Makalah Musik Krumpyung

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH PADUS

“Musik Krumpyung”

Disusun oleh:
- Jeanette
- Jennifer Aileen Leticia
- Marcella Anggatama

SMAK Methodist Jakarta


Tahun Ajaran 2022/2023
KATA PENGANTAR

Ucapan syukur kami panjatkan kepada kehadiran Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Laporan ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata pelajaran Seni Budaya (paduan
suara) semester genap. Laporan ini juga bertujuan untuk memberikan informasi mengenai
musik tradisional, yaitu musik Krumpyung kepada pembaca.

Penulis menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan dalam penulisan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar penulis
dapat menjadikan laporan ini lebih baik lagi.

Semoga laporan hasil observasi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan
motivasi kepada pembaca.

Jakarta, Mei 2023.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Musik tradisional merupakan musik yang terdapat dalam masyarakat dan telah mengakar kuat
yang diwariskan secara turun temurun. Musik tradisional juga dapat diartikan sebagai musik
yang lahir serta berkembang dari kebudayaan suatu daerah yang diwariskan secara turun
temurun. Dengan keberagaman suku, budaya, dan tradisi di Indonesia, tentunya kita memiliki
banyak jenis musik tradisional, dan salah satu contohnya adalah Musik Krumpyung yang
berasal dari Kabupaten Kulon Grogo, Yogyakarta.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana sejarah perkembangan Musik Krumpyung?
1.2.2 Apa saja kegunaan Musik Krumpyung?
1.2.3 Ada alat musik apa saja dalam Musik Krumpyung?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui sejarah perkembangan Musik Krumpyung.
1.3.2 Untuk mengetahui kegunaan Musik Krumpyung.
1.3.3 Untuk mengetahui alat musik yang digunakan dalam Musik Krumpyung.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Musik Krumpyung


Musik Krumpyung merupakan salah satu kesenian tradisional yang mash dapat kita temui pada
saat ini. Kesenian ini terdapat di Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo,
Yogyakarta. Kesenian ini muncul pertama kali pada masa penjajahan Belanda tahun 1919.

Pada masa itu musik Krumpyung merupakan kesenian rakyat yang dipertunjukkan dalam acara
hajatan warga setempat dan acara upacara adat. Tidak hanya itu saja, musik Krumpyung juga
dipergunakan sebagai pengiring tarian tradisional.

Pada masa pendudukan Jepang, musik Krumpyung sempat menghilang hingga kemudian
muncul kembali pada tahun 1973 atas prakarsa seorang warga setempat bernama Sumitro yang
menghidupkan lagi kesenian ini.

Pada mulanya Sumitro memiliki seorang anak penyandang tuna netra bernama Witra Purbadi
yang memohon untuk dibuatkan alat musik Gamelan Jawa, dikarenakan pada saat itu Witra
Purbadi memiliki kegemaran terhadap seni karawitan yang sering ia dengarkan melalui siaran
radio. Atas dasar tersebut, Sumitro mulai mencoba membuat alat musik untuk memenuhi
permintaan sang anak.

Dengan berbagai keterbatasan untuk membuat alat musik Gamelan Jawa yang terbuat dari
bahan logam, maka Sumitro kembali teringat akan kesenian musik Krumpyung yang pernah
ada di Desa Hargowilis pada waktu masa kecilnya. Para pendahulu di wilayah tersebut pernah
membuat suatu kesenenian musik dengan alat musik dari bambu yang dibuat identik dengan
Gamelan Jawa.

Pada saat itu Sumitro mulai membuat alat musik dengan bahan baku yang berasal dari bambu.
Apa yang dilakukan Sumitro tidak hanya sebatas membuat alat musik saja, tetapi juga
mengajak warga sekitar untuk ikut serta memainkan alat musik buatannya. Upaya tersebut
mendapatkan respon yang baik dari masyarakat sekitar, shingga musik Krumpyung yang
sempat menghilang telah berhasil dihidupkan kembali oleh Sumitro.

Istilah “Krumpyung” dipakai karena alat musik yang digunakan berasal dari bambu dan
masyarakat setempat mengatakan apabila alat musik tersebut dimainkan maka akan
menghasilkan suara “pating krumpyung” atau “krum-pyung krum-pyung” di telinga
pendengarnya.

Dalam penyajian musik Krumpyung menceritakan tentang kisah Raden Panji Asmorobangun
yang sedang mengadakan gladi perang untuk persiapan perang menghadapi musuh dari Bantar
Angin yang dikomandani oleh Patih Singo Lodra dan Bantheng Wulung. Pihak Kraton
Jenggolo di bawah komando Panji Asmorobangun yang diikuti oleh Bancak dan Doyok (Bejer
dan Penthul). Keduanya memang saling bermusuhan, sehingga peperangan pun terjadi. Pada
akhirnya, Kerajaan Bantar Angin kalah dan menyerah. Oleh Panji Asmorobangun kedua orang
ini diberi tugas untuk menjaga pintu gerbang kerajaan Jenggolo.

2.2 Kegunaan Musik Krumpyung


Di Desa Hargowilis Kulon Progo, Yogyakarta, musik Krumpyung memiliki beberapa
kegunaan, diantaranya:
a. Sebagai pengungkapan emosional
Musik Krumpyung menjadi sarana untuk pengungkapan emosional bagi pemain serta
penonton kesenian musik Krumpyung. Hal ini terwujud dalam ekspresi kegembiraan,
ide, gagasan, pujian, kritikan, dan lain-lain.
b. Sebagai sarana hiburan
Musik Krumpyung masih menjadi hiburan yang menarik bagi warga Desa Hargowilis
dan masyarakat Kulon Progo. Hingga saat ini, kesenian Krumpyung masih sering
tampil di berbagai acara hajatan warga, festival kesenian, dan dalam berbagai acara
yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah Kulon Progo maupun pihak swasta.
c. Sebagai sarana komunikasi
Musik Krumpyung menjadi sarana untuk berkomunikasi antara seniman dengan
penonton. Adapun pesan yang disampaikan yaitu secara tersirat maupun tersurat.
d. Sebagai pengiring tari
Musik Krumpyung juga dikenal sebagai pengiring kesenian tari Incling, Angguk, dan
Tavub. Hal ini telah menjadi suatu ciri khas, sehingga musik Krumpyung telah melekat
dengan kesenian tari tradisional setempat.
e. Sebagai norma sosial
Dalam syair lagu yang dibawakan musik Krumpyung terdapat banyak pesan moral dan
norma sosial masyarakat. Syair-syair lagu yang secara garis besar menggunakan bahasa
Jawa tersebut berisi berbagai macam petuah dan ajakan untuk hidup rukun, saling
menghormati, rajin beribadah, mencintai alam, dan lain-lain.
f. Sebagai pengiring ritual
Musik Krumpyung menjadi bagian dalam upacara adat desa setempat. Musik
Krumpyung juga pernah terlibat dalam ritual keagamaan Nasrani. Dalam hal ini musik
Krumpyung menjadi pengiring ritual dan juga menjadi bagian dalam ritual tersebut.
g. Sebagai pelestarian kebudayaan
Musik Krumpyung masih ada dan berkembang di masyarakat menjadi salah satu cara
untuk melestarikan kebudayaan. Penggunaan tangga nada slendro dan pelog dalam
kesenian musik Krumpyung merupakan salah satu contoh pelestarian budaya.
h. Sebagai kontribusi integrasi sosial
Musik Krumpyung merupakan kesenian yang terbuka bagi siapa saja. Semua elemen
masyarakat dapat memainkan dan menyaksikan kesenian in tapa ada batasan status
sosial, agama, usia, dan lain-lain. Melalui kesenian Krumpyung seluruh masyarakat
dapat membaur menjadi satu.
i. Sebagai sarana Pendidikan
Pada saat ini, musik Krumpyung telah diajarkan di beberapa sekolah dan karang taruna
dalam wilayah Kulon Progo. Dalam memainkan musik Krumpyung, anak-anak juga
secara langsung mendapatkan nilai-nilai edukasi seperti kedisiplinan, tanggung jawab,
setia kawan, dan mencintai kesenian tradisional. Muatan syair yang dibawakan
kesenian Krumpyung juga banyak mengandung nilai pendidikan.
j. Sebagai sarana ekonomi
Kesenian Krumpyung merupakan sarana penunjang ekonomi bagi seniman dan
masyarakat sekitar. Seniman musik Krumpyung sering mendapatkan tambahan
penghasilan dari hasil pementasan yang bersifat komersial. Pementasan musik
Krumpyung yang selalu ramai disaksikan masyarakat juga dimanfaatkan oleh sebagian
masyarakat Desa Hargowilis untuk menjual beraneka macam hasil bumi, makanan,
minuman, dan souvenir di sekitar area pementasan yang dipadati oleh penonton.

2.3 Alat Musik dalam Musik Krumpyung


Instrumen dalam kesenian musik Krumpyung merupakan instrumen perkusi melodis dengan
tangga nada slendro dan pelog yang terbuat dari bambu yaitu krumpyung, saron, demung,
bonang, gambang, kempul, dan gong. Selain itu juga terdapat instrumen perkusi ritmis yaitu
kendang sebagai pengatur tempo, irama permainan.

Selain itu ada pula instrumen vokal yang dalam kesenian ini biasa disebut sebagai sinden atau
penyanyi wanita, sehingga total pemain dalam kesenian musik Krumpyung berjumlah 9 orang.
BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Musik Krumpyung adalah salah satu musik tradisional Indonesia yang berasal dan berkembang
di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Musik Krumpyung memiliki sangat banyak fungsi,
seperti untuk pengungkapan emosional, sarana hiburan, sarana komunikasi, pengiring tari,
norma sosial, pengiring ritual, pelestarian budaya, kontribusi integrasi sosial, sarana
pendidikan, dan sarana ekonomi. Penyajian musik Krumpyung dilakukan dengan beberapa alat
musik, seperti krumpyung, saron, demung, bonang, gambang, kempul, gong, dan kendang.

3.2 Saran
Sebaiknya, kita sebagai masyarakat Indonesia patut bangga terhadap musik Krumpyung
sebagai salah satu keunikan dan keberagaman negara kita. Selain itu, kita juga harus turut ikut
melestarikan musik Krumpyung agar dapat tetap dikenal banyak orang. Beberapa cara yang
dapat kita lakukan untuk melestarikan musik tradisional adalah dengan cara mengenalkan
musik tradisional, mempelajari sejarah serta seluk beluk musik tradisional, belajar cara
memainkan musik tradisional, dan masih banyak lagi upaya yang dapat kita lakukan untuk
melestarikan musik Krumpyung.

Anda mungkin juga menyukai