Indo. J. Chem. Res.
, 2019, 7(1), 24-32
SENYAWA TRITERPENOID DARI EKSTRAK N-HEKSANA DAUN KELOR
(Moringa oleifera Lamk.) DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP
Staphylococcus aureus Dan Escherichia coli
Triterpenoid Compound From n-Hexane Extract of Kelor Leaves (Moringa oleifera
Lamk.) And Antibacterial Activity Test Against Staphylococus aureus and
Escherichia coli
Yuszda Salimi1, Nurhayati Bialangi1, Widysusanti Abdulkadir2, Boima Situmeang3*
1
Department of Chemistry, Faculty of Mathematic and Natural Science, Gorontalo State University
2
Department of Pharmacy, Faculty of Sport and Natural Healty, Gorontalo State University
3
Department of Chemistry, Sekolah Tinggi Analis Kimia Cilegon, Banten
*Corresponding author, e-mail: boimatumeang@gmail.com
Received: Jan. 2019 Published: Jul. 2019
ABSTRACT
Kelor plant (Moringa oleifera Lamk) is a natural nutrient source plant in the tropics. Moringa oleifera Lamk
leaves are widely reported as natural antioxidants and anitbacterial. The purpose of this study was to isolate
triterpenoid compound from n-hexane extract of kelor leaves. The sample extraction was performed by
maceration method using methanol as a solvent. Fractionation used n-hexana and etil asetat as a solvent. The
separation and purification of the compound was carried out by column chromatography method followed by
stain pattern analysis with thin layer chromatography (TLC). Characterization and elucidation of pure compound
structures using IR, 1H-NMR, 12C-NMR, HSQC, HMBC, and 1H-1H COSY, and compared with various
literatures. Based on the result of structural elucidation, the pure isolate obtained is a pentacyclic triterpenoid
group compound with the molecular formula C30H50O and the name of 3-hydroxy, 20 (29) -en, lupenol. The
triterpenoid compound of 3-hidroxy, 20 (29) -en, lupenol is the first isolated and reported from leaves of kelor
plant.
Keywords: Kelor, triterpenoid, Esherichia coli, Staphylococcus aureus.
PENDAHULUAN mudah didapatkan di seluruh wilayah Indonesia
tidak terkecuali di daerah Gorontalo. Salah satu
Indonesia memiliki sumber daya alam yang bagian tumbuhan kelor yang banyak dikonsumsi
berlimpah dan mengandung jutaan senyawa dan memiliki banyak manfaat adalah bagian
kimia. Senyawa kimia berpotensi mengobati daun (Madrona dkk., 2015; Isnan dan
penyakit dan ada yang berpotensi sebagai racun. Nurhaedah, 2017).
Tumbuhan dapat berpotensi sebagai pengobatan Penelitian tentang daun kelor dilaporkan
penyakit karena mengandung senyawa metabolit Chukwuebuka, (2015) menunjukkan bahwa hasil
sekunder. Seiring dengan kemajuan ilmu skrining fitokimia dari daun kelor mengandung
pengetahuan dan teknologi dalam bidang kimia senyawa metabolit sekunder di antaranya
organik terbukti bahwa tumbuh-tumbuhan terpenoid, flavonoid, alkaloid, steroid, tanin,
tertentu mengandung senyawa kimia yang saponin, dan antrakuinon. Selain itu, Salimi dkk
penting bagi kesehatan manusia (Situmeang dkk, (2017), dari hasil penapisan fitokimia ekstrak
2018). metanol dan fraksi n-heksana daun kelor
Salah satu contoh tumbuhan yang biasanya mengandung senyawa triterpenoid, flavonoid,
digunakan sebagai pengobatan tradisional adalah dan steroid. Marcus dan Nwineewii, (2015)
tumbuhan kelor. Masyarakat Indonesia melaporkan hasil data Infra red (IR)
khususnya masyarakat pedesaan telah lama menunjukkan ekstrak n-heksana mengandung
memanfaatkan kelor baik sebagai obat terpenoid. Hasil penelitian tersebut
tradisional, sebagai sayuran, maupun makanan membuktikan bahwa daun kelor mengandung
ternak. Keberadaan tumbuhan kelor sangat
24
Yuszda Salimi dkk. / Indo. J. Chem. Res., 2019, 7(1), 24-32
senyawa metabolit sekunder dan salah satunya HSQC, dan HMBC di Laboratorium Kimia
adalah senyawa triterpenoid. FMIPA Institut Teknologi Bandung.
Bahan
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sampel daun tumbuhan kelor yang
diambil dari Desa Barakati, kecamatan Batudaa,
Gorontalo. Bahan kimia yang digunakan terdiri
dari n-heksana (redes), etil asetat (redes),
metanol (redes), metanol (p.a), etanol (p.a), silika
gel G60 untuk kromatografi kolom dan silika gel
GF254 untuk kromatografi lapis tipis, H2SO4 10%
(v/v) dalam etanol, TLC ODS RP-18, nutrient
broth, bacto agar, amoxicillin 100 ppm,
ciprofloxacin 100 ppm, dan akuades.
Gambar 1 Senyawa 3-hidroksi, 20 (29) -en,
lupenol Prosedur Kerja
Persiapan Sampel dan Ekstraksi
Penelitian yang dilaporkan Napolean dkk, Sampel daun kelor segar sebanyak 4600 g
(2009) daun kelor berpotensi sebagai diangin-anginkan dan diperoleh berat kering
antimikroba, antikolesterol, antiinflamatori dari 1000 g. Daun kelor kering dirajang sampai
fraksi organik. Selain itu, Siddhuraju dan Becker, menjadi serbuk kasar. Dari hasil perhitungan
(2003) dari hasil uji aktivitas penangkapan rendemen, diperoleh rendemen serbuk kasar
radikal 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) fraksi daun kelor 21, 74%. Sampel kemudian
n-heksanadan fraksi etil asetat membuktikan dimaserasi menggunakan metanol dengan
bahwa aktivitas penangkapan radikal bebas volume 5 L. Proses maserasi dilakukan selama
cukup tinggi pada fraksi yang non polar (fraksi 3x24 jam dan penyaringan dilakukan setiap 1x24
n-heksana). Sejalan dengan penelitian tersebut jam. Maserat total yang diperoleh di evaporasi
Agboke dan Attama (2016) melaporkan bahwa menggunakan vacum rotary evaporator pada
ekstrak n-heksana moringa oleifera dapat suhu 40°C. Hasil evaporasi adalah ekstrak kental
menghambat Staphylococcus Aureus. metanol sebanyak 167,69 g. Rendemen ekstrak
Berdasarkan hasil penelusuran pustaka, belum kental metanol sebesar 16,77 %.
ada penelitian yang melaporkan kandungan Ekstrak kental metanol difraksinasi
senyawa kimia dari fraksi n-heksana daun kelor. menggunakan metode partisi cair-cair. Ekstrak
Berdasarkan penelitian fraksi n-heksana daun kental metanol sebanyak 100 g disuspensi dalam
kelor maka perlu dilakukan isolasi senyawa aktif campuran air : metanol (2:1) dan dipartisi secara
antimikroba fraksi n-heksana dan uji aktivitas bertahap dengan n-heksana dan etil asetat. Dari
terhadap bakteri Staphilococus aureus dan tahap fraksinasi diperoleh fraksi n-heksana
Escherichia coli. berwarna hijau kehitaman dan fraksi etil asetat
berwarna coklat tua. Kedua fraksi tersebut
METODOLOGI dievaporasi pada suhu 40°C dan diperoleh
ekstrak n-heksana dan ekstrak etil asetat. Ekstrak
Alat pekat etil asetat diperoleh sebanyak 10,87 g dan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ekstrak n-heksana sebanyak 21,15 g.
ini meliputi: maserator, evaporator, pipa kapiler
untuk KLT, kolom kromatografi, kapas lidi, Isolasi Senyawa Triterpenoid
jangka sorong, autoclave dan laminar air flow. Ekstrak pekat n-heksana sebanyak 21,15 g
Pemantauan pemisahan dan pemurnian senyawa dipisahkan komponen senyawa kimia
dilakukan dengan kromatografi lapis tipis (KLT) penyusunnya menggunakan metode kromatografi
dengan lampu detektor UV λ 254 dan 365 nm. cair kolom terbuka dengan fasa diam silika gel
Karakterisasi senyawa murni menggunakan alat G60 (70-230 mesh), dengan fase gerak
spektrofotometer meliputi spektrometer infra menggunakan kombinasi pelarut n-heksana dan
merah (IR), 1H-NMR, 13C-NMR, 1H-1H COSY,
25
Yuszda Salimi dkk. / Indo. J. Chem. Res., 2019, 7(1), 24-32
etil asetat, secara gradien, 10% dihasilkan 11 kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan
fraksi yaitu fraksi 1A-1K. kombinasi eluen n-heksana/etil asetat dengan
Total volume pelarut per fraksi adalah 120 perbandingan (7:3). Selanjutnya fraksi 1E
mL yang ditampung pada erlenmeyer 250 mL. dilakukan pemisahan lebih lanjut dengan
Setelah keseluruhan fraksi (1A-1K) diuapkan kromatografi cair kolom terbuka menggunakan
pelarutnya dengan rotary evaporator dilakukan fasa diam silica gel, eluen n-heksana dan etil
analisis pemisahan pola nodanya dengan asetat bergradien 2%.
165
%T
157,5
150
Persen tansmitan (%)
142,5
135
127,5
2326,25
2359,04
120
678,97
112,5
1040,64
1377,23
2870,20
105
1456,32
1687,79
97,5
2927,10
90
4500 4250 4000 3750 3500 3250 3000 2750 2500 2250 2000 1750 1500 1250 1000 750 500
S-2-B-IR
Bilangan gelombang (cm-1) 1/cm
Gambar 2. Spekrum Inframerah (IR) Isolat dalam lempeng KBr
Gambar 3. Spektrum 1H-NMR Isolat (500 MHz, CDCl3)
26
Yuszda Salimi dkk. / Indo. J. Chem. Res., 2019, 7(1), 24-32
Gambar 4. Spektrum 13C-NMR Isolat (125 MHz, CDCl3)
Gambar 5. Spektrum HSQC Isolat
27
Yuszda Salimi dkk. / Indo. J. Chem. Res., 2019, 7(1), 24-32
Dari hasil pemisahan diperoleh 30 fraksi NMR, 13C-NMR, 1
H-1H COSY, HSQC, dan
yaitu fraksi 1E01-1E22. Terhadap keseluruhan HMBC.
fraksi dilakukan pemekatan dan dianalisis
pemisahan pola nodanya dengan menggunakan Uji Aktivitas Antibakteri
kromatografi lapis tipis. Fraksi 1E11-14 Senyawa murni hasil isolasi diuji aktivitas
memiliki pola noda dan nilai Rf yang sama antibakteri terhadap bakteri patogen S. aureus
sehingga dilakukan penggabungan untuk dan E. coli dengan metode Kirby-Bauer. Kontrol
dimurnikan selanjutnya. Pemisahan selanjutnya positif antibiotik amoxicillin dengan konsentrasi
dilakukan secara isokratik dengan pelarut n- 100 ppm dan pelarut metanol sebagai kontrol
heksana dan etil asetat perbandingan (8,5:1,5). negatif. Masing-masing sejumlah satu ose
Total volume yang ditampung sebanyak 10 mL. bakteri (S. aureus dan E. coli) dari stok
Terhadap keseluruhan tampungan dilakukan diinokulasi ke dalam erlenmeyer steril yang
analisis pola noda dengan KLT. Fraksi 1E11-10 berisi media cair nutrient broth kemudian
sampai 1E11-21 menunjukkan dua pola noda, diinkubasi selama 18 jam pada temperatur 37 °C.
sehingga dilakukan pemurnian kembali Sebanyak 50 μL suspensi bakteri yang telah
menggunakan kromatografi kolom secara diremajakan diolesikan ke atas permukaan cawan
isokratik dengan pelarut n-heksana dan etil asetat petri yang berisi media padat (NB + bacto agar)
perbandingan (9:1). menggunakan kapas lidi. Sampel dengan variasi
Total volume setiap tampungan adalah 5 konsentrasi beserta kontrol positif dan kontrol
mL. Terhadap keseluruhan tampungan dilakukan negatif ditetesi pada paper disk sebanyak 15 μL.
analisis pola noda dengan KLT. Fraksi 1E11-10- Selanjutnya, paper disk diletakkan di atas
35 sampai 1E11-10-51 menunjukkan pola noda media padat, diinkubasi pada suhu 37 °C selama
Gambar 6. Spektrum HMBC Isolat
tunggal berwarna pink. Selanjutnya dilakukan 18 jam, dan diamati pertumbuhan bakteri. Zona
KLT dengan berbagai kombinasi pelarut (fasa inhibisi diukur menggunakan jangka sorong
normal dan fasa terbalik) untuk menguji dengan skala millimeter (Singh dan Pandeya,
kemurniannya. Total massa yang diperoleh 2011).
sebanyak 6,01 mg. Selanjutnya terhadap isolat
murni dilakukan karakterisasi dengan
spektrofotometer UV, infra merah (IR), 1H-
28
Yuszda Salimi dkk. / Indo. J. Chem. Res., 2019, 7(1), 24-32
HASIL DAN PEMBAHASAN untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat
dalam isolat. Spektrum IR isolat pada Gambar 2
Karakterisasi Senyawa (KBr) menunjukkan serapan gugus O-H (3431,0
Isolat murni yang diperoleh berupa kristal cm-1) diikuti dengan serapan pada bilangan
putih yang larut sempurna dalam etil asetat dan gelombang 1061,2 cm-1 yang merupakan
kloroform. Hasil pengukuran dengan regangan ulur dari gugus C-OH. Pada bilangan
spektroskopi UV isolat tidak berpendar pada UV gelombang 2977,17 cm-1 terdapat regangan ulur
λ 254 dan 365 nm. Hal ini menunjukkan bahwa
Tabel 1. Data NMR (500 MHz untuk 1H-NMR dan 125 MHz untuk 13C-NMR).
13 1
Posisi C-NMR H-NMR HMBC
HSQC 1 13
C C (ppm) H (Int., mult., J=Hz) H→ C
1 40,1 CH2 1,19 (1H; s) & 1,43 (1H; m) C-5
2 28,2 CH2 1,65 (2H; m) -
3 79,1 CH 3,19 (1H; dd) C-23,
4 40,9 Cq - -
5 55,5 CH 0,83 (1H; s) -
6 19,5 CH2 1,42 (1H; m) & 1,57 (1H; m) C-8, 10
7 35,7 CH2 1,55 (2H; m) C-5
8 43,1 Cq - -
9 50,4 CH 1,38 (1H; m) C-11
10 38,2 Cq - -
11 26,9 CH2 1,62 (2H; m) -
12 28,8 CH2 1,65 (2H; m) -
13 41,0 CH 0,75 (1H; m) C-18, 19, 27
14 39,0 Cq - -
15 30,0 CH2 1,22 (2H; m) -
16 38,9 CH2 1,3 (1H; m) & 1,9 (1H; m) -
17 48,4 Cq - -
18 48,7 CH 0,96 (1H; m) C-19, 20
19 48,1 CH 2,41 (1H; m) C-18, 20, 29, 30
20 151,1 Cq - -
21 34,8 CH2 0,79 (1H; s) & 2,3 (1H; dt) -
22 35,9 CH2 1,48 (2H; m) C-17, 22
23 14,5 CH3 0,95 (3H; s) C-3, 4
24 15,5 CH3 0,98 (3H; s) C-3, 5
25 18,5 CH3 0,83 (3H; s) C-1
26 16,2 CH3 0,75 (3H; s) C-8
27 18,2 CH3 1,00 (3H; s) C-13, 15
28 29,8 CH3 1,00 (2H; s) -
29 109,5 CH2 4,6 (1H; J=2.55; d); 4,5 (1H; q) C-19, 20, 30
30 21,1 CH3 1,02 (3H; s) C-20
isolat tidak memiliki karbon terkonjugasi yang gugus C-H alifatik diikuti dengan serapan pada
merupakan salah satu ciri khas senyawa 1458,70 cm-1 yang merupakan tekukan C-H
triterpenoid (Abdullah dkk., 2013). Selanjutnya pada 1370,33 cm-1 yang merupakan regang
dilakukan pengukuran spektrum inframerah geminal dimetil (Martins dkk., 2013; Situmeang
29
Yuszda Salimi dkk. / Indo. J. Chem. Res., 2019, 7(1), 24-32
dkk, 2018). Spekrum 1H-NMR (Gambar 3) ikatan rangkap yang terdapat pada senyawa
menunjukkan resonansi untuk proton olefinik triterpenoid lupenol pada nomor 20 dan 29.
pada pergeseran δ 4,68 dan 4,56 ppm (2H). Adanya sinyal metilen sp2 pada pergesaran
Proton hidroksil pada δ 3,19 ppm (1H; dd, J = δ 109,5 ppm menunjukkan bahwa ikatan rangkap
11,0; 3,9 Hz) menunjukkan posisi aksial dan merupakan terminal double bond bukan internal
orientasi α. Terdapat tujuh metil singlet pada δ double bond. Ikatan rangkap ini memberikan
0,75; 0,83; 0,95; 0,98; 1,00; 1,00 dan 1,02 (3H) sumbangan satu derajat ketidakjenuhan. Hasil
ppm menunjukkan bahwa isolat merupakan pengukuran HSQC (Gambar 5) menunjukkan
golongan senyawa triterpenoid pentasiklik dugaan rumus molekul isolat adalah C30H50O.
(Prakash dan Prakash, 2012; Situmeang dkk, Dari dugaan rumus molekul tersebut, diperoleh
2018). Tumpukan sinyal pada rentang δ: 0,96- nilai double bond equivalen (DBE) sebesar 6.
2,40 ppm diduga merupakan pergeseran kimia Dugaan isolat merupakan triterpenoid pentasiklik
untuk proton yang terikat pada rantai karbon memberikan sumbangan derajat ketidakjenuhan
triterpenoid (Prakash dan Prakash, 2012). sebesar lima. Sumbangan dari terminal double
Spektrum 13C-NMR isolate pada Gambar 4 bond sebesar satu.
memperlihatkan adanya tiga puluh sinyal karbon Hasil pengukuran spektrum HMBC pada
yang terdiri dari 28 atom karbon sp3, dua atom Gambar 6 menunjukkan bahwa proton H-13 (δH
karbon olifenik C=C sp2. Pada pergeseran 79,1 0,75 ppm) berkorelasi dengan C-12 (δC 28,1
ppm merupakan pergeseran yang khas terhadap ppm), H-26 (δH 0,75 ppm) memiliki korelasi
karbon yang teroksigenasi pada senyawa dengan C-10 (δC 38,9 ppm), H-23 (δH 0,95
triterpenoid. Pergeseran kimia di bawah δ 79,1 ppm) memiliki korelasi dengan C-24 (δC 16,2
ppm menunjukkan atom karbon sp3 alifatik yang ppm), dan H-28 (δH 1,0 ppm) memiliki korelasi
dapat berupa rantai lurus ataupun siklik yang dengan C-15 (δC 30,9 ppm). Posisi gugus fungsi
diduga berasal dari rantai alifatik golongan alkohol dapat ditentukan melalui korelasi HMBC
triterpenoid pentasiklik (Prakash dan Prakash, antara karbon dan proton yaitu H-23 (δH 0,95
2012). ppm) dengan C-3 (δC 79,1 ppm). Selanjutnya
Tabel 2. Hasil uji aktivitas antibakteri senyawa lupenol
Zona hambat (mm)
sampel Konsentrasi
E. coli S. aureus
Lupenol 100 μg/mL 5,4 8
amoxicillin 100 μg/mL 12.9 td
ciprofloxacin 100 μg/mL td 13
metanol 96 % 0 0
Hasil pengukuran spektrum HSQC posisi gugus fungsi C=C sp2 dapat ditentukan
menunjukkan bahwa isolat memiliki tiga puluh melalui korelasi yaitu H-30 (δH 1,02 ppm)
sinyal karbon yang terdiri dari tujuh atom karbon berkorelasi dengan C-20 (δC 151,1 ppm).
metil pada δ 14,7; 15,5; 16,2; 18,2; 18,5; 21,1 Adanya korelasi (3J) dari proton milik karbon C-
dan 29,8 ppm. Enam sinyal metin yang terdiri 23 (δ 15,5 ppm) dengan karbon C-24 (δ 16,2
dari metin sp3 pada δ 41,0; 48,7; 48,1; 50,4; 55,5 ppm) dan sebaliknya menyarankan posisi
dan 79,2 ppm. Sebelas atom karbon metilen pada geminal dimetil (Silva dkk., 2012; Babalola dan
δ 19,5; 26,9; 28,2; 28,8; 30,0; 34,8; 35,7; 35,9; Shode, 2013; Chudzik dkk., 2015).
38,9; 40,1 dan 109,5 ppm. Jumlah atom karbon Spektrum H-H COSY digunakan untuk
kuartener sebanyak enam, lima diantaranya mengetahui proton-proton yang berkorelasi
merupakan karbon kuartener sp3 pada pergeseran dengan jarak tiga ikatan. Pada spektrum 1H-1H
δ 40,9; 43,1; 38,2; 39,0; dan 48,4 ppm dan satu COSY dapat diamati bahwa H-13 (δH 0,75 ppm)
diantaranya karbon kuartener sp2 pada δ 151,1 berkorelasi dengan H-18 (δH 0,96 ppm), H-15
ppm. Adanya sinyal karbon metilen dan karbon (δH 1,2 ppm) berkorelasi dengan H-27 (δH 1,0
kuartener sp2 pada pergesaran δ 109,5 dan 151,1 ppm), dan H-2 (δH 1,65 ppm) berkorelasi
ppm menunjukkan bahwa isolat memiliki satu dengan H-3 (3,19 ppm). Data hasil pengukuran
ikatan rangkap dan juga merupakan ciri khas spectrum NMR isolate ditunjukkan pada Tabel 1.
Setelah dilakukan analisis terhadap spektrum 1H
30
Yuszda Salimi dkk. / Indo. J. Chem. Res., 2019, 7(1), 24-32
NMR, karbon 13C NMR, HSQC, 1H- 1H COSY, triterpenoid pentasiklik lupenol merupakan yang
dan HMBC serta perbandingan dengan berbagai pertama kali diisolasi dari daun kelor.
senyawa referensi, maka isolate diduga
merupakan senyawa triterpenoid pentasiklik
yaitu 3-hydroxy, 20 (29) -en, lupenol (Gambar UCAPAN TERIMA KASIH
1). Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Karakteristik yang khas dari senyawa ini DRPM Kementerian Riset Teknologi dan
yaitu adanya gem dimetil dan satu ikatan Pendidikan Tinggi atas hibah Penelitian Terapan
rangkap pada karbon nomor 20 (29). Gugus gem Unggulan Perguruan Tinggi tahun 2018 dan Dr.
dimetil tersebut terletak pada karbon nomor 23 Elvira atas pengukuran spektrum NMR di
dan 24 dan adanya terminal double bound pada Laboratorium NMR Institut Teknologi Bandung
karbon nomor 20 dan metilen sp 2 pada karbon (ITB).
nomor 29. Senyawa ini mempunyai rumus
molekul C30H50O dengan jumlah derajat DAFTAR PUSTAKA
ketidakjenuhan sebanyak enam. Nama IUPAC
dari senyawa ini adalah 3-hidroksi, 20(29)-en Abdullah, S.M., Musa, A.M., Abdullah, M.I,
lupenol (Ayotollahi et al., 2011; Babalola & Sule, M., Sany, Y.M., 2013, Isolation of
Shode, 2013; Chudzik et al., 2015). lupenol from the Steam Bark of
Berdasarkan penelusuran pustaka, senyawa Lonchocarpus sericeus, Sch. Acad, J.
3-hidroksi, 20(29)-en lupenol sudah banyak Brosci., 1(1), 18-21.
diisolasi dari tumbuhan dan berasal dari jalur Agboke, A.A., and Attama, A.A., 2016,
biosintesis asam mevalonat. Senyawa lupenol Bioactive Components and Antibacterial
terbukti sebagai antiurolitiatik sebagaimana yang Activities of n-Hexane Extract of Moringa
telah dilaporkan Abdullah et al., (2013). Oleifera Root Bark on Clinical Isolates of
Penelitian Li et al, (2018) melaporkan senyawa Methicilin Resistant Staphylococcus
lupenol sebagai agen kemopreventif, memiliki Aureus, Int. J. Curr. Res. Chem. Pharm.
aktivitas antibakteri dan antiinflamasi. Senyawa Sci., 3(3), 1-9.
triterpenoid 3-hidroksi, 20(29)-en lupenol Ayotollahi, A.M., Ghanadian, M., Afsaridove,
merupakan pertama kali diisolasi dari ekstrak n- S., Abdella, O.M., Murzai, M., Aiskan, G.,
heksana daun kelor. 2011, Pentacyclic Triterpenes in Euphorbia
Microsciadia with their T-Cell Profiration
Aktivitas Antibakteri Senyawa Lupenol Activity, Irian J.Pharmac, 10, 287-294.
Hasil uji antibakteri terhadap bakteri E. coli Babalola, I., and Shode, F., 2013, A Potential
dan S. aureus senyawa lupenol ditunjukkan pada Pentacyclic Triterpens Natural Product, J. of
Tabel 2. Senyawa lupenol memiliki aktivitas Pharmacognosy and phytochemistry., 2(2),
antibakteri yang kuat terhadap bakteri S. aureus 214-222.
dan E. coli walaupun tidak melampui zona Chukweubuka, E., 2015, Moringa oleifera “The
hambat senyawa standar amoxicillin dan Mother’s Best Friend”, Int. J. of Nutrition
ciprofloxacin. Senyawa lupenol memiliki nilai and Food Sciences., 4(6), 624-630.
Chudzik, M., Korzonek, I.S, Kroe, W., 2015,
zona hambat yang lebih tinggi terhadap bakteri
Triterpenes as Potentially Cytotoxic
S. aureus dibandingkan dengan E. coli.
Compounds, Molecules, 20, 1610-1625.
Fitriana, W.D., Fatmawati, S., Ersam T., 2015,
KESIMPULAN
Uji aktivitas antioksidan terhadap DDPH
Dari sampel daun kelor sebanyak 1 kg telah
dan ABTS dari fraksi-fraksi daun kelor
diisolasi senyawa lupenol dari ekstrak n-heksana
(Moringa oleifera), Jurnal Prosiding
sebanyak 6,01 mg. Berdasarkan hasil elusidasi
Simposium Nasional Inovasi dan
struktur, isolat murni yang diperoleh merupakan
Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015) 8
senyawa golongan triterpenoid pentasiklik
dan 9 Juni 2015, Bandung.
dengan rumus molekul C30H50O dan nama 3-
Isnan, W., dan Nurhaedah M., 2017, Ragam
hidroksi, 20(29)-en, lupenol. Senyawa lupenol
manfaat Tanaman Kelor (Moringa olivera
memiliki aktivitas antibakteri terhadap E. coli
lamk), Info Teknis EBONI, 14 (1): 62-75.
dan S. aureus yang tergolong sedang. Senyawa
31
Yuszda Salimi dkk. / Indo. J. Chem. Res., 2019, 7(1), 24-32
Li, X.J., Zou, Q.P., Wang, X., Kim, K.W., Lu, Salimi, Y.K., Bialangi, N., Saiman., 2017, Isolasi
M.F., Ko, S.K., Yook, C.S., Kim, .YC., Liu, dan Identifikasi Senyawa Metabolit
X.Q., 2018, Lupane Triterpenes from the Sekunder Ekstrak Metanol Daun Kelor
Leaves of Acanthopanax gracilistylus, (Moringa Oleifera Lamk), J. Akademika,
Molecules, 23, 87-93. 6(2), 5-11.
Marcus, A.C., and Nwineewii, J.D., 2015, Siddhuraju, P., and Becker, K., 2003,
Studies on the Crude Extract of Moringa Antioxidant Properties of Various Solvent
oleifera Leaves for Preliminary Extracts of Total Phenolic Constituents
Identification of some Phytochemicals and from three Different Agro-Climatic Origins
Organic Functions, J. of Applied Chem., 8 of Drumstick Tree (Moringa oleifera Lam.),
(2), 1-5 J. Agric. Food Chem., 15, 2144–2155.
Martins, D., Carrion, L.L., Ramos, D.F., Salome, Silva, D.L., David, J., Silva, L., Santos, R.,
K.S., Silva, P.A., 2013, Triterpenes and David, J., Lima, L., Reis, P., Fontane, R.,
Antimicrobial of Durorra macopyhlla 2012, Bioactive Oleanoat, Lupinee and
Huber (Rubiaceae), J. Biomed., 7, Ursane Triterpenoid Acid Derivates,
10155/605831. Molecules, 17, 12197-12205.
Napolean, p., Anitha, J., Renitta, E., 2009, Singh, G. S. and Pandeya, S. N. 2011. Natural
Isolation, Analysis and Identification of Product in Discovery of Potential and Safer
Phytochemicals of Antimicrobial Activity Antibacterial Agent, Natural Product in
of Moringa oleifera Lam, J. Current. Medicinal Chemistry. 63-101: 978-81-308-
biotika, 3(1), 33-39. 0448-4.
Prakash, C.V., and Prakash, I., 2012, Isolation Situmeang, B., Suparman, A.R., Kadarusman,
and Structural Characterization of Lupane M., Herlina, T., 2018, Isolasi senyawa
Triterpenes from Polypodium vulgare, Res. Triterpen dari Ekstrak Etil Asetat
J. Pharm., 1(1), 23-27. Tumbuhan Pirdot (Sauauria vulkani
Kurth.), J. Kimia Valensi, 4 (2), 92-97.
32