAN PERKEMBANGAN II
Nama Pasien : Ny. Y No.RM : Ruang :
Umur : 30 th Tanggal : 01 Mei 2024
Tanggal / Jam : Catatan Perkembangan Nama dan
01 Mei 2024/ (SOAP) Paraf :
10.00 WIB
S=
1. Ny. V melakukan kunjungan ulang sesuai
kesepakatan.
2. Ibu mengatakan sudah tidak merasa cemas
lagi menjelang persalinan.
83
3. Ibu masih mengalami nyeri punggung bawah,
akan tetapi ibu dapat mencegah nyeri dengan
cara memberikan kompres dingin
,
HPHT : 06 Agustus 2023
TP : 13 Mei 2024
O=
1. Kesadaran umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
BB : 72 kg
TB : 158 cm
IMT : 26,9
LILA : 26,3 cm
TTV :
TD : 120/90 mmHg
R : 24 x/menit
N : 92 x/menit
S : 37,2OC
HB : 12,6 gr/dl
Protein urie : Negatif
Pemeriksaan Palpasi :
Leopold I: Bagian fundus pada fundus
teraba bulat dan tidak
melenting (bokong), TFU
secara Mc-donald 33 cm.
Leopold II: Teraba bagian memanjang,
melengkung,dibagian kiri ada
tahanan keras seperti papan,
dibagian kanan perut teraba
bagian kecil- kecil janin
(punggung kiri)
Leopold III: Pada segmen bawah rahim,
teraba bagian keras, bulat dan
melenting (kepala) tidak dapat
digoyangkan.
Leopold Sudah masuk pintu atas
IV: panggul. Divergen.
1/5.
DJJ : 154 x/menit
TBJ : (33-12) x 155 = 3.255 gram (Rumus
jhonson)
A=
Diagnosa :
- Ny. V usia 30 tahun G1 P0 A0 hamil 38
minggu 2 hari ibu mengtaakan cemas
menjelang persalinan dan mengalami nyeri
punggung bawah pada TM III
- Janin Ny. V hidup tunggal intra uteri
84
persentasi kepala.
Masalah : Nyeri punggung bawah, dan kecemasan
Tindakan Segera : Kompres dingin, relaksasi
pernafasan
P=
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu
bahwa keadaan ibu dan janinnya baik.
Rasionalisasi : dengan mengetahui kondisi
kesehatanya ibu menjadi tenang
Evaluasi : Ibu mengerti tentang kondisi
kesehatanya saat ini
2. Memberitahukan kepada ibu tentang tanda-
tanda persalinan seperti kenceng-kenceng yang
teratur selama 10 menit, keluar lendir darah, dan
ketuban pecah
Rasionalisasi : Dengan mengetahui tanda –
tanda persalinan ibu tidak panik saat tiba
waktunya bersalin.
Evaluasi : Ibu mengerti tentang tanda –
tanda persalinan.
3. Menganjurkan pada ibu untuk menyiapkan
perlengkapan persalinan untuk ibu dan untuk
bayinya.
Rasionalisasi : Agar tidak ada yang tertinggal
saat tiba waktunya bersalin.
Evaluasi : Ibu mengerti dan berjanji akan
menyiapkanya.
4. Membuat birth plan bersama ibu dan suami
terapi apa yang ingin dipakai untuk mengurangi
nyeri persalinan.
Rasionalisasi : supaya ibu tidak bingung dan lebih
tenang dalam menghadapi persalinan.
Evaluasi : Ibu memilih memakai pijat
punggung untuk mengurangi nyeri persalinan.
V. RESUME PENILAIAN PENAPISAN DAN BIRTH PLAN
Berdasarksan hasil anamnesa pada Ny. V usia 30 tahun G1 P0 A0 hamil
38 minggu 2 hari janin hidup tunggal intra uteri persentasi kepala. HPHT: 06
Agustus 2023, TP: 13 Mei 20244 yang datang berkunjung ke Praktik Mandiri
Bidan Tiara Rica Dayani, S.Keb.,Bd.,M.Keb. Mengatakan mengalami
kecemasan dan nyeri punggung menjelang persalinan. Ny. V mengatakan
cemas jika tiba waktunya persalinan akan merasakan nyeri yang hebat.
85
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik pada Ny. V didapatkan hasil TTV
dalam batas normal, keadaan janin dan ibu dengan keadaan sehat.
Ny. V sudah dilakukan penapisan dan didapat bahwa penapisan normal,
tidak ditemukan adanya penapisan sehingga Ny. V dapat melakukan
persalinan normal pervaginam. Selanjutnya dilakukan pengisian birth plan,
Ny. V menginginkan persalinannya nanti di dampingi oleh suami dan ibu
kandungnya, persalinan ditolong bidan dan jika mendesak maka dilakukan
penambahan asisten bidan, Ny. V ingin bersalin dikamar yang minim cahaya
dan sedikit pemeriksaan dalam vagina. Intervensi berupa episiotomi
dilakukan jika hanya dalam kedaan mendesak, dan dilakukan kompres hangat
terlebih dahulu. Untuk pemotongan tali pusat dilakukan oleh suami, dan bayi
segera dilakukan IMD serta rawat gabung. Saat memandikan bayi harus
didampingi suami atau keluarga. Ny. V berencana memberikan hanya ASI
selama 2 tahun. Rencana intervensi untuk mengurangi nyeri persalinan Ny. V
menggunakan pijat punggung, yang sudah disusun bersama bidan dan telah di
tuangkan dalam SOP (Standar Operasionel Prosedur).
86