Rumah Budaya Sumba
Didirikan | 2011 |
---|---|
Lokasi | Waitabula, Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur |
Jenis | Museum |
Situs web | https://www.kompasiana.com/alexjapalatu3508/63099ba6c76ba0619101cfa2/rumah-budaya-sumba-museum-pusat-studi-dan-pelestarian-budaya-sumba |
Rumah Budaya Sumba adalah museum khusus yang digunakan untuk memperkenalkan sejarah dan budaya Sumba. Fungsi Rumah Budaya Sumba adalah sebagai museum sekaligus tempat wisata, penelitian, dan pertemuan, serta pusat pembelajaran kebudayaan Sumba. Rumah Budaya Sumba mengoleksi berbagai macam peninggalan kelompok etnik daerah Sumba yang berasal dari masa prasejarah hingga masa kini. Koleksi-koleksi ini merupakan sumbangan koleksi pribadi Pater Robert Ramone dan sumbangan dari setiap rumah adat Sumba. Rumah Budaya Sumba terletak di Jalan Rumah Budaya Nomor 212, Kalembu Nga’banga Waitabula, Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jarak tempuh ke museum mencapai 6,5 kilometer melalui Bandar Udara Tambolaka dan mencapai 9 kilometer melalui Pelabuhan Waikelo. Rumah Budaya Sumba dibangun pada Maret 2010 atas prakarsa Pater Robert Ramone dengan bantuan dan dari Yayasan Tirta Utomo. Peresmian Rumah Budaya Sumba dilakukan pada tanggal 22 Oktober 2011.[1]
Pendiri
[sunting | sunting sumber]Rumah Budaya Sumba berlokasi di Pulau Sumba, tepatnya di Waitabula, Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur.[2] Rumah Budaya Sumba dibuka pada tanggal 22 Oktober 2011 bersamaan dengan pembukaan Lembaga Studi dan Pelestarian Budaya Sumba. Rumah budaya ini didirikan atas upaya dan prakarsa dari Pater Robert Ramone yang bekerja sebagai seorang pastor dari CSsR (Conggregatio Sanctisimi Redemptoris). Pater Robert Ramone telah dikenal oleh masyarakat Sumba sebagai pastor dan sekaligus sebagai pengumpul dokumentasi budaya Sumba. Selama menjelajah Pulau Sumba, ia membuat berbagai dokumen pengamatan langsung dengan menggunakan kamera. Ia berhasil mengumpulkan berbagai foto dokumentasi yang berhubungan dengan budaya Sumba. Pendirian Rumah Budaya Sumba telah diupayakan oleh Ramone sejak tahun 2004 dan akhirnya dapat dilaksanakan pada tahun 2010. Rumah budaya ini berhasil dibangun dengan bantuan keuangan dari berbagai pihak. Pendirian Rumah Budaya Sumba didasari pada kekuatan fisik, kekuatan pemikiran, dan juga kekuatan penghayatan dari orang-orang yang peduli terhadap budaya Sumba.[3]
Koleksi
[sunting | sunting sumber]Rumah Budaya Sumba mengoleksi benda-benda bersejarah yang dikumpulkan oleh Pater Robert Ramone.[2] Di dalam galeri terdapat beragam peninggalan tradisi Sumba. Beberapa di antaranya adalah totem, menhir, perhiasan, peralatan dapur, dan juga foto-foto karya Pater Robert Ramone.[3]
Desain
[sunting | sunting sumber]Rumah Budaya Sumba dibangun di atas lahan seluas tiga hektar. Pembangunannya terbagi menjadi dua gedung kembar yang berbentuk rumah adat Sumba. Gedung yang berada di sebelah kiri digunakan sebagai kantor dan tempat tinggal. Sedangkan gedung yang berada di sebelah kanan dijadikan galeri dan toko cenderamata. Bagian tengah antara kedua gedung merupakan area pelataran yang dijadikan sebagai panggung untuk pementasan seni dan budaya. Pada lantai pelataran terdapat inisial huruf C yang merupakan singkatan dari ‘cor’ yang dalam Bahasa Indonesi berarti hati. Dalam tradisi Sumba, pada peletakan huruf C di pohon merupakan pertanda sahnya suat kampung. Huruf C itu juga diartikan sebaga center atau culture yang dimaknai sebagai pusat budaya.[3]
Rumah Budaya Sumba memiliki museum dengan ruangan yang tidak bersekat. Museum ini menerapkan gaya arsitektur rumah adat Sumba. Ciri khas dari rumah adat Sumba adalah atap tinggi yang dinamakan menara dan ditopang oleh empat buah pilar di bawahnya. Di setiap pilar terdapat ukiran berupa lambang, sedangkan ketinggian atap melambangkan tingkat kekayaan pemilik rumah.[2]
Kegunaan
[sunting | sunting sumber]Rumah Budaya Sumba berperan sebagai museum sekaligus pusat penelitian budaya Sumba. Lokasinya juga kadang dijadikan sebagai tempat pementasan seni, bincang budaya, dan toko penjualan beragam cenderamata khas Pulau Sumba.[3]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Rusmiyati; et al. (2018). Katalog Museum Indonesia Jilid II. Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. hlm. 288. ISBN 978-979-8250-67-5.
- ^ a b c ditpcbm (2015-11-30). "Berkunjung ke Museum Sumba". Direktorat Pelindungan Kebudayaan. Diakses tanggal 2020-06-21.
- ^ a b c d "Indahnya Indonesiaku | Nusa Tenggara Timur". aoktox.it.student.pens.ac.id. Diakses tanggal 2020-06-21.