Memahami Ansietas dan Penanganannya
Memahami Ansietas dan Penanganannya
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Ansietas adalah suatu perasaan takut dengan gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan
ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang di sebabkan
oleh kecemasan tersebut (Tomb. Dafit A 2003)
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan
tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas di
alami secara subjektif dan dikomunikasikan secaar interpersonal. (Stuart & Laraia 2005).
Ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian intelektual terhadap bahaya. (Stuart &
Laraia 2005).
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan yang tidak di dukung oles situasi ( Videbeck.
2008)
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala
somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf Autonomic (SSA).
Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi
emosi. Sedangkan depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya termasuk perubahan pola tidur dan
nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan
bunuh diri.
Kecemasan memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia (2005) aspek positif dari
individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan dan pengalaman
mengatasi kecemasan. Tetapi pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan
seseorang.
2.2 Etiologi
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan keseimbangan
neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri seseorang. Faktor genetik
juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang
mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah dan tujuan hidup (Videbeck, 2008).
Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang berbeda-beda, seseorang dapat tumbuh
dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan stres berat pada orang lain.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi ansietas adalah :
Faktor Predisposisi
1) Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua
elemen kepribadiani yaitu id, ego dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls
primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya,
sedangakan ego di gambarkan sebagai mediator antara tuntunan dari id dan super ego
2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap ketidak
setujuan dan penolakan interpersonal.
3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang di inginkan.
4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa di temui
dalam suatu keluarga.
5) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor khusus untuk benzodiasepin,
obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam-asam gama-aminobutirat (GABA),
yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan ansietas.
Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan
timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stresor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi
dua bagian, yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang
meliputi :
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh,
perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan,
kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
- Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat kerja,
penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat
mengancam harga diri.
- Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan,
tekanan kelompok, sosial budaya.
2.5 Patofisiologi
Berdasarkan proses perkembangannya:
1) Bayi/anak-anak
- Berhubungan dengan perpisahan
- Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal
- Berhubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya
2) Remaja
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
- Perkembangan seksual
- Perubahan hubungan dengan teman sebaya
3) Dewasa
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
- Kehamilan
- Menjadi orang tua
- Perubahan karir
- Efek penuaan
2. Lanjut usia
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
- Penurunan sensori
- Penurunan motorik
- Masalah keuangan
- Perubahan pada masa pension
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode
pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik,
psikososial dan psikoreligius (Hawari, 2008) selengkapnya seperti pada uraian berikut :
1) Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b. Tidur yang cukup.
c. Cukup olahraga.
d. Tidak merokok.
e. Tidak meminum minuman keras.
2) Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan yang
berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan
saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,
meprobamate dan alprazolam.
3) Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari
kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu
dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4) Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien yang
bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa
ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (rekonstruksi)
kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk
berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan
yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial
sehingga mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak
lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
3. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya
tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1) Data dasar
Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang, status sosial ekonomi,
adat/kebudayaan, dan keyakinan spiritual, sehingga mudah dalam komunikasi dan menentukan
tindakan keperawatan yang sesuai.
a. Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat,nomor register, diagnosa medis, sumber
biaya, dan sumber informasi). Terjadi pada semua umur baik laki-laki maupun perempuan.
b. Identitas Penanggung jawab (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien).
2) Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi secara umum yang mempengaruhi terjadinya ansietas:
a. Panik
b. Ketegangan menghadapi sesuatu
c. Kurang percaya diri
d. Ketakutan kehilangan
e. Preoperasi
f. Obsesius
Menurut beberapa teori terjadinya faktor predisposisi, yaitu:
a. Teori Psikoanalisa
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara antara 2 elemen kepribadian – id dan
superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan
hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan
ego bahwa ada bahaya.
b. Teori Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan
interpersonal. Ansietas berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan
kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga diri rendah
terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c. Teori Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan
belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa
dengan kehidupan dini dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas
dalam kehidupan selanjutnya.
d. Kondisi keluarga
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang tindih dalam
gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. Faktor ekonomi, latar belakang
pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
e. Keadaan Biologis
Keadaan biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor khususuntuk benzodiasepin,
obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam-asam gama-aminobutirat (GABA),
yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan ansietas
3) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi:
1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan
datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan
fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
4) Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping sbb:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang di sadari dan berorientasi pada
tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres, misalnya perilaku menyerang
untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan, Menarik diri untuk
memindahkan dari sumber stress, Kompromi untuk mengganti tujuan atau mengorbankan
kebutuhan personal.
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi
berlangsung tidak sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas dan bersifat
maladaptif.
5) Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan perilaku dan
secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya melawan
kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.
Respon fisiologis terhadap ansietas meliputi:
a. Sistem kardiovaskuler: jantung berdebar, palpitasi, tekanan darah meningkat, rasa ingin
pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.
b. Sistem respirasi: napas cepat, sesak napas, tekanan pada dada, napas dangkal, sensasi
tercekik.
c. Neuromuskuler: reflex meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia,
kelemahan umum.
d. GI: kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, nyeri
abdomen, mual, nyeri, ulu hati, diare.
e. Perkemihan: sering berkemih
f. Kulit: berkeringat setempat, gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat.
Respon perilaku meliputi: motorik, afektif, dan kognitif.
4.1 Kesimpulan
Ansietas masih menjadi salah satu masalah gangguan kesehatan jiwa yang masih banyak terjadi
baik di negara-negara maju maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Ansietas sendiri
merupakan kekhawatiran atau keadaan emosional yang tidak jelas, berkaitan dengan perasaan
tidak pasti dan tidak memiliki objek yang spesifik.
Tingkatan Ansietas :
a. Ansietas Ringan
b. Ansietas Sedang
c. Ansietas Berat
d. Tingkat Panik dari Ansietas
Patofisiologi :
a. Bayi/ anak-anak
b. Remaja
c. Dewasa
d. Lanjut usia
Faktor Predisposisi
- Dalam pandangan psikoanalisis
- Menurut pandangan interpersonal
- Menurut pandangan perilaku
- Kajian keluarga
- Sedangkan kajian biologis
Faktor Presipitasi
- Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik
- Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal
4.2 Saran
Ansietas merupakan gangguan kejiwaan berupa cemas yang tidak berobyek, sehingga
memerlukan pencegahan sedini mungkin pada tiap lapisan masyarakat. Langkah-langkah
pencegahan tersebut dapat berupa :
- Kurikulum pendidikan kesehatan jiwa pada tiap jenjang pendidikan
- Perbaikan pelayanan kesehatan jiwa pada di setiap lapisan institusi kesehatan
- Gaya hidup yang sehat :
- Makan makan yang bergizi dan seimbang.
- Tidur yang cukup.
- Cukup olahraga.
- Tidak merokok.
- Tidak meminum minuman keras.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. (5th ed). Jakarta : EGC.