BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan didirikannya sebuah perusahaan ialah untuk menghasilkan
keuntungan. Dan tujuan selanjutnya dari perusahaan adalah untuk
memaksimalkan nilai dari perusahaan tersebut sehingga perusahaan dapat tetap
bertahan (Going Concern) dan melakukan aktivitasnya serta melakukan ekspansi
untuk memperluas pangsa pasarnya. Apabila sebuah perusahaan tidak dapat
memperolehnya laba dari usaha yang dijalankannya, maka tentu perusahaan tidak
dapat melakukan tujuannya yaitu pertumbuhan terus menerus. Oleh sebab itu,
perusahaan dituntut untuk dapat melakukan kegiatan operasionalnya secara
produktif, efektif dan efisien, sehingga perusahaan yang dapat mengelola
aktivanya dengan lebih efektif dan efisien akan mendapatkan laba yang lebih baik
pula (Meifani, 2016).
Fakta di Bursa Efek Indonesia menunjukan bahwa perusahaan perusahaan
go public di sektor konsumen, harga indeks sahamnya memimpin dibandingkan
dengan sektor lainnya di Bursa Efek Indonesia. Per tanggal 8 November 2017,
harga indeks saham sektor konsumer di BEI berada di harga Rp.2.569,- diikuti
oleh sektor agrikultur di harga Rp.1.768. Hal ini menunjukan banyak investor
berminat berinvestasi di sektor consumer ini.
Sebelum memutuskan berinvestasi, para stakeholder tentu tidak hanya
melihat nilai saham di bursa saja, tapi melihat dan menganalisa faktor
fundamental perusahaan, nilai intriksik sebuah perusahaan dan faktor lainnya.
1
2
Untuk menentukan nilai intrinsik perusahaan tersebut maka dibutuhkan penilai.
Banyaknya kebutuhan penilai di masa modern ini membuat pekerjaan ini menjadi
sangat diminati oleh para investor untuk dijadikan partner sehingga memudahkan
mereka dalam mengambil keputusan.
Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI) mengatur tentang penilaian
ini didalam KEPI (Kode Etik Penilaian Indonesia) dan SPI (Standar Penilaian
Indonesia). Khususnya untuk menilai bisnis, diperkenankan dengan memakai
metode diskonto arus kas (Discounted Cash Flow Method). Penilai diharuskan
melakukan penelaahan atau penyesuaian atas asumsi, keakuratan perhitungan dan
keputusan akuntansi yang digunakan dalam proyeksi laporan keuangan. (SPI 330,
hal 11)
Menurut Damodaran (2006), nilai intrinsik sebuah perusahaan merupakan
keseluruhan nilai kini dari aliran kas tunai bersih bebas. Sehingga perusahaan
yang setiap tahunnya memiliki Free Cash Flow to Firm yang tinggi akhirnya akan
meningkatkan nilai perusahaan tersebut.
Sementara itu dalam memaksimumkan nilai perusahaan, menurut Murtini
(2008), manajemen perusahaan dapat melakukan tiga keputusan, yaitu keputusan
pendanaan, investasi dan dividen.
Keputusan pendanaan adalah keputusan manajemen keuangan untuk
mendapatkan dana (baik dari pasar uang maupun pasar modal). Setelah
mendapatkan dana, manajemen keuangan akan menginvestasikan dana yang
diperoleh ke dalam perusahaan. Keputusan pendanaan didefinisikan sebagai
keputusan yang menyangkut komposisi pendanaan yang dipilih oleh perusahaan
(Hasnawati, 2005).
3
Peningkatan hutang juga dapat diartikan pihak luar tentang kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajibannya di masa yang akan datang atau risiko
bisnis yang rendah, sehingga penambahan hutang telah memberikan sinyal positif
(Brigham dan Houston, 2001). Pendapat serupa disampaikan De Angelo dan
Masulis (dalam Wijaya 2010), bahwa apabila pendanaan didanai melalui hutang,
maka peningkatan nilai peusahaan terjadi akibat efek tax deductable, yaitu
perusahaan yang memiliki hutang akan membayar bunga pinjaman yang dapat
mengurangi penghasilan kena pajak, yang dapat memberikan manfaat bagi
pemegang saham. Apabila peningkatan pendanaan perusahaan melalui laba
ditahan atau penerbitan saham baru, maka risiko keuangan perusahaan semakin
kecil.
Sementara itu kemampuan perusahaan dalam membayarkan dividen dapat
mencerminkan nilai perusahaan. Jika pembayaran dividen tinggi, maka harga
saham juga tinggi yang berdampak pada tingginya nilai perusahaan begitu juga
sebaliknya (Susanti, dalam Gayatri 2014). Dengan demikian, keputusan dividen
merupakan salah satu keputusan yang paling penting (Murekefu and Ochuodho,
2012). Okpara (2012) menjelaskan tentang kekhawatiran yang dihadapi oleh
perusahaan dalam keputusan dividen adalah seberapa banyak pendapatan yang
bisa dibayarkan sebagai dividen dan seberapa banyak dapat dipertahankan, karena
terkadang pembagian dividen bagi sebagian investor bukanlah sinyal positif.
Investor menganggap manajer perusahaan tidak peka pada peluang investasi yang
akan mendatangkan keuntungan namun lebih memilih membagikan dividen.
Sehingga, nilai perusahaan dapat turun karena kurangnya keinginan pemegang
saham untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Fenandar dan
4
Surya (2012) menemukan hasil bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan
antara keputusan dividen terhadap nilai perusahaan. Namun, perbedaan hasil
penelitian ditemukan oleh Mardiyanti, dkk. (2012) dimana keputusan dividen
memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.
Melakukan kegiatan investasi merupakan keputusan tersulit bagi
manajemen perusahaan karena akan mempengaruhi nilai perusahaan (Vranakis
and Prodromos, 2012). Tujuan dilakukannya keputusan investasi adalah mendapat
laba yang besar dengan risiko yang dapat dikelola dengan harapan dapat
mengoptimalkan nilai perusahaan (Afzal dan Abdul, 2012).
Menurut Gaver dan Gaver (1993) dalam Hidayat (2010), kesempatan
investasi merupakan nilai perusahaan yang besarnya tergantung pada
pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan datang,
dalam hal ini pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan
akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Pendapat ini sejalan dengan
Smith dan Watts (1992) dalam Hidayat (2010) yang menyatakan bahwa set
kesempatan investasi merupakan komponen nilai perusahaan yang merupakan
hasil dari pilihan-pilihan untuk membuat investasi di masa yang datang. Menurut
Kallapur dan Trombley (1999) bahwa kesempatan investasi perusahaan tidak
dapat diobservasi untuk pihak-pihak di luar perusahaan sehingga diperlukan suatu
proksi untuk melihatnya.
Hamid (2012) keputusan investasi dapat dihitung dengan price earning
ratio (PER). Prasetyo, dkk. (2013) mendapat hasil penelitian bahwa keputusan
investasi berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan Hamid
5
(2012) berpendapat bahwa keputusan investasi tidak berpengaruh secara positif
dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.
Damodaran (2006) menggambarkan hubungan nilai perusahaan dengan
keputusan investasi, keputusan pendanaan, keputusan dividen dan resiko seperti
tabel dibawah ini :
Tabel 1.1. Hubungan Nilai Perusahaan dengan 3 (Tiga) Keputusan Manajemen
Keuangan
Sumber : Damodaran (2016)
Efni (2012) menyatakan penelitian tentang resiko sebagai dampak
keputusan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan dividen masih dalam
konsep teori. Konsep teori yang mengemukakan keputusan investasi berdampak
kepada resiko secara implisit adalah teori risk and return yang mengemukakan
bahwa investor berinvestasi memfokuskan kepada dua parameter yaitu resiko dan
return yang diharapkan dari suatu asset. Demikian halnya dengan keputusan
investasi akan berdampak pada resiko yang harus ditanggung oleh perusahaan dan
selanjutnya memengaruhi nilai perusahaan.
Efni (2012) juga menyatakan bahwa seperti dengan keputusan investasi,
keputusan pendanaan berdampak terhadap resiko masih dalam konsep teori. Hal
6
ini dikaji dari teori trade off yaitu semakin besar hutang maka semakin tinggi
kemungkinan kebangkrutan. Kemungkinan tidak membayar bunga semakin besar
dan pemberi pinjaman bisa membangkrutkan yang selanjutnya mengakibatkan
nilai perusahaan menjadi turun. Implikasi dari teori trade off ini adalah manajer
akan berfikir antara penghematan pajak dengan biaya kebangkrutan yang timbul
akibat berhutang, yang selanjutnya berdampak pada perusahaan.
Miswanto (2001) mengemukakan bahwa dengan pendekatan statiska,
resiko sebuah perusahaan dapat diukur dari koefisien variasi Earning per share.
Penelitian Gordon (1961) menemukan bahwa nilai saham ditentukan
present value dari dividen yang diterima investor saat ini dan dimasa datang. Pada
keputusan dividen yang dibayar tinggi (Bird in Hand Theory) dikatakan bahwa
pembayaran dividen mengurangi ketidakpastian yang berarti mengurangi resiko,
selanjutnya mengurangi keuntungan yang disaratkan oleh pemegang saham yang
tentunya akan mempengaruhi nilai perusahaan. Namun pendapat lain menjelaskan
bahwa dividen itu sendiri tidak mempengaruhi harga saham tetapi
menggambarkan prospek perusahaan, yang ditunjukan dengan peningkatan
(penurunan) dividen yang dibayarkan sehingga menyebabkan perubahan harga
saham. Argumen terakhir secara implisit dapat diartikan bahwa pembayaran
dividen menimbulkan resiko bagi perusahaan. Jadi penetapan keputusan dividen
yang salah akan menimbulkan resiko bagi perusahaan dan selanjutnya berdampak
pada nilai perusahaan.
Berikut ini adalah tabel jumlah aset, jumlah dividen yang dibayarkan,
jumlah hutang, earning per share, harga saham dan Free Cash Flow beberapa
perusahaan.
7
Tabel 1.2 Hubungan Aset, Dividen, Hutang, EPS dan Nilai Perusahaan
HUTANG Dividen ASET Harga Saham EPS FCFF
EMITEN
2015 2016 Selisih 2015 2016 Selisih 2015 2016 Selisih 2015 2016 Selisih 2015 2016 Selisih 2015 2016 Selisih
DLTA 188,700 185,423 (3,278) 156,878 96,034 (60,844) 1,038,322 1,197,797 159,475 5,543 5,354 (189) 238 317 79 885,212 584,753 (300,460)
ICBP 10,173,713 10,401,125 227,412 1,294,472 1,492,724 198,252 26,560,624 28,901,948 2,341,324 6,619 8,382 1,764 257 309 52 2,730,978 3,029,551 298,572
INDF 48,709,933 38,233,092 (10,476,841) 1,931,694 1,475,112 (456,582) 91,831,526 82,174,515 (9,657,011) 6,410 7,451 1,041 293 433 140 2,828,153 11,654,182 8,826,029
MLBI 1,334,373 1,454,398 120,025 289,971 922,813 632,842 2,100,853 2,275,038 174,185 8,685 10,306 1,621 236 466 230 724,138 1,234,469 510,331
MYOR 6,148,256 6,657,166 508,910 149,096 274,921 125,825 11,342,716 12,922,422 1,579,706 1,041 1,418 377 55 61 6 2,089,912 1,322,520 (767,392)
Pada perusahaan DLTA terdapat kenaikan jumalah hutang pada tahun 2016
dibandingkan dengan jumlah hutang ditahun 2015. Kenaikan jumalah hutang
tersebut dibarengi dengan penurunan harga saham, namun earning per share nya
naik bila dibanding dengan tahun 2015. Pengaruh penurunan jumlah hutang
DLTA ini, juga menurunkan FCFF perusahaan DLTA di tahun 2016
dibandingkan dengan tahun 2015.
Sementara pada Perusahaan INDF, penurunan nominal hutang pada tahun
2016 dibandingkan dengan 2015, diikuti dengan kenaikan harga saham, kenaikan
Earning per share nya dan kenaikan FCFF perusahaan INDF tersebut.
Terlihat ada fenomena dimana kenaikan atau penurunan hutang perusahaan
memberikan pengaruh yang berbeda bagi harga saham, earning per share dan
FCFF pada kedua perusahaan ttersebut, yaitu perusahaan DLTA dan INDF.
Pada perusahaan MYOR, kenaikan jumlah aset tahun 2016 dibandingkan
dengan tahun 2015. Kenaikan ini diikuti kenaikan harga saham dan Earning per
share perusahaan. Tetapi kenaikan jumlah asetnya diikuti penuruanan Free Cash
Flow perusahaan MYOR tersebut pada tahun 2016.
8
Sementara pada perusahaan MLBI, kenaikan jumlah asetnya ditahun 2016
dibandingkan dengan tahun 2015 diikuti dengan kenaikan harga saham, earning
per share dan Free Cash Flow perusahaan.
Terlihat ada fenomena dimana kenaikan atau penurunan nilai jumlah aset
perusahaan tersebut, memberikan pengaruh yang berbeda bagi harga saham,
Earning per share dan FCFF perusahaan pada kedua perusahaan tersebut.
Pada INDF, penurunan jumlah dividen yang dibayarkan pada tahun 2016
dibandingkan dengan tahun 2015 diikuti dengan kenaikan earning per share
perusahaan, namun harga saham dan FCFF perusahaanya terjadi penurunan.
Sementara pada perudahaan DLTA, penurunan jumlah dividen tahun 2016
dibandingkan dengan tahun 2015, diikuti kenaikan EPS, kenaikan harga saham
dan keaikan FCFF perusahaan DLTA tersebut. Terdapat fenomena dimana
keputusan pembayaran dividen memberikan pengaruh yang beragam pada harga
saham, EPS dan FCFF perusahaan tersebut diatas.
Kenaikan EPS ditahun 2016 dibandingkan dengan tahun 2015 untuk
perusahaan DLTA, ICBP, INDF, MLBI dan MYOR tidak diikuti dengan kenaikan
harga saham dan kenaikan Free Cash Flow keseluruh perusahaaan tersebut. Bagi
perusahaan DLTA dan MYOR, kenaikan EPS memberikan pengaruh kepada
penurunan FCFF perusahaan ditahun 2016. Sementara pada perusahaan ICBP,
INDF, dan MLBI kenaikan EPSnya mampu menaikan FCFF perusahaan tersebut
pada tahun 2016. Terlihat fenomena pengaruh perubahan EPS diikuti dengan
perubahaan Nilai Perusahaan, baik yang diukur dari harga saham, maupun diukur
degan Free Cash Flow to Firm.
9
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penelitian ini mengangkat
judul “Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan dan Keputusan
Dividen terhadap Nilai intrinsik Perusahaan dengan Resiko sebagai Variabel
Mediasi”.
1.2 PerumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dibentuk rumusan
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
a) Bagaimanakah pengaruh keputusan investasi terhadap resiko perusahaan?
b) Bagaimanakah pengaruh keputusan pendanaan terhadap resiko
perusahaan?
c) Bagaimanakah pengaruh keputusan dividen terhadap resiko perusahaan?
d) Bagaimanakah pengaruh keputusan investasi terhadap nilai perusahaan?
e) Bagaimanakah pengaruh keputusan pendanaan terhadap nilai perusahaan?
f) Bagaimanakah pengaruh keputusan dividen terhadap nilai perusahaan?
g) Bagaimanakah pengaruh resiko terhadap nilai perusahaan?
h) Bagaimanakah pengaruh keputusan investasi terhadap nilai perusahaan
yang dimediasi variable resiko
i) Bagaimanakah pengaruh keputusan pendanaan terhadap nilai perusahaan
yang dimediasi variable resiko
j) Bagaimanakah pengaruh keputusan dividen terhadap nilai perusahaan
yang dimediasi variable resiko
10
1.3 TujuanPenelitian
a) Untuk menganalisis pengaruh keputusan investasi terhadap resiko
perusahaan
b) Untuk menganalisis keputusan pendanaan terhadap resiko perusahaan
c) Untuk menganalisis keputusan dividen terhadap resiko perusahaan
d) Untuk menganalisis pengaruh keputusan investasi terhadap nilai
perusahaan
e) Untuk menganalisis pengaruh keputusan pendanaan terhadap nilai
perusahaan
f) Untuk menganalisis pengaruh keputusan dividen terhadap nilai
perusahaan
g) Untuk menganalisis pengaruh resiko terhadap nilai perusahaan
h) Untuk menganalisis pengaruh keputusan investasi terhadap nilai
perusahaan yang dimediasi variable resiko
i) Untuk menganalisis pengaruh keputusan pendanaan terhadap nilai
perusahaan yang dimediasi variable resiko
j) Untuk menganalisis pengaruh keputusan dividen terhadap nilai
perusahaan yang dimediasi variable resiko
1.4 Manfaat Penelitian
a) Bagi peneliti, sebagai bahan untuk menambah wawasan terutama berkaitan
dengan keputusan investasi, pendanaan dan dividen terhadap nilai intrinsik
perusahaan dengan variable resiko sebagai mediasi.
11
b) Bagi perusahaan sebagai bahan untuk mengembangkan wawasan perusahaan
terutama dalam meningkatkan nilai intrinsic perusahaan.
c) Bagi akademisi dan peneliti lain, sebagai bahan referensi untuk penelitian
selanjutnya serta untuk menambah wawasan terutama yang berkaitan dengan
variable variable yang diteliti.
1.5 Batasan Penelitian
Dikarenakan adanya keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, maka
diperlukan batasan dan penentuan asumsi penelitian dalam menghitung nilai
intrinsik perusahaan, hal ini diperlukan karena nilai intrinsik perusahaan yang
akan ditentukan adalah nilai kini dari proyeksi aliran kas perusahaan dimasa yang
akan datang. Batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a) Perusahaan tidak mengalami keadaan pailit selama periode evaluasi.
b) Pertumbuhaan perusahaan tidak berubah drastis, selama periode
penelitian, kecuali dilakukan penyesuaian.
c) Kondisi perekonomian Negara tidak ekstrim selama periode evaluasi
d) Tahun kelima yang merupakan tahun terakhir proyeksi yang merupakan
tahun dimana perusahaan akan mengalami pertumbuhan yang stabil.
e) Populasi obyek penelitian adalah perusahaan sektor consumer khususnya
sub sektor food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.