0% found this document useful (0 votes)
40 views17 pages

Memahami Ansietas dan Penanganannya

The document discusses anxiety disorders. It begins with background on how globalization has led to changes in various fields including science and technology, increasing competition. It then discusses definitions of anxiety from various perspectives and etiological factors for anxiety including genetic and environmental stressors. It outlines classifications of anxiety including levels of severity from mild to panic. It describes the clinical manifestations at each level including physiological, cognitive, and behavioral symptoms. Finally, it discusses pathophysiology and development of anxiety from infancy through adulthood.

Uploaded by

Shadowmoon Rx
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
40 views17 pages

Memahami Ansietas dan Penanganannya

The document discusses anxiety disorders. It begins with background on how globalization has led to changes in various fields including science and technology, increasing competition. It then discusses definitions of anxiety from various perspectives and etiological factors for anxiety including genetic and environmental stressors. It outlines classifications of anxiety including levels of severity from mild to panic. It describes the clinical manifestations at each level including physiological, cognitive, and behavioral symptoms. Finally, it discusses pathophysiology and development of anxiety from infancy through adulthood.

Uploaded by

Shadowmoon Rx
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Globalisasi telah membuat perubahan diberbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Persaingan kelompok dan individu semakin ketat, dampak dari perubahan tersebut merupakan
salah satu stressor bagi individu, apabila seseorang tidak bisa bertahan dengan perubahan yang
terjadi. Hal tersebut akan dirasakan sebagai stressor yang berkepanjangan, koping individu yang
tidak efektif menjadikan seseorang mengalami gangguan secara psikologis. Menurut Organisasi
kesehatan dunia (WHO), bahwa 10% dari populasi mengalami gangguan jiwa, hal ini didukung
oleh laporan dari hasil studi bank dunia dan hasil survei Badan Pusat Statistik yang melaporkan
bahwa penyakit yang merupakan akibat masalah kesehatan jiwa mencapai 8,1% yang
merupakan angka tertinggi dibanding prosentase penyakit lain.
Data riset kesehatan dasar tahun 2007 menunjukkan bahwa gangguan mental emosional (depresi
dan kecemasan) di alami oleh sekitar 11,6% populasi usia di atas 15 tahun sedangkan sekitar
0,48% populasi mengalami gangguan jiwa berat atau psikosis (Depkes, 2012). Gangguan
ansietas lebih sering di alami oleh wanita individu berusia kurang dari 45 tahun, bercerai atau
berpisah, dan individu yang berasal dari status sosial – ekonomi rendah (Videbeck. 2008)

1.2 Rumusan Masalah


- Apa definisi dari ansietas?
- Apa etiologi dari ansietas?
- Apa saja klasifikasi ansietas?
- Apa manifestasi klinis dari ansietas?
- Bagaimana patofisiologi ansietas?
- Bagaimana penatalaksanaan ansietas?
- Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien ansietas?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi dari ansietas
2. Untuk mengetahui etiologi ansietas
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari ansietas
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari ansietas
5. Untuk mengetahui patofisiologi ansietas
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan
7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan ansietas
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Ansietas adalah suatu perasaan takut dengan gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan
ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang di sebabkan
oleh kecemasan tersebut (Tomb. Dafit A 2003)
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan
tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas di
alami secara subjektif dan dikomunikasikan secaar interpersonal. (Stuart & Laraia 2005).
Ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian intelektual terhadap bahaya. (Stuart &
Laraia 2005).
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan yang tidak di dukung oles situasi ( Videbeck.
2008)
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala
somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf Autonomic (SSA).
Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi
emosi. Sedangkan depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya termasuk perubahan pola tidur dan
nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan
bunuh diri.
Kecemasan memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia (2005) aspek positif dari
individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan dan pengalaman
mengatasi kecemasan. Tetapi pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan
seseorang.

2.2 Etiologi
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan keseimbangan
neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri seseorang. Faktor genetik
juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang
mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah dan tujuan hidup (Videbeck, 2008).
Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang berbeda-beda, seseorang dapat tumbuh
dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan stres berat pada orang lain.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi ansietas adalah :
 Faktor Predisposisi
1) Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua
elemen kepribadiani yaitu id, ego dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls
primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya,
sedangakan ego di gambarkan sebagai mediator antara tuntunan dari id dan super ego
2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap ketidak
setujuan dan penolakan interpersonal.
3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang di inginkan.
4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa di temui
dalam suatu keluarga.
5) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor khusus untuk benzodiasepin,
obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam-asam gama-aminobutirat (GABA),
yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan ansietas.
 Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan
timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stresor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi
dua bagian, yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang
meliputi :
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh,
perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan,
kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
- Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat kerja,
penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat
mengancam harga diri.
- Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan,
tekanan kelompok, sosial budaya.

2.3 Klasifikasi Ansietas


 Tingkatan Ansietas :
- Ansietas Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Menyebabkan individu menjadi
lebih waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan
menghasilakn pertumbuhan serta kreativitas.
- Ansietas Sedang
Memungkinkan individu unutk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan hal yang
lain. Mempersempit lapang persepsi individu. Sehingga individu mengalami tidak perhatian yang
selektif namun dapat lebih berfokus pasda area jika diarahkan untuk melakukannya.
- Ansietas Berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu, cenderung berfokus ada sesuatu yang rinci dan
spesifik sehingga tidak memikirkan hal yang lain. Semua perilaku ditujukkan untuk mengurangi
ketegangan. Individu memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada hal lain.
- Tingkat Panik dari Ansietas
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Individu yang mengalami panik tidak
mampu melakukan sesuatu meskipun dengan arahan, karena mengalami kehilangan kendali.

 Rentang respon ansietas :

2.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi dengan gejala setiap kategori yaitu, ansietas ringan, ansietas sedang, ansietas berat,
dan ansietas panik.
1) Ansietas Ringan
a. Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari.
b. Lapang persepsi meluas/melebar dan individu berhati-hati serta waspada.
c. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
- Respon Ansietas Ringan
a. Fisiologis
Kadang nafas pendek, nadi dan TD naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir
bergetar.
b. Kognitif
Lapang persepsi meluas/melebar, mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi
pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif.
c. Perilaku dan Emosi
Tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang meninggi.
2) Ansietas Sedang
Pada tingkat ini lapang pandang terhadap linngkungan menurun, individu lebih memfokuskan
pada hal penting saat itu dn mengesampingkan hal lain.
 Respon Ansietas Sedang
a. Fisiologis
Sering nafas pendek, nadi dan TD naik, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, gelisah
b. Kognitif
a. Lapang persepsi menyempit
b. Rangsang luar tidak mampu diterima
c. Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
c. Perilaku dan Emosi
b. Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
c. Bicara banyak & lebih cepat
d. Susah tidur
e. Perasaan tidak aman
3) Ansietas Berat
Pada tingkat ini lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung memikirkan hal yang
kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak mampu berpikir berat lagi dan
membutuhkan banyak pengarahan/ tuntunan.
 Respon Ansietas Berat
a. Fisiologis
Nafas pendek, nadi dan TD naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan.
b. Kognitif
- Lapang persepsi sangat sempit
- Tidak mampu menyelesaikan masalah
c. Perilaku dan Emosi
- Perasaan ancaman tinggi
- Verbalisasi cepat
- Blocking
4) Ansietas Panik
Terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat
melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/ tuntunan
 Respon Ansietas Panik
a. Fisiologis
Nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi motorik
rendah.
b. Kognitif
- Lapang pandang persepsi sangat sempit
- Tidak dapat berpikir logis
c. Perilaku dan Emosi
- Agitasi mengamuk dan marah
- Ketakutan dan berteriak-teriak, blocking
- Kehilangan diri kendali/ kontrol diri
- Persepsi kacau

2.5 Patofisiologi
Berdasarkan proses perkembangannya:
1) Bayi/anak-anak
- Berhubungan dengan perpisahan
- Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal
- Berhubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya
2) Remaja
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
- Perkembangan seksual
- Perubahan hubungan dengan teman sebaya
3) Dewasa
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
- Kehamilan
- Menjadi orang tua
- Perubahan karir
- Efek penuaan

2. Lanjut usia
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
- Penurunan sensori
- Penurunan motorik
- Masalah keuangan
- Perubahan pada masa pension

2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode
pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik,
psikososial dan psikoreligius (Hawari, 2008) selengkapnya seperti pada uraian berikut :
1) Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b. Tidur yang cukup.
c. Cukup olahraga.
d. Tidak merokok.
e. Tidak meminum minuman keras.
2) Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan yang
berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan
saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,
meprobamate dan alprazolam.
3) Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari
kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu
dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4) Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien yang
bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa
ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (rekonstruksi)
kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk
berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan
yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial
sehingga mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak
lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
3. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya
tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Asuhan keperawatan pada Gangguan Ansietas (Cemas)


3.1.1 Pengkajian
Dalam bagian ini perawat harus dapat memahami dan menangani pasien yang mengalami
diagnosis keperawatan ansitas, baik menggunakan cara individual maupun kelompok. Bagian ini
juga memberikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga pasien
dengan kecemasan.
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan
tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas
dialami secara subjektif dan di komunikasikan secaar interpersonal.
Adapun tanda dan gejala dari ansietas:
a. Perilaku gelisah
b. Ketegangan fisik
c. Tremor
d. Kurang koordinasi
e. Cenderung mengalami cedera
f. Menarik diri dari hubungan interpersonal
g. Kreativitas menurun

1) Data dasar
Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang, status sosial ekonomi,
adat/kebudayaan, dan keyakinan spiritual, sehingga mudah dalam komunikasi dan menentukan
tindakan keperawatan yang sesuai.
a. Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat,nomor register, diagnosa medis, sumber
biaya, dan sumber informasi). Terjadi pada semua umur baik laki-laki maupun perempuan.
b. Identitas Penanggung jawab (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien).
2) Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi secara umum yang mempengaruhi terjadinya ansietas:
a. Panik
b. Ketegangan menghadapi sesuatu
c. Kurang percaya diri
d. Ketakutan kehilangan
e. Preoperasi
f. Obsesius
Menurut beberapa teori terjadinya faktor predisposisi, yaitu:
a. Teori Psikoanalisa
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara antara 2 elemen kepribadian – id dan
superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan
hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan
ego bahwa ada bahaya.
b. Teori Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan
interpersonal. Ansietas berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan
kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga diri rendah
terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c. Teori Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan
belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa
dengan kehidupan dini dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas
dalam kehidupan selanjutnya.
d. Kondisi keluarga
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang tindih dalam
gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. Faktor ekonomi, latar belakang
pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
e. Keadaan Biologis
Keadaan biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor khususuntuk benzodiasepin,
obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam-asam gama-aminobutirat (GABA),
yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan ansietas
3) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi:
1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan
datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan
fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
4) Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping sbb:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang di sadari dan berorientasi pada
tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres, misalnya perilaku menyerang
untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan, Menarik diri untuk
memindahkan dari sumber stress, Kompromi untuk mengganti tujuan atau mengorbankan
kebutuhan personal.
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi
berlangsung tidak sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas dan bersifat
maladaptif.
5) Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan perilaku dan
secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya melawan
kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.
Respon fisiologis terhadap ansietas meliputi:
a. Sistem kardiovaskuler: jantung berdebar, palpitasi, tekanan darah meningkat, rasa ingin
pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.
b. Sistem respirasi: napas cepat, sesak napas, tekanan pada dada, napas dangkal, sensasi
tercekik.
c. Neuromuskuler: reflex meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia,
kelemahan umum.
d. GI: kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, nyeri
abdomen, mual, nyeri, ulu hati, diare.
e. Perkemihan: sering berkemih
f. Kulit: berkeringat setempat, gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat.
Respon perilaku meliputi: motorik, afektif, dan kognitif.

6) Data yang perlu di kaji


a. Data subyektif:
Klien mengatakan: perasaan saya gelisah, berdebar-debar, sering berkemih, mengalami
ketegangan fisik, panik, tidak dapat konsentrasi, tidak percaya diri.
b. Data obyektif:
Klien tampak gelisah, pucat, mulut kering, suara tremor, sering mondar-mandir sambil berbicara
sendiri atau berbicara kepada orang lain tetapi tidak di respon, menarik diri dari lingkungan
interpersonal.
7) Status kesehatan mental
a. Kebenaran data:
Apakah semua informasi yang diberikan oleh klien sesuai dengan apa yang disampaikan oleh
keluarganya saat melakukan kunjungan rumah.
b. Status sensorik:
Kaji apakah ada gangguan pada penglihatan, pendengaran, penciuman, dan pengecapan dan
perabaan.
c. Status persepsi
Klien mendengarkan suara-suara yang membisik di telinganya.
Klien sering melamun, menyendiri, senyum sendiri karena mendengar sesuatu,atau kadang-
kadang mata menatap tajam seperti mengawasi sesuatu.
d. Status motorik
Motorik kasar: cara klien berjalan, berpakaian, dan berbicara apakah masih terkontrol atau tidak.
Motorik halus : misalnya Klien mampu menulis, menggenggam sesuatu, memasukan kancing ke
dalamlubang kancing tanpa tremor.
e. Afek
Emosi yang ditunjukan sesuai dengan apa yang di ungkapkan.
Misalnya jika klien menceritakan hal-hal yang lucu, klien turut tertawa.
f. Orientasi
Klien mengenal orang yang ada di sekitarnya, Klien mengetahui tentang waktu.
g. Ingatan
Apakah Klien masih mengingat apa yang di alaminya selama ini, Apakah klien kehilangan
sebagaian memori yang di ingatnya.

3.1.1.1 Pengkajian psikologis


a. Status emosi
Suasana hati yang menonjol adalah tampak purtus asa. Ekspresi muka tampak datar. Saat
berinteraksi, klien mampu menjawab pertanyaan perawat dengan jawaban sejelas-jelasnya.
Apakah Perasaan klien saat ini cukup baik.
b. Konsep diri
Tanyakan apa yang di inginkan oleh kilen, pandangan hidup yang bertentangan, menarik diri dari
realitas dll.
c. Gaya komunikasi
Apakah klien berbicara secara santai, sulit di ajak berkomunikasi dll.Perhatikan juga ekspresi
nonverbal saat berinteraksi tampak serius dan antusias, ada kontak mata.
d. Pola interaksi
Bagaimana cara klien berinteraksi dengan perawat, dengan anggota keluarga yang lain di rumah.
e. Pola pertahanan
Bila mengatasi situasi yang sangat menekan atau sedih, klien lebih suka berdiam diri di kamar,
melamun. Klien mengatakan tidak
3.1.1.2 Pengkajian sosial
a. Pendidikan dan pekerjaan
b. Hubungan sosial
c. Faktor sosial budaya
d. Gaya hidup
3.2 Pohon Masalah
Gangguan pola tidur
Resiko mencederai DS, dan orla
R. Gg. Persepsi Sensori dan Audiotori : Halusinasi
Resiko perilaku kekerasan
Mudah lelah
Intoleransi aktivitas
Defisit perawatan diri
Koping Individu Tak Efektif
Ansietas (Core problem)
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain berhubungan denganansietas
2. Ansietas berhubungan dengan koping individu tak efektif.
3.4 Perencanaan
Diagnosa Perencanaan Intervensi Rasional
Resiko TUM: 1. Melihat/observasi 1. Intervensi diperlukan
mencederai Klien menahan ada tidaknya perilaku jika klien melakukan
diri sendiri diri untuk tidak kekerasan. tindak kekerasan
dan orang lain membahayakan terhadap diri sendiri
b.d ansietas diri dan orang dan orang lain.
lain. 2. Diskusikan 2. Ansietas hebat sering
TUK 1: ansietas, perasaan, dan kali mengakibatkan
Klien bagaimana hilangnya kontrol diri
mengatakan peningkatan dan sering
perasaan agresif ketegangan dapat menimbulkan tindakan
tetapi tidak menyebabkan permusuhan.
melakukannya permusuhan.
3. Bantu merawat diri 3. Membicarakan
dengan cara mengikuti tentang rasa marah akan
kecemasan. menurunkan
kecenderungan klien
untuk menindaklanjuti.

1. Bantu klien untuk 1. Identifikasi dini


TUK 2 : mengidentifikasi terhadap peningkatan
Klien isyarat yang ketegangan dapat
memperagakan mengindikasikan mencegah klien
keterampilan peningkatan frustasi kehilangan kontrol dan
koping yang yang dapat melukai diri sendiri dan
sesuai untuk menimbulkan prilaku orang lain
mengatasi merusak
distres yang
hebat.
2. Dorong klien untuk 2. Kesadaran diri
membentuk kesadaran adalah langkah awal
diri akan prilaku non untuk memfasilitasi
verbal dan pernyataan kontrol diri.
verbal yang
menunjukkan
memuncaknya
ansietas
3. Ajari klien tentang
cara-cara penyaluran 3. Penyaluran energi
ansietas secara fisik. fisik yang nyaman akan
memampukan klien
mengurangi ansietas
dengan cara yang
4. Bantu klien konstruktif
mempelajari 4. Keterampilan asertif
keterampilan asertif dan ekspresi emosi
dan ekspresi yang yang sesuai akan
sesuai untuk emosinya membantu klien
yang kuat. menyelesaikan masalah,
jika masalah tersebut
muncul dan
menyebarkan
5. Bersama dengan kemungkinan agresi.
klien melakukan 5. Intervensi ini
upaya pengembangan memberi waktu kepada
toleransi terhadap klien untuk mengatasi
frustasi dan situasi stres dan dapat
kekecewaan. mencegah episode
6. Dorong klien untuk kekerasan.
meminta bantuan dari
sumber-sumber 6. Bantuan
ansietas. berkelanjutan
memampukan klien
untuk tetap berada
dalam kontrol dalam
situasi stres dan
memikul tanggung
jawab atas perilakunya.

Ansietas TUM: 1. Dorong pasien 1. Perasaan sakit yang


berhubungan Klien mengungkapkan tidak diakui adalah
demgan menunjukkan secara verbal perasaan stressor,
koping kemampuan yang kuat, tidak mengungkapkan
individu tak mengatasi panik nyaman, khususnya perasaan yang tidak
efektif. dengan ansietas, rasa bersalah, nyaman membantu
mengurangi & frustasi. meredakan stres
perilaku 2. Bantu klien
penyebab panik mengidentifikasi 2. Sebelum klien dapat
TUK 1: stressor internal yang memperoleh kendali
Pasien bercerita umumnya terjadi terhadap serangan,
tentang stressor sebelum serangan. stressor yang
kehidupan, yang berhubungan dengan
b.d serangan 3. Diskusikan dan panik harus di
panik di masa analisa situasi panik identifikasi.
lalu. dengan klien, berfokus 3. Analisis stimulus
pada stimulus eksternal yang
eksternal yang menyertai panik
merangsang serangan. membantu klien
mengantisipasi dan
4. Diskusikan pada akhirnya
mekanisme koping, mengontrol serangan.
seperti gerakan fisik 4. Klien perlu
dan latihan nafas mengetahui metode
dalam yang lambat, koping klien yang dapat
dan bagaimana digunakan untuk
mekanisme mengatasi ansietas yang
tidak dapat ditoleransi
akibat serangan panik.
1. Ajari klien strategi
intuk mengatasi 1. Memiliki
stressor internal pengetahuan tentang
seperti ketakutan atau cara alternatif untuk
TUK 2: klien perasaan tidak menangani stres akan
meunjukkan menentu. meningkatkan kendali
perulaku yang 2. Ajari klien tentang perilaku.
membantu cara perpindah dari 2. Keterampilan ini
mengontrol keadaan internal ke memampukan klien
keadaan panik keadaan eksternal. untuk melepas ansietas
melalui fokus keluar.
3. Diskusikan 3. Memfasilitasi daya
hubungan antara tilik klien kedalam
ansietas dengan hubungan antara
respon fisiologis yang ansietas dan gejala fisik
secra khas ditunjukkan akibat serangan panik.
dalam serangan panik.
4. Bantu klien untuk 4. Klien perlu
memodifikasi situasi mengetahui akibat
yang dapat dirubah. gejala fisiologis ansieta
diikuti oleh pikiran
spontan yang
mengganggu penilaian
tentang apa yang
sedang terjadi.
5. Dorong klien 5. Mengembangkan
membentuk sistem dan menggunakan
pendukung dan sistem pendukung
mencari bantuan meningkatkan tanggung
ketika tanda dan jawab pribadi dan
gejala ansietas pengakuan pribadi
muncul. tentang kebutuhan
memperoleh bantuan
terhadap stres.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Ansietas masih menjadi salah satu masalah gangguan kesehatan jiwa yang masih banyak terjadi
baik di negara-negara maju maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Ansietas sendiri
merupakan kekhawatiran atau keadaan emosional yang tidak jelas, berkaitan dengan perasaan
tidak pasti dan tidak memiliki objek yang spesifik.
 Tingkatan Ansietas :
a. Ansietas Ringan
b. Ansietas Sedang
c. Ansietas Berat
d. Tingkat Panik dari Ansietas
 Patofisiologi :
a. Bayi/ anak-anak
b. Remaja
c. Dewasa
d. Lanjut usia
 Faktor Predisposisi
- Dalam pandangan psikoanalisis
- Menurut pandangan interpersonal
- Menurut pandangan perilaku
- Kajian keluarga
- Sedangkan kajian biologis
 Faktor Presipitasi
- Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik
- Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal

4.2 Saran
Ansietas merupakan gangguan kejiwaan berupa cemas yang tidak berobyek, sehingga
memerlukan pencegahan sedini mungkin pada tiap lapisan masyarakat. Langkah-langkah
pencegahan tersebut dapat berupa :
- Kurikulum pendidikan kesehatan jiwa pada tiap jenjang pendidikan
- Perbaikan pelayanan kesehatan jiwa pada di setiap lapisan institusi kesehatan
- Gaya hidup yang sehat :
- Makan makan yang bergizi dan seimbang.
- Tidur yang cukup.
- Cukup olahraga.
- Tidak merokok.
- Tidak meminum minuman keras.
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. (5th ed). Jakarta : EGC.

Tomb, D. A. (2001). Buku Saku Psikiatri (5th ed). Jakarta : EGC.

Townsend, M.C. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan


Psikiatrik :Pedoman untuk Pembuatan Rencana Perawatan (3rd ed). Jakarta : EGC.

Videbecek, S. L. (2001). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Tomb, Davit A. (2003). Buku Saku Psikiatri. Jakarta : EGC

You might also like