BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejarah kebidanan berjalan panjang mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan serta kebutuhan masyarakat. Model dalam kebidanan mengadopsi
dari beberapa model lainnya dan berdasarkan teori yang sudah ada yaitu
diantaranya teori Reva Rubin, sehingga tercipta sebuah model kebidanan yang
sesuai dengan filosofi kebidanan baik dari segi bidan sebagai profesi maupun
wanita dan keluarga sebagai rnes pelayanan asuhan kebidanan.
Model kebidanan ini sebagai tolak ukur bagi bidan dalam memberikan
pelayanan kebidanan kepada klien sehingga akan terbina suatu partnership dalam
asuhan kebidanan. Dengan ini diharapkan profesi kebidanan akan dapat
memberikan sumbangan yang berarti dalam upaya menurunkan angka kematian
ibu dan angka kematian bayi yang mengutamakan upaya-upaya promotif dan
preventif.
Faktor penyebab tinggi angka kematian tersebut antaralain perdarahan,
eklamsi, aborsi tidak aman, trauma kehamilan. Penyebab langsung kematian ibu
adalah perdarahan, infeksi, dan eklamsi. Sedangkan penyebab tidak langsung
kematian ibu adalah anemia, kurang energi, dan keadaan 4 terlalu (terlalu muda,
tua, sering, dan banyak). Kematian ibu juga diwarnai oleh hal-hal nonteknis yang
masuk kategori mendasar, seperti ketidakberdayaan dan taraf pendidikan yang
rendah.
1
2
Banyak kematian ibu dapat dicegah dan diturunkan, misalnya kematian
akibat perdarahan dengan persalinan cepat dan tepat dan dengan ditolong oleh
tenaga-tenaga kesehatan yang terlatih dan terdidik.
Ada lima teori yang mempengaruhi model kebidanan, yaitu teori reva rubin, teori
Ramona T mercer, teori jean ball, teori ela joy lerhman dan morten, dan teori
ernestine wiedenbach. Dalam makalah ini akan lebih dibahas mengenai teori ela
joy lerhman dan morten.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah teori kebidanan menurut Ela Joy Lehrman?
2. Bagaimanakah penerapan atau asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu teori kebidanan menurut Ela Joy Lehrman.
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan atau asuhan kebidanan yang
diberikan kepada ibu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Teori Ela Joy Lerhman
Telah dilakukan banyak penelitian untuk mempelajari isi dan proses dari
pemeriksaan antenatal. Robin dkk, 1983 dan Robinson 1985 mempelajari peran
bidan dalam memberi infomasi yang komperhensif dan memberikan nasehat
dalam pelayanan kebidanan, seperti waktu pemeriksaan perut dan memberikan
nasehat tentang laktasi dan asuhan kesehatan selama kehamilan. Mereka
mempelajari sejauh mana bidan mampu menunjukkan perannya dalam memberi
asuhan ibu bersalin. Macintyre ( 1980 ) dalam observasinya menemukan
perbedaan antara rhetoric resmi antara nilai asuhan antenatal dan corak asuhan
yang impersonal yang dialami seorang ibu diklinik spesialis. Lerhman
mengidenfikasikan konsep yang menggaris bawahi asuhan antenatal yang akan
diberikan.
Teori ini mengharapkan bidan dapat melihat semua aspek dalam
memberikan asuhan dalam ibu hamil dan memberikan pertolongan dalam ibu
bersalin. Lerhman dan koleganya ingin menjelaskan perbedaan antara pengalaman
seorang wanita dengan kemampuan bidan untuk mengaplikasikan konsep
kebidanan dalam praktik.
3
4
Lehrman dan Morten mengemukakan 8 konsep yang penting dalam
pelayanan antenatal :
1. Asuhan yang berkesinambungan
Seorang bidan harus memeberikan asuhan kepada wanita secara terus-
menerus mulai dari awal kehamilan, persalinan, nifas dan post artum agar klien
dapat melewati masa-masa ini dengan baik.
2. Keluarga sebagai pusat asuhan
Keluarga adalah salah satu pusat asuhan yang sangat penting karena
keluarga adalah orang terdekat klien yang dapat memantau kien secara terus
menerus, sehingga dalam hal ini seorang bidan harus mempunyai komunikasi
yang baik dengan keluarga terutama memeberikan asuhan-asuhan yang dapat
membantu sang ibu menjalani asuhan-asuhan tersebut di rumah pada saat sang
bidan tidak dapat memantau seara langsung, keluargalah yang berperan.
3. Pendidikan dan konseling merupakan bagian dari asuhan
Memberikan informasi kepada klien adalah salah satu bentuk asuhan yang
sangat penting. Selain itu, konseling juga merupakan bagian yang sangat penting
dalam pemberian asuhan kepada klien. Konseling bertujuan agar bidan dan klien
dapat memahami satu sama lain, sehingga bidan dapat memberikan asuhan yang
sesuai dengan kebutuhan klien.
4. Tidak ada intervensi dalam asuhan
Artinya dalam pelayanan atau memberi asuhan, pelayan kesehatan tidak
memberikan asuhan yang tidak seharusnya. Maka dalam hal ini sang bidan harus
mulai menganalisa, mengkaji dan memebrikan asuhan yang sesuai.
5
5. Fleksibilitas dalam asuhan
Penerapnnya adalah seorang bidan dalam melakukan praktiknya tidak
boleh kaku saat melakukan tindakan atau pada saat memeberikan asuhan, agar
pasien merasa nyaman dengan tindakan yang bidan lakukan.
6. Keterlibatan dalam asuhan
Dalam memebrikan asuhan, seorang pelayan kesehatan atau bidan harus
ikut berpatisipasi atau terlibat dalam melaksanankan asuhan. Contohnya dengan
membantu sang ibu untuk memberi nutrisi yang baik untuk janin dengan
memebrikan beberapa makanan bergizi atau bisa juga dengan membantu sang ibu
memandikan bayi. Intinya adalah pelayan kesehatan atau bidan tidak hanya
menyampaikan teori-teori saja tapi juga harus terlibat dalam praktik asuhan
tersebut.
7. Advokasi dari pelayanan kebidanan
Tenaga kesehatan menerapkan teori ini dengan selalu memeberikan inform
consent atau oersetujuan sebelum melakukan tindakan kepada klien sehingga ada
persetujuan dari kedua belah pihak.
8. Waktu
Seorang bidan yang profesional akan selalu memberikan pelayanan atau
asuhan tanpa mengenal waktu dan bidan tersebut mampu meyelesaikan asuhannya
sesuai dengan batas waktu atau tepat waktu agar asuhan-asuhan yang diberikan
tidak tertunda-tunda.
Lehrman memberikan teknik pada bidan tentang asuhan Partisipatif
kepada kliennya yaitu Bidan dapat melibatkan klien dalam pengkajian, evaluasi
6
dan perencanan. Pasien/klien ikut bertanggung jawab atau ambil dari pelayanan
antenatal. Misalnya : pendidikan tentang laktasi, persiapan persalinan, senam
hamil, pemeriksaan fisik seperti palipasi klien akan melakukan pada tempat
tertentu atau ikut mendengarkan denyut jantung.
Kedelapan komponen yang dibuat lehrman ini kemudian diuji cobakan
oleh Morten ( 1991 ) pada pasien post partum. Asuhan yang partisipatif dalam
kontkes pelayanan bidan di UK dibahasakan sebagai pilihan dan control dari si
wanita yang dilayani ( choise and on the part of the women ). Hal ini
dimaksudkan sebagai pengkaji dan merencanakan program asuhan yang dilakukan
bersama si penerima dan si pemberi asuhan.
Dari hasil penerapan tersebut, Morten, dkk ( 1991 ) menambahkan 3
komponen lagi kedalam 8 komponen yang telah dibuat Lehrman , yaitu :
1. Empowerment ( perbedayaan )
Suatu dalam member kekuasaan dan kekuatan. Bidan melalui penampilan
dan pendekatannya akan meningkatkan energy dan sumber dari dalam diri klien.
Indikatornya antara lain : penguatan/penegasan ( affirmation ) , memvalidasi ,
meyakinkan kembali dan memberi dukungan.
2. Lateral Relationship ( hubungan sesama )
Bidan menjalin hubungan yang baik terhadap klien, bersikap terbuka ( self
of openness ), sling menghargai ( mutual regards ), sejalan dengan klien sehingga
antara bidan dan kliennya nampak akrab misalnya sikap empati atau berbagi
pengalaman.
7
3. Teknik Terapeutik
Teknik terapeutik dijelaskan sebagai Proses komunikasi sangat bermanfaat
dalam perkembangan dan penyembuhan. Teknik terapeutik dapat dilakukan
dengan menunjukkan sikap : Mendengar yang aktif, menyelidik, mengkaji dan
mengklarifikasi masalah, humor (tidak bersifat kaku), tidak menuduh, tidak
menghakimi, mendorong, jujur, mengakui kesalahan, memfasilitasi klien, dan
menghargai hak klien. Proses komunikasi sangat bermanfaat dalam proses
perkembangan dan penyembuhan misalnya:
a) Mendengar aktif
b) Mengkaji
c) Klarifikasi
d) Humor
e) Sikap yang tidak menuduh
f) Pengakuan
g) Fasilitas
h) Pemberi ijin
Hubungan lateral diartikan sebagai : bidan meningkatkan interaksi yang
mempunyai ciri keterbukaan (self of openness),saling menghargai ( mutual
regard), persamaan posisi sehingga mendorong rasa kebersamaan diantara bidan
dan klien, indicator hubungan lateral adalah : kesejajaran,empati,berbagai
pengalaman/perasaan.
Lehrman dan Morten et al memberikan suatu model praktik kebidanan
secara jelas menunjukkan era praktik kebidanan.
8
2.1. Penerapan Pelayanan Antenatal atau Pemberian Asuhan pada Ibu
1. KEHAMILAN
Masa kemahilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dhitung dari hari
pertama haid terakhir.
Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional ibu serta
perubahan sosial dalam keluarga. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan
normal dan menghasilakn kelahiran bayi sehat, cukup bulan, melalui jalan lahir
(normal), namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh
karena itu pelayanan atau asuhan antenatal merupakan cara penting untuk
memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu
dengan kelahiran normal. Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau
dokter sedini mungkin semenjak ia merasa drinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan/asuhan antenatal.
Tujuan asuhan antenatal adalah :
1. Memperhatiakan perkembangan kemhamilan demi kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental ibu dan
bayi.
3. Mengenali sejak dini ketidaknormalan atau komplikasi yang terjadi pada
kehamilan ibu.
4. Mempersiapkan proses persalinan yang cukup bulan, normal dan
keselamatan ibu dan bayi.
9
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan ibu dapat
memberikan ASI eklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar bayi dapat tumbuh secara normal.
Asuhan antenatal yang diberikan bidan pada masa kehamilan ibu adalah :
1. Mengumpulkan data-data dari ibu, seperti :
a. Biodata
b. Riwayat kehamilan\
c. Riwayat kebidanan
d. Riwayat kesehatan dahulu dan sekarang
e. Riwayat sosial ekonomi
2. Melakukan pemeriksaan fisik, contohnya :
a) Tekanan darah
b) Denyut jantung ibu
c) Gerakan janin
3. Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran dan
kemungkinan keadaan darurat, seperti :
a) Mempersiapkan pertolongan dan tempat kelahiran serta keuangan untuk
persiapan persalinan.
b) Mempersiapkan rencana jika terjadi komplikasi seperti, tempat dan
transportasi ke tempat rujukan, mempersiapkan donor darah, finansial, dan
memilih pembuat keputusan jika pihak pertama tidak ada ditempat.
10
4. Memberi konseling pada ibu tentang gizi, perubahan fisiologi,
menginformasikan pada ibu untuk mencari pertolongan segera pada saat
mendapati tanda-tanda bahaya, merencanakan dan mempersiapakn kelahiran
yang bersih dan aman di rumah, menjaga kebersihan diri.
2. PERSALINAN
Persalian adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan yang normal adalah jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan tanpa disertai adanya penyulit.
Asuhan antenatal yang diberikan bidan pada masa persalinan ibu adalah :
1) Membantu ibu dalam persalinan jika ibu terlihat gelisah.
2) Memberi dukungan emosional pada ibu.
3) Memberikan informasi atas kemajuan persalinannya.
4) Memeberikan perhatian yang lebih kepada ibu.
5) Menyarankan ibu untuk sering berjalan.
6) Melibatkan suami atau ibunya untuk memberi semangat sang ibu.
7) Mengajarkan teknik bernafas.
8) Memberi minum yang cukup kepada ibu agar kebutuhan energinya
tercukupi dan mencegah dehidrasi.
9) Bidan harus melakukan pemantauan sesering mungkin hingga bayi
dilahirkan.
11
3. MASA NIFAS
Masa nifas dimulai beberapa jam setelah lahirnya janin dan mencakup 6
minggu berikutnya.
Asuhan antenatal yang diberikan bidan pada masa nifas kepada ibu adalah :
a. Membersihkan bayi yang sudah dilahirkan.
b. Mendekatkan bayi kepada ibu.
c. Menganjurkan ibu untuk memeberi ASI awal kepada bayinya.
d. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
e. Memastikan ibu dapat menyusui bayinya dengan baik.
f. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
g. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami ibu atau
bayinya.
h. Memberikan konseling untuk KB.
i. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan diri.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penerapan dalam teori Ela Joy Lerhman dalam teori ini menjelaskan
tentang asuhan kebidanan yang berperan dalam pelayanan pada masa anternatal
dan pelayanan kebidanan antenatal pada ibu harus diberikan sesuai dengan
prosedur masing-masing tahap (kehamilan, persalinan dan nifas) dengan
melibatkan keluarga dan masyarakat. Sehingga asuhan yang diberikan benar dan
bermanfaat.
Mempelajari peran bidan dalam memberi informasi yang komperensif dan
memberikan nasehat dalam pelayan kebidanan tentang laktasi dan asuhan
kesehatan selama kehamilan.
Untuk pengkajian dan merencanakan program asuhan yang dilakukan bersama
sipenerima dan pemberi asuhan.
3.2. Saran
Dalam Teori Ella Joy Lehrman menginginkan agar bidan dapat melihat
semua aspek praktik memberikan asuhan pada wanita hamil dan memberikan
pertolongan dalam melakukan persalinan. Dalam hal ini Lehrman memberikan
teknik pada bidan tentang Asuhan Partisipatif kepada kliennya yaitu bidan dapat
melibatkan klien untuk bertanggung jawab.
12
13
DAFTAR PUSTAKA
4. Hidayat Asri, Mufdlilah, Kharimaturrahmah Ima. 2012. Konsep Kebidanan
Edisi Revisi.Yogyakarta. Nuha Medika.
5. Yulifah Rita, Surachmindari. 2013.Konsep Kebidanan Untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta. Salemba Medika.
6. Asrinah,dkk. 2010. Konsep Kebidanan. Yogyakarta. Graha Ilmu.
7. Estiwidani Dwana,dkk. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta. Fitramaya.
8. Mufdlilah,dkk. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta. Medical Book.