0% found this document useful (0 votes)
20 views33 pages

Bab 2

Karyailmiah

Uploaded by

ratusriwahyunij
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
20 views33 pages

Bab 2

Karyailmiah

Uploaded by

ratusriwahyunij
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 33

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Nifas

2.1.1 Pengertian Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra

hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. Masa nifas (puerperium) dimulai

setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali

seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6

minggu (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal,

2006).

2.1.2 Tahapan Masa Nifas

Menurut Kemenkes RI, 2015 Masa nifas dibagi menjadi tiga periode, yaitu:

a. Periode pasca salin segera (immediate postpartum) 0-24 jam

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa

ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karna

atonia uteri. Oleh sebab itu, tenaga kesehatan harus dengan teratur

melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan

darah dan suhu (Asih dan Risneni, 2016)

b. Periode pasca salin awal (early post partum) 24 jam – 1 minggu

Pada periode ini tenaga kesehatan memastikan involusi uteri

dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau

busuk, tidak ada demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan,

serta ibu dapat menyusui bayinya dengan baik (Asih dan Risneni, 2016)

c. Periode pasca salin lanjut (late postpartum) 1 minggu – 6 minggu

Pada periode ini tenaga kesehatan tetap melakukan perawatan

dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB (Asih dan Risneni,

2016).
10
1

2.1.3 Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas

Asuhan postpartum merupakan upaya kolaboratif antara orangtua,

keluarga, pemberi asuhan yang sudah terlatih atau tradisional, profesi

kesehatan dan lain-lain termasuk kepala anggota masyarakat, pembuat

kebijakan, perencana kesehatan dan administrator.

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologi

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi

masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu

maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi

kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

d. Memberikan pelayanan KB.

2.1.4 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Kujungan nifas dilakukan minimal 4 kali untuk menilai status ibu dan

bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani

masalah masalah yang terjadi.

a. 6-8 jam setelah persalinan

b. 6 hari setelah persalinan

c. 2 minggu setelah persalinan

d. 6 minggu setelah persalinan

Asuhan masa nifas berdasarkan waktu kunjungan nifas menurut Asih

dan Risneni, 2016 :

a. Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)

1. Mencegah perdarahan masa nifas.

2. Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan, rujuk bila

perdarahan berlanjut.
1

3. Pemberian ASI awal, 1 jam setelah Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

berhasil dilakukan.

4. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.

5. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.

b. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)

1. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi fundus

dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau

menyengat.

2. Menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

3. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-

tanda penyulit dalam menyusui.

4. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi

yaitu perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan

merawat bayi sehari-hari.

c. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)

1. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi fundus

dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau

menyengat.

2. Menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.

4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda

penyulit dalam menyusui.

5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi

yaitu perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan

merawat bayi sehari-hari.

d. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)

1. Menanyakan pada ibu tentang keluhan dan penyulit yang dialaminya.


1

2. Memberikan konseling untuk menggunakan KB secara dini.

2.1.5 Kebutuhan Dasar Nifas

a. Nutrisi dan Cairan

Nutrisi dan cairan sangat penting karena berpengaruh pada proses

laktasi dan involusi. Makan dengan diet seimbang, tambahan kalori 500-

800 kal/ hari. Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein,

mineral dan vitamin yang cukup. Minum sedikitnya 3 liter/ hari, pil zat

besi (Fe) diminum untuk menambah zat besi setidaknya selama 40 hari

setelah persalinan, Kapsul vitamin A (200.000 IU ) agar dapat

memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

b. Mobilisasi

Segera mungkin membimbing klien keluar dan turun dari tempat tidur,

tergantung kepada keadaan klien, namun dianjurkan pada

persalinan normal klien dapat melakukan mobilisasi 2 jam post

partum. Pada persalinan dengan anestesi miring kanan dan kiri setelah

12 jam, lalu tidur setengah duduk, turun dari tempat tidur setelah 24 jam

Mobilisasi pada ibu berdampak positif bagi, ibu merasa lebih sehat dan

kuat, Faal usus dan kandung kemih lebih baik, Ibu juga dapat merawat

anaknya.

c. Personal Hygiene

Ibu nifas rentan terhadap infeksi, untuk itu personal hygiene harus

dijaga, yaitu dengan:

1. Mencuci tangan setiap habis genital hygiene, kebersihan

tubuh, pakaian, lingkungan, tempat tidur harus slalu dijaga.

2. Membersihkan daerah genital dengan sabun dan air bersih

3. Mengganti pembalut setiap 6 jam minimal 2 kali sehari

4. Menghindari menyentuh luka perineum

5. Menjaga kebersihan vulva perineum dan anus


1

6. Tidak menyentuh luka perineum.

7. Memberikan salep, betadine pada luka.

2.2 Konsep Laktasi

2.2.1 Anatomi Payudara

Payudara perempuan dewasa sudah dilengkapi dengan

jaringan epitel glandula, jaringan adiposi dan jaringan fibrosa. Payudara

dilengkapi dengan glandula mamae yang terdiri dari 15-20 lobus, setiap

lobus terdiri dari lobulus-lobulus. Lobulus terdiri dari jaringan penghubung

dan alveoli, sel yang mensekresi dari glandula mamae. Alveoli

dikelilingi duktus laktiferus yang ukurannya lebih luas sedikit dari sinus

atau ampala, letaknya dibelakang putting dan dibawah areola,

(Sherwen, Scoloveno & Weingarten, 1999).

Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit,

diatas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu

untuk menutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar

payudara, yang beratnya lebih dari 200 gram sebelum hamil, 600 gram

saat hamil, dan 800 gram saat menyusui.

Pada payudara terdapat 3 bagian utama yaitu:

a. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar pada payudara

b. Areola, yaitu bagian kehitaman ditengah.

c. Papila atau putting, yaitu bagian yang menonjol dipuncak payudara.


1

Gambar 2.1 Anatomi Payudara

Penjelasan:

-Korpus : Korpus alveolus yaitu unit terkecil yang memproduksi susu.

Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel

plasma, sel otot polos, dan pembuluh darah. Lobulus yaitu

kumpulan dari alveolus,. Lobus yaitu beberapa lobulus yang

terkumpul menjadi

15-20 lobus pada tiap payudara. Tiap lobulus mempunyai saluran

keluar yang disebut duktus laktiferus yang bermuara ke

papita mammae. Pembuluh darah mammae berasal dari arteri

mammae interna dan arteri torakalis lateralis dan vena

supervisialis.

-Areola : Pada daerah areola mammae duktus laktiferus melebar disebut

sinus laktiferus, akhirnya memusat kedalam putting dan bermuara

keluar. Didalam dinding alveolus terdapat otot polos yang

bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.

-Papila atau Putting : Bagian yang menonjol yang dimasukkan ke mulut

bayi untuk aliran pengeluaran ASI.


1

2.2.2 Fisiologi Laktasi

Laktasi terdiri dari sintesis ASI di sel-sel alveoli, lumen alveoli

(tahap sekresi laktasi), dan penyemprotan ASI ke duktus (tahap

ejeksi laktasi). Pengeluaran ASI ke dalam lumen alveoli dirangsang oleh

hormon prolaktin. ASI dikeluarkan dari sistem duktus dan dipengaruhi oleh

sekresi oksitosin pada hipopise posterior. Dengan berakhirnya kehamilan,

hipopise interior sudah mensekresi prolaktin untuk memproduksi ASI.

Sedangkan kolostrum sudah disekresi pada trimester tiga kehamilan dan

produksinya secara berangsur-angsur berkurang sampai ASI berwarna

putih keluar. ASI berwarna putih keluar setelah 3-5 hari post partum pada

ibu primipara dan sebelum 3 hari pada ibu multipara, (Recder. Martin &

Koniak Griffin, 1997: Sharwen, Scoloveno & Weingarten, 1999).

Gambar 2.2 Proses Laktasi

Laktasi atau menyusui mempunyai 2 pengertian yaitu produksi dan

pengeluaran ASI. Payudara mulai dibentuk sejak embrio berumur 18-

19 minggu, dan baru selesai ketika mulai menstruasi dengan

terbentuknya hormon estrogen dan progesteron yang berfungsi untuk

maturasi alveoli. Hormon prolaktin adalah hormon yang berfungsi untuk

produksi ASI, disamping hormon lain seperti insulin dan tiroksin.

Selama kehamilan,
1

hormon prolaktin dari plasenta meningkat, tetapi ASI biasanya belum

keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari

kedua atau ketiga setelah melahirkan, kadar estrogen dan progesteron

turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada

saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih

dini, terjadi perangsangan putting susu, maka terbentuklah prolaktin

oleh hipofesis, sehingga sekresi ASI makin lancar. Dua refleks pada

ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu refleks prolaktin dan

refleks aliran yang timbul akibat perangsangan penting oleh isapan bayi,

(Suradi, 2006).

Ada 3 refleks yang berperan dalam pembentukan dan pengeluaran

air susu yaitu refleks prolaktin, ereksi nipple, dan refleks let down.

ASI dihasilkan oleh gabungan hormon dan refleks dalam tubuh ibu. Ketika

bayi mulai menghisap ASI, terjadi dua refleks yaitu refleks prolaktin dan

refleks oksitosin yang menyebabkan ASI keluar dengan baik. Prolaktin

merupakan hormon laktogenik yang berperan merangsang kelenjar

susu untuk memproduksi ASI dihasilkan oleh kelenjar hipofesis anterior

karena adanya hisapan bayi pada payudara. Setiap hisapan bayi pada

payudara ibu akan merangsang ujung saraf disekitar payudara.

Rangangan ini dihantarkan ke kelenjar hipofesis anterior untuk

pelepasan prolaktin yang merangsang kelenjar susu untuk

memproduksi ASI. Semakin kurang bayi menyusu, maka hormon

prolaktin tidak akan keluar dan payudara berhenti memproduksi

ASI, (Pilliteri, 2003: Bobak, Perry & Lowdermilk, 2005).

Untuk mencegah produksi ASI berhenti, ibu harus senantiasa terus

menyusukan bayinya karena hormon ositosin akan diproduksi jika

ujung syaraf sekitar payudara dirangsang oleh isapan bayi. Oksitosin

masuk kedalam darah menuju payudara, mambuat otot-otot payudara


1
mengkerut. Fenomena ini disebut refleks pengeluaran ASI, refleks

oksitosin atau let


1

down, (Roesli, 2007; Bobak, Perry & Lowdermilk, 2005). Kerja hormon ini

sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologi ibu. Bila ibu merasa sedih,

bingung, kesal, dan marah, akan mempengaruhi kerja oksitosin.

Faktor lingkungan dan orang terdekat sangat penting sekali untuk

mendukung kesukesesan proses menyusui, (Equator, 2005).

2.2.3 ASI dan Menyusui

a. Definisi ASI

Air Susu Ibu ( ASI) adalah makanan yang bergizi yang

paling lengkap, aman, hygienis, dan murah, (Roesli, 2007). ASI

adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-

garam organik yang diseksresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu

sebagai makanan utama bayi. ASI merupakan sumber gizi yang sangat

ideal dengan komposisi yang seimbang karna disesuaikan dengan

kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya, (Soetjiningsih, 1997).

Sementara itu ASI ekslusif adalah salah satu program

Depkes dalam memperbaiki gizi. Pada tanggal 22 juli 1997 Pemeritah

Indonesia mendirikan Badan Kerjasama Peningkatan Pemanfaatan Air

Susu Ibu (BKPP ASI) dengan tujuan spesifik yaitu meningkatkan

proteksi dan melanjutkan ASI dalam menurunkan morbiditas dan

mortalitas bayi dan anak, karna menyusui dianjurkan sampai bayi

berusia 2 tahun dan ASI ekslusif sampai bayi berusia 6 bulan.

Air Susu Ibu bermanfaat bukan hanya untuk bayi saja, tetapi juga

untuk ibu, keluarga dan negara, (Rulina, 2007). ASI juga

meningkatkan keakraban ibu dan anak yang bersifat kepribadian anak

dikemudian hari. ASI memberikan perlindungan terhadap infeksi dan

mencegah kekurangan zat besi, tidak menyebabkan reaksi alergi serta

tidak terkontaminasi oleh sumber-sumber yang lain.


2

b. Komposisi ASI

Nutrisi dalam ASI mecakup hampir 200 unsur zat makanan yang

mencakup hidrat arang, lemak, protein, vitamin, dan mineral, dalam jumlah

yang proposional. ASI bersifat khas untuk bayi karna berkomposisi

susunan kimianya, mempunyai nilai biologis tertentu dan mempunyai

subtansi yang spesifik. Pengeluaran ASI tergantung pada umur kehamilan,

sehingga ASI yang keluar dari ibu dengan kelahiran prematur akan

berbeda dengan ibu yang bayinya cukup bulan. Pengeluaran ASI sudah

diatur, hingga sesuai dengan tuanya kehamilan. Pernyataan diatas

didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Lukas (1993) terhadap

300 bayi prematur. Semua bayi prematur ini diberikan ASI ekslusif

oleh ibunya hingga cukup, ternyata dikemudian hari IQ (Intelegency

Question) mereka lebih tinggi 8,3 poin dibanding bayi prematur yang

tidak diberikan ASI.

Kadar dan Komposisi produksi ASI berbeda setiap saat, hal

ini disebabkan oleh perbedaan kebutuhan bayi untuk berkembang dari hari

ke hari. Menurut Gorric, Me Kinney dan Murray (1998), perbedaan

komposisi ASI terdiri atas: ASI stadium I (kolostrum), stadium II yaitu ASI

peralihan, dan ASI stadium III yaitu ASI matur:

1. ASI Stadium I

ASI stadium I adalah kolostrum yang merupakan cairan yang

pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari 1-4 (satu sampai

empat). Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah anti bodi

yang siap melindungi ketika kondisi bayi masih sangat lemah.

Kadar Imunoglobin A pada hari pertama 600 mg/ml, pada hari kedua

kadarnya menurun menjadi 500 mg/ml ASI dan pada hari ketiga

menjadi hanya

80 mg/ml ASI.
2

2. ASI Stadium II

ASI stadium II adalah ASI peralihan. ASI ini diproduksi pada hari ke

4-10. Komposisi protein semakin rendah, sedangkan lemak dan hidrat

arang semakin tinggi, dan jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal

ini merupakan pemenuhan terhadap lingkungan.

3. ASI Stadium III

ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke

10 sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang

terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi.

c. Fisiologi Pemberian ASI

Menurut Ambarwati (2010), pemberian ASI tidak hanya

bermanfaat untuk bayi saja tetapi juga bermanfaat untuk ibu, keluarga, dan

negara. Manfaat ASI untuk bayi sebagai berikut:

1. Kesehatan

Kandungan antibody yang terdapat pada ASI tetap ampuh disegala

zaman. Karenanya bayi yang mendapat ASI ekslusif lebih sehat dan

lebih kuat dibanding yang tidak mendapat ASI. Manfaat ASI untuk

kesehatan bayi lainnya adalah agar bayi terhindar dari alergi,

mengurangi kejadian karies dentist dan kejadian malokulasi yang

disebabkan oleh pemberian susu formula.

2. Kecerdasan

Dalam ASI terkandung docosahexaenoic acid (DHA) terbaik, selain

laktosa yang berfungsi untuk mielinisasi otak yaitu proses pematangan

otak agar dapat berfungsi optimal. Selain itu pada saat dilakukan

pemberian ASI terjadi proses stimulasi yang merangsang terjalinnya

jaringan syaraf dengan baik.


2

3. Emosi

Saat menyusui, bayi berada dalam dekapan ibu. Ini akan

merangsang terbentuknya EI (Emotional Intelegence). Selain itu

ASI merupakan wujud curahan kasih sayang ibu terhadap bayinya.

Manfaat ASI untuk ibu sebagai berikut:

1. Aspek kesehatan ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang pembentukan

oksitosin oleh kelenjar hipofis. Oksitosin membantu involusi uterus dan

mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid

dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan mengurangi

prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma mammae

pada ibu yang menyusui lebih rendah dari pada ibu yang tidak

menyusui. Mencegah kanker hanya dapat diperoleh ibu yang

memberikan ASI secara ekslusif.

2. Aspek Kontrasepsi

Isapan mulut bayi pada putting susu merangsang ujung saraf

sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin.

Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya

tidak ada ovulasi. Menjarangkan kehamilan, pemberian ASI memberikan

98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama setelah

kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (Ekslusif) dan belum menstruasi

kembali.

3. Aspek Penurunan Berat Badan

Ibu yang menyusui secara ekslusif ternyata lebih mudah dan cepat

kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil,

badan bertambah berat, selain karna ada janin juga karna penimbunan

lemak pada tubuh. Cadangan lemak ini sebetulnya memang disiapkan


2

sebagai sumber tenaga dalam produksi ASI. Pada saat menyusui tubuh

akan menghasilkan ASI lebih banyak sehingga timbunan lemak

yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai.

Logikanya jika timbunan lemak menyusut, berat badan ibu akan segera

kembali seperti sebelum hamil.

Manfaat ASI untuk keluarga sebagai berikut:

1. Aspek Ekonomi

ASI tidak perlu dibeli sehingga yang seharusnya digunakan untuk

membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Selain itu,

penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapat ASI

lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat.

2. Aspek Psikologi

Kebahagiaan keluarga bertambah karna kelahiran lebih jarang,

sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan

bayi dengan keluarga.

3. Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis karna dapat diberikan dimana saja

dan kapan saja. Keluarga tidak perlu menyiapkan air, botol, susu

formula, dan lain sebagainya.

Manfaat ASI untuk negara sebagai berikut:

1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi

Adanya faktor protektif dan nutrein dalam ASI menjamin status gizi

bayi baik sehingga kesakitan dan kematian akan menurun.

2. Menghemat devisa negara

ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua

ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp 8,6

miliar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.


2

3. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung

akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi. Mengurangi

komplikasi persalinan dan infeksi nokomial serta mengurangi biaya

yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapatkan

ASI ekslusif lebih jarang sakit dibanding anak yang mendapat susu

formula.

4. Pengingkatan kualitas penerus bangsa

Anak yang endapat ASI akan bertumbuh dan berkembang dengan

optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.

2.2.4 Produksi ASI

ASI ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI tanpa cairan tambahan

lainnya seperti susu formula, air jeruk,madu, dan makanan tambahan

seperti pisan, pepaya, bubur, biskuit, dan nasi tim.ASI ekslusif ini diberikan

selama

6 bulan, (Roesli, 2008).

ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormondan

refleks. Pada bayi yang mulai menghisap akan terjadi dua refleks

yang akan menyebabkan ASI keluar pada saat yang tepat dengan jumlah

yang tepat juga, yaitu refleks pembentukan atau produksi ASI atau refleks

prolaktin yang dirangsang oleh hormon prolaktin dan refleks pengaliran atau

pelepasan ASI (let down refleks), (Roesli, 2008).

Faktor yang mempengaruhi produksi ASI:

Menurut Dewi (2011), ibu yang normal akan menghasilkan ASI

kira- kira 550-1000 ml perhari, jumlah ASI tersebut dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor sebagai berikut:

a. Makanan
2
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu,

apabila makanan ibu teratur dan cukup mengandung gizi yang

diperlukan
2

akan mempengaruhi produksi ASI, karna kelenjar pembuat ASI

tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup.

Untuk membentuk produksi ASI yang baik makanan ibu harus

memenuhi jumlah kalori,protein, lemak, dan vitamin serta mineral

yang cukup. Selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak kurang

lebih 8-12 gelas perhari. Bahan makanan yang dibatasi untuk ibu

menyusui yaitu:

1. Yang merangsang seperti cabe, merica, jahe, kopi, alkohol.

2. Yang membuat kembung seperti ubi, singkong, kool, sawi, dan daun

bawang.

3. Bahan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak.

4. Ketenangan jiwa dan pikiran.

Produksii ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu selalu

dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri, dan berbagai

bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan

tidak akan terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik

harus dalam keadaan tenang.

b. Penggunaan Kontrasepsi

Penggunaan alat kontrasepsi khususnya yang mengandung

estrogen dan progesteron berkaitan dengan penurunan volume dan

durasi ASI, sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin maka tidak

ada dampak terhadap produksi ASI.

c. Perawatan Payudara

Perawatan payudara yang dimulai dari kehamilan bulan ke 7-

8 memegang peranan penting dalam menyusui bayi. Payudara

yang terawat akan memproduksi ASI yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan bayi dan dengan perawatan payudara yang baik, maka

putting susu tidak akan lecet sewaktu dihisap bayi.


2

d. Faktor istirahat/aktifitas

Kondisi kelelahan akibat aktivitas serta kondisi kurang istirahat

akan memberikan efek kelemahan pada sistem yang terkait dalam

proses laktasi dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI

berkurang.

e. Faktor isapan anak

Isapan mulut bayi akan menstimulus hipotalamus pada bagian

hipofisis anterior dan posterior. Hipofisis anterior menghasilkan

rangsangan (rangsangan prolaktin) untuk meningkatkan

sekresi prolaktin. Prolaktin bekerja pada kelenjar susu

(alveoli) untuk memproduksi ASI. Isapan bayi tidak

sempurna,frekuensi menyusui yang jarang serta putting susu ibu yang

sangat kecil akan membuat produksi hormon oksitosin dan hormon

prolaktin akan terus menurun dan produksi ASI terganggu.

f. Berat bayi lahir dan usia kehamilan saat persalinan.

Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal

ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 36

minggu) dan berat badan yang kurang, sangat lemah dan tidak mampu

menghisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah dari pada

bayi yang lahir tidak prematur atau yang lahir dengan berat badan

normal (<2500gram). Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi

prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum

sempurnanya fungsi organ.

g. Konsumsi alkohol dan rokok

Merokok dan konsumsi alkohol dapat mengurangi ASI karena

akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk

produksi ASI.
2

Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenaline dimana akan

menghambat pelepasan oksitosin.

2.2.5 Penilaian Produksi ASI

Penilaian produksi ASI bisa dilihat dari beberapa faktor,

diantaranya adalah tanda-tanda kecukupan ASI pada bayi. ASI cukup atau

tidak bisa dilihat dari beberapa indikator dimana indikator ini juga

merupakan indikator dari cukup atau tidaknya produksi ASI.

Indikator tersebut adalah (UNICEF, 2011; Astuti 2013; dan Wigati, 2015)

a. Perubahan berat badan bayi baru lahir

Bayi kehilangan berat badan 8% dari berat lahir 3-4 hari paska

lahir. Berat badan bayi akan meningkat lagi dan beratnya sama dengan

berat badan lahir pada hari ke 10. Selanjutnya berat badan bayi

meningkat

200-250gram perminggu.

b. Frekuensi BAK

Hari pertama setelah lahir 6x dalam 24 jam, urin tanpa warna dan

tampak pucat. Pada hari ke 3-4 frekuensi BAK sebanyak 9x perhari.

c. Frekuensi BAB

Hari pertama 1-2 kali dalam 24 jam, dengan warna

kehitaman. Pada hari ke 3 dan ke 4 dua kali dalam 24 jam

berwarna kehijauan hingga kuning.Hari ke 5 dan ke 6 3-4 kali, feses

berwarna kuning dan lembek.

Indikator lain adalah dari ibu yaitu payudara lembek setelah

menyusui, penentasan ASI dari payudara yang tidak disusukan, ibu

merasa senang, rileks, dan ibu merasa haus, (Biancuzzo, 2003)


2

2.2.6 Pengkuran Kelancaran ASI

Menurut Budiarti (2009) yang menyatakan bahwa untuk

mengetahui banyaknya produksi ASI beberapa kriteria sebagai

patokan untuk mengetahui jumlah ASI cukup atau tidak:

a. ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui putting

b. Sebelum disusukan payudara terasa tegang

c. Jika ASI cukup, setelah bayi menyusu dia akan tertidur dengan tenang

selama 3-4 jam

d. Bayi BAK 6-8 kali sehari

e. Bayi BAB 3-4 kali sehari

f. Bayi paling sedikit menyusu 8-10 kali dalam 24 jam

g. Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan

ASI

h. Ibu dapat merasakan rasa geli karna aliran ASI setiap bayi menyusu

i. Warna urin bayi kuning jernih

j. Pada 24 jam pertama bayi mengeluarkan BAB yang berwarna

hijau pekat, kental, dan lengket, yang dinamakan mekonium.

Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui kelancaran ASI pada

penelitian ini berisi 10 pertanyaan tentang ASI yang dihasilkan pada ibu

post partum dengan pilihan jawaban ya atau tidak, setiap pertanyaan diberi

nilai

1 bila jawana “YA” dan bila jawabannya “TIDAK” diberi nilai 0. Kriteria dalam

penelitian ini adalah

a. Lancar (76-100%)

b. Cukup Lancar (56-75%)

c. Kurang Lancar (<55%)


3

2.3 Metode Woolwich Massage dan Rolling massage

2.3.1 Metode Pijat Woolwich

Menurut Pamuji (2014) Metode pijat Woolwich ini didasarkan pada

pengamatan bahwa pengaliran ASI lebih penting dari sekresi ASI oleh

kelenjar ASI. Dengan metode pijat woolwich, akan memengaruhi saraf

vegetatif dan jaringan bawah kulit yang dapat melemaskan jaringan

sehingga memperlancar aliran darah pada sistem duktus lactiferus

yang akan menjadikan ASI lancar. Pijat woolwich memicu rangsangan sel-

sel mioepitel disekitar kelenjar payudara, rangsangan tersebut di teruskan

ke hipotalamus sehingga memicu hipofisis anterior untuk memproduksi

hormon prolaktin. Disamping itu, peradangan atau bendungan pada

payudara dapat dicegah

Proses pemijatan dilakukan pada area sinus laktiferus tepatnya 1-

1,5cm diluar areola mammae, dengan tujuan untuk mengeluarkan ASI yang

ada pada sinus laktiferus. Pemijatan tersebut akan merangsang sel

saraf pada payudara, rangsangan tersebut diteruskan ke

hipotalamus dan direspon oleh hipofisis anterior untuk mengeluarkan

hormon prolaktin yang akan dialirkan oleh darah ke sel miopitel payudara

untuk memproduksi ASI.

Manfaat metode pemijatan woolwich adalah

meningkatkan pengeluaran ASI meningkatkan sekresi ASI dan

mencegah peradangan payudara atau mastitis. Metode pijat woolwich

diberikan kepada ibu post partum sebanyak 2 kali/hari diwaktu pagi dan

sore hari selama 3 hari post partum. Prosedur pijat woolwich

melakukan pemijatan melingkar menggunakan kedua ibu jari pada

area sinus laktiferus tepatnya 1-1,5cm diluar areola mammae dan

dilakukan selama 2-3 menit.

2.3.1.1 Langkah-langkah melakukan Woolwich massage

1. Melepaskan pakaian ibu bagian atas


3
2. Ibu duduk tegak dan nyaman di kursi
3

3. Memasangan handuk

4. Mencuci tangan

5. Memberi baby oil pada kedua tangan untuk memijat.

6. Gerakan pertama memijat payudara dengan menggunakan tiga

jari kana dan kiri yaitu jadi telinjuk, tengan, dan manis. Lalu

melakukan gerakan maju kedepan dan melengkung sehingga jari

menyentuh putting susu. Gerakan ini dilakukan sebanyak 15 kali.

Gambar 2.3 Gerakan pertama pada woolwich massage

7. Gerakan kedua yaitu dengan kedua ibu jari kanan dan kiri yang

mengarah ke atas di letakkan pada sisi putting, kemudian

gerakan keatas dan kebawah yang dilakukan sebanyak 15 kali.

Gambar 2.4 Gerakan kedua pada woolwich massage

8. Gerakan ketiga dengan menggunakan dua jari dengan gerakan keatas

dan kebawah dan dilakukan sebanyak 15 kali.


3

Gambar 2.5 Gerakan ketiga pada woolwich massage

9. Gerakan keempat dengan menggunakan kedua ibu jari kanan dan kiri

yang diletakkan diatas dan dibawah putting, dengan gerakan

maju mundur secara bergantian dilakukan sebanyak 15 kali.

Gambar 2.6 Gerakan keempat pada woolwich massage

10. Lalu bersihkan kedua payudara menggunakan handuk.

11. Gerakan terakhir melakukan cara pemerahan ASI dengan jari dengan

meletakkan ibu jari diatas dan bawah putting mulai dari

areola mammae. Kemudian dilakukan pemijatan ringan ke arah

putting sampai mengeluarkan ASI. Ibu boleh langsung menyusui

banyinya atau menyimpan ASI yang keluar.

Gambar 2.7 Gerakan kelima pada woolwich massage


3

2.3.2 Rolling massage (Punggung)

Rolling massage adalah pemijatan pada tulang belakang (costae 5-

6 (ujung tulang punggung)) sampai scapula dengan gerakan memutar

yang dilakukan pada ibu setelah melahirkan untuk membantu kerja

hormon oksitosin dalam pengeluaran ASI, mempercepat saraf

parasimpatis menyampaikan sinyal e otak bagian belakang untuk

merangsang kerja oksitosin dalam mengalirkan ASI agar keluar,

(Desmawati, 2013). Tindakan rolling massage dapat mempengaruhi

hormon prolaktin yang berfungsi sebagai stimulus produksi ASI pada ibu

selama menyusui. Tindakan ini juga dapat membuat rileks pada ibu dan

melancarkan aliran saraf serta saluran ASI pada kedua payudara, (Amin,

2011).

Pijat ini bisa dilakukan segera setelah ibu melahirkan bayinya

dengan durasi 5-10 menit, frekuensi pemberian pijatan 2 kali sehari.

Pijatan ini tidak harus dilakukan langsung oleh petugas kesehatan

tetapi dapat dilakukan oleh suami atau anggota keluarga yang lain.

Prosedur rolling massage melakukan pemijatan melingkar menggunakan

kedua ibu jari pada area punggung untuk menstimulus produksi ASI dan

pemijatan dilakukan selama 15 menit, (Tikawati, 2015).

2.3.2.1 Langkah-langkah melakukan Rolling massage

1. Melepaskan baju ibu bagian atas

2. Ibu miring ke kanan maupun ke kiri, lalu memeluk bantal dan

telungkup di meja sepert ini


3

Gambar 2.8 Posisi pada rolling massage

3. Memasang handuk

4. Mencuci tangan

5. Memberi baby oil pada kedua tangan untuk memijat

6. Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu

dengan menggunkan dua kepalan tangan, dengan ibu jadi

menunjuk ke depan. Area tulang belakang leher, cari daerah dengan

tulang yang paling menonjol, yaitu proccessus spinosus / cervical

vertebrae 7.

Gambar 2.9 Penempatan tulang pemijatan pada rolling massage


3

7. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan

melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jari

Gambar 2.10 Pemijatan melingkar pada rolling massage

8. Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang kearah

bawah, dari leher kearah tulang belikat, selama 2-3 menit.

9. Mengulangi pemijatan sebanyak 3 kali.

10. Membersihkan punggung ibu dengan washlap air hangat dan air

dingin secara bergantian.

2.4 Pengaruh Woolwich massage dan Rolling massage terhadap

kelancaran ASI pada ibu menyusui

Tidak semua ibu post partum langsung mengeluarkan ASI karena

pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat komplek

antara rangsangan mekanik, saraf, dan bermacam-macam hormon

yang berpengaruh pada pengeluaran oksitosin. Pengeluaran hormon

oksitosin selain berpengaruh oleh isapan bayi juga dipengaruhi oleh

reseptor yang terletak pada sistem duktus, bila duktus melebar atau menjadi

lunak maka secara reflektoris dikeluarkan oksitosin oleh hipofise yang

berperan untuk memeras air susu dari alveoli. (Soetjiningsih, 2004),

oleh karna itu perlu adanya upaya mengeluarkan ASI untuk beberapa ibu

post partum.
3

Pengeluaran ASI dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu produksi

dan pengeluaran. Produksi ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin

sedangkan pengeluaran dipengaruhi oleh hormon oksitosin. Hormon

oksitosin akan keluar melalui rangsangan ke putting susu melalui

isapan mulut bayi atau melalui pijatan pada tulang belakang ibu,

dengan melakukan pijatan pada tulang belakang ibu akan merasa tenang,

rileks, meningkatkan ambang rasa nyeri dan lebih mencintai bayinya

sehingga dengan begitu hormon oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar,

(WBW, 2007).

Pijatan atau rangsangan pada tulang belakang,

neurotransmitter akan merangsang medulla oblongata langsung

mengirim pesan ke hypothalamus di hipofise posterior untuk

mengeluarkan oksitosin sehingga menyebabkan payudara mengeluarkan

ASI. Pijatan di daerah tulang belakang ini juga akan merileksasi

ketegangan dan menghilangkan stress dan dengan begitu hormon oksitosin

keluar dan akan membantu pengeluaran air susu ibu, dibantu dengan isapan

bayi dengan putting susu pada saat segera setelah bayi lahir dengan

keadaan bayi normal, (Guyton, 2007).

Pijat merupakan salah satu solusi untuk mengatasi

ketidaklancaran produksi ASI. Rolling massage adalah pemijatan pada

sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam

dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin

setelah melahirkan, (Yohmi dan Roesli, 2009). Pemijatan ini berfungsi

untuk meningkatkan hormon oksitosin yang dapat menenangkan ibu,

sehingga ASI pun otomatis keluar. Penelitian ini dilakukan oleh Umy

(2017) menunjukkan bahwa pijat oksitosin dapat meningkatkan produksi

ASI. Pemijatan ini bisa dilakukan kapanpun ibu mau dengan durasi 2-3

menit, lebih disarankan dilakukan sebelum menyusui atau memerah ASI

(Kaltimpos.co.id). sehingga untuk


3

mrendapatkan jumlah ASI yang optimal dan baik, sebaiknya pijat

Rolling massage ini dilakukan setiap hari dengan durasi 3-5 menit.

Pamuji (2014) menyatakan salah satu upaya merangsang hormon

prolaktin dan oksitosin pada ibu setelah melahirkan adalah memberikan

sensasi rileks pada ibu yaitu dengan melakukan pijat wollwich

massage. Pemijtan ini dilakukan pada sinus laktiferus diatas areola

mammae, sehingga akan merangsang sek saraf pada payudara yang

akan diteruskan ke hipotalamus (otak) dan akan direspon untuk

mengeluarkan hormon prolaktin yang akan dilakukan oleh sel mioepites

untuk memproduksi ASI.


3

2.5 Kerangka Teori

Kemampuan dan Kemandirian


Adaptasi Ibu
Post Partum  Perawatan Diri
 Perawatan Bayi
 Menyusui (ASI secara dini)

Faktor lain:
Peran Bidan
Pendidikan, Usia,
status pernikahan,
tindakan persalinan,
pengeluaran ASI
kolostrum, after pain,
pengelaran lochea,
diaporesis, hipotensi Intervensi
ortostatistik, Woolwich
hemoroid, paritas. Massage dan Waktu
Rolling pengeluaran ASI
Faktor Psikologis: Massage
Status psikologi ibu,
dukungan suami &
keluarga

Gambar 2.11 Kerangka Teori Pengaruh Kombinasi Woolwich massage dan


Rolling massage terhadap pengeluaran ASI
3

2.6 Kerangka Konsep

Ibu nifas

Immadiate postpartum Early postpartum Late postpartum


(0-24 )jam) (24-1minggu) (1-6 minggu)

Pada periode ini Bidan memastikan :


1. Involusi uterus
2. Tidak ada perdarahan
3. Lochea tidak berbau busuk
4. Ibu tidak demam
5. Ibu cukup mendapatkan asupan makanan dan cairan
6. Ibu dapat memberikan ASI dengan baik

Faktor yang mempengaruhi ASI


1. Faktor makanan ibu
2. Faktor isapan bayi
3. Faktor psikologis
4. Faktor pola istirahat ibu
5. Faktor perawatan payudara
Teknik Woolwich Massage
dan Rolling Massage

Mekanisme :
Mekanisme woolwich: akan merangsang sel saraf pada payudara dan diteruskan ke
hipotalamus dan direspon oleh hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormon
prolaktin yang akan dialirkan oleh darah ke sel miopitel payudara untuk memproduksi
ASI. Mekanisme Rolling: membantu kerja hormon oksitosin dalam pengeluaran
ASI, mempercepat saraf parasimpatis menyampaikan sinyal e otak bagian belakang
untuk merangsang kerja oksitosin dalam mengalirkan ASI agar keluar.

Pengeluaran ASI

Lancar (ASI memancarkan Cukup lancar (ASI keluar Kurang lancar (ASI
tanpa memencet payudara) memancarkan saat areola keluar kurang meski
dipencet memencet payudara) areola dipencet)

1.Kebutuhan gizi bayi terpenuhi 1.Kebutuhan bayi tidak terpenuhi


2. Kenaikan BB bayi normal 2.Kenaikan BB tidak normal
3.Bayi tertidur tenang 3-4jam 3.Bayi tidak tidur dengan tenang

Keterangan :
= Tidak diteliti
= Diteliti
= Berhubungan
= Berpengaruh
3

Gambar 2.12 Kerangka Konsep Pengaruh Kombinasi Woolwich massage dan


Rolling massage terhadap pengeluaran ASI.

2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut

H1 : Ada pengaruh Kombinasi Woolwich massage dan Rolling massage

terhadap pengeluaran ASI pada ibu post partum..

You might also like