KEUTAMAAN
DO’A SAYYIDUL ISTIGHFAR
Oleh: A. Faisal Marzuki
T
|
idak ada manusia yang tidak terlepas dari berbuat
kesalahan, khususnya dalam kesalahan yang menyangkut dengan agama disebut dosa.
Manusia adalah makhluk bila imannya sedang tidak stabil atau tidak kuat, maka mudah
sekali terjerumus dalam berbuat dosa. Agar manusia tetap terlindung dari dosa
yang ia perbuat maka salah satu caranya adalah dengan melakukan istighfar
yang dengan itu juga selalu sadar untuk berupaya menghindari perbuatan-perbuatan
buruk yang dilarang-Nya. Salah satunya adalah dengan do’a sayyidul
istighfar.
Do’a sayyidul istighfar terambil dari bahasa dīn al-Islām (baca: dinul islam) yaitu
bahasa Arab yang artinya adalah 'penghulu istighfar'. Rasulullah shalallāhu ‘alaihi wa sallam menyebut do’a
sayyidul istighfar ini melebihi dari seluruh bentuk do’a istighfar dalam hal
keutamaan. Sebagaimana namanya sayyid,
maka maknanya memiliki kedudukan yang tinggi. Kenapa? Karena lafadz
do’anya yang ada didalamnya mengandung nilai makna yang luar biasa dahsyatnya.
Sehingga do’a ini adalah do’a yang memiliki kedudukan yang tinggi dari do’a-do’a
istighfar yang lain.
Lafadz dari do’a sayyidul istighfar yang diambil
dari Hadits Riwayat dari Al-Bukhari sebagai berikut:
للَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ،
أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
Bacaan latinnya adalah sebagai berikut:
Allāhumma Anta Rabbī, Lā Ilāha Illā Anta Khalaqtanī, Wa Annā
‘Abduka, Wa Anā ‘Alā ‘Ahdika, Wa Wa’dika Mastatha’tu, A’ūdzu Bika Min Syarri Mā
Shana’tu, Abū-ū Laka Bini’matika ‘Alayya, Wa Abū-ū Bidzanbī, Faghfirlī, Fa
Innahū Lā Yaghfirudz Dzunāba Illa Anta. (HR
Al-Bukhari).
Terjemahannya:
Ya Allah! Engkau
adalah Tuhanku; Tidak ada Tuhan selain Engkau yang telah menciptakanku; Dan aku
adalah hamba-Mu; Aku akan berusaha selalu taat kepada-Mu; Sekuat kemampuanku (-
Ya Allah); Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang kuperbuat; Kuakui segala
nikmat yang Engkau berikan padaku; Dan kuakai pula dosa-dosaku (dan keburukan-keburukanku);
Maka ampunilah aku (- Ya Allah); Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosa
kecuali Engkau.
Mari kita tilik isi lafadz dari do’a sayyidul
istighfar yang diambil dari Hadits Riwayat dari Al-Bukhari sebagai berikut:
Allāhumma Anta Rabbī - Ya Allah! Engkau
adalah Tuhanku;
Lā Ilāha Illā Anta Khalaqtanī - Tidak ada Tuhan selain Engkau
yang telah menciptakanku;
Wa Annā ‘Abduka - Dan aku adalah
hamba-Mu;
Wa Anā ‘Alā ‘Ahdika - Aku
akan berusaha selalu taat kepada-Mu;
Wa Wa’dika Mastatha’tu - Sekuat
kemampuanku (- Ya Allah);
A’ūdzu Bika Min Syarri Mā
Shana’tu -
Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang kuperbuat;
Abū-ū Laka Bini’matika ‘Alayya - Kuakui
segala nikmat yang Engkau berikan padaku;
Wa Abū-ū Bidzanbī - Dan
kuakai pula dosa-dosaku (dan keburukan-keburukanku);
Faghfirlī - Maka
ampunilah aku (- Ya Allah);
Fa Innahū Lā Yaghfirudz Dzunāba
Illa Anta - Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali
Engkau.
Sungguh luar biasanya maknanya do’a dari Sayyidul Istighfar
sebagaimana disebutkan diatas.
KEUTAMAAN
DO’A SAYYIDUL ISTIGHFAR
Do’a sayyidul istighfar salah satu keutamaannya
adalah menjadi penduduk surga. Sebagaimana Sabda Nabi shalallāhu ‘alaihi wa sallam yang artinya:
“Barangsiapa mengucapkannya di siang hari dalam keadaan yakin
dengannya kemudian dia meninggal dunia pada hari itu sebelum petang hari, maka
dia termasuk penduduk surga.”
“Dan siapa yang mengucapkannya di waktu malam hari dalam keadaan
dia yakin dengannya, kemudian dia meninggal dunia sebelum shubuh maka dia
termasuk penduduk surga.” (HR Al-Bukhari).
Kemudian orang yang sering membaca do’a ini maka
ia akan berpeluang mendapatkan ampunan Allah subhāna wa ta’āla.
Hal ini dikarenakan do’a ini akan membimbing
manusia mengingat dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan dan berusaha untuk tidak
melakukannya lagi baik terhadap Allah dan terhadap sesama manusia dan
lingkungan hidupnya serta senantiasa memohon taubat atas segala dosa dan
kesalahannya baik sengaja atau tidak.
Al-Matsurat yang ditulis oleh Imam Hasan al-Banna
yang berisi dzikir pagi dan petang juga menempatkan do’a sayyidul istighfar
sebagai bacaan dzikirnya.
KESIMPULAN
Demikianlah beberapa panduan tentang do’a
sayyidul istighfar yang perlu kita ketahui. Pada dasarnya beristighfar atau
memohon ampunan adalah kewajiban setiap Muslim.
Last
but not least, sebagai penutup uraian ini. Seorang Muslim
tidak akan pernah luput dari kesalahan dan dosa. Begitu pula dengan dosa-dosa
kecil baik yang diketahui (sadar) atau tidak (tidak disadari), jangan remehkan.
Dosa-dosa kecil ini akan menjadi besar bila diabaikan terus menerus.
Terlebih lagi dengan manusia. Buya M. Natsir rahimahullah mengingatkan kita dengan briliannya
sebagai berikut. Habblum minan Nās, hubungan
sesama manusia menjadi kewajiban kita disamping Habblum minAllāh. Kedudukan Habblum
minan Nās sebagaimana yang peringatan Rasulullah shalallāhu ‘alaihi wa sallam yang pernah disampaikan Beliau secara
serius dalam salah satu khutbahnya yang artinya:
“Wahai manusia! Sesungguhnya Allah subhāna wa ta’āla berfirman kepadamu: Anjurkanlah olehmu berbuat
baik (murū bilma’rūf) dan laranglah
perbuatan yang munkar (wanhaw ‘anil
munkari), agar jangan datang suatu saat dimana kamu berdo’a tetapi Aku
(Allah) tidak menjawab do’amu; kamu meminta tetapi Aku (Allah) tidak kabulkan;
kamu memohon pertolongan, tetapi Aku (Allah) tidak memberi pertolongan.”
Itulah jawab-Nya! Itulah yang menyebabkan pintu
do’a jadi tertutup. Bukan karena melalaikan hubungan dengan Allah secara
konvensional, seperti shalat, shiyam dan sebagainya, akan tetapi karena
meremehkan hubungan sesama manusia - habblum
minan nās. Sebagai anggota masyarakat yang turut bertanggung jawab atas
keselamatan hidup bermasyarakat (habblum
minan nās) itu sendiri.
Yaitu, tugas Amar
Ma’ruf (sebagai Agents of Development)
dan Nahi Munkar (sebagai Agents of Changes). Tugas: “Menegakkan
Kebajikan, memberantas (mengganti) kemunkaran (menjadi baik)”. Itulah posisi
dan itulah peranan duniawi umat Muhammad shalallāhu
‘alaihi wa sallam yang menjadi shibghah
(identitas) bagi kepribadian ummat Muhammad shalallāhu
‘alaihi wa sallam. Selamat menyimak. Billāhit Taufiq wal-Hidāyah. Germantown, MD 6 Sha’bān 1441 H / 30 Maret 2020 M. □ AFM
□ AFM