0% found this document useful (0 votes)
48 views25 pages

A. Kecemasan: Bab Ii Tijauan Teori

The document discusses theories of anxiety. It defines anxiety as an unclear feeling of fear not supported by the situation. Anxiety is influenced by many factors like the environment, suppressed emotions, interactions between thoughts and body. There are different types of anxiety like rational, irrational, and existential anxiety. Anxiety exists on a continuum from mild to severe, including light, moderate, heavy, and panic anxiety. The process of anxiety problems involves predisposing factors like traumatic events, unresolved emotional conflicts, disturbed self-concept, frustration, physical ailments, and dysfunctional family patterns.

Uploaded by

Amalia Ramadhini
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOC, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
48 views25 pages

A. Kecemasan: Bab Ii Tijauan Teori

The document discusses theories of anxiety. It defines anxiety as an unclear feeling of fear not supported by the situation. Anxiety is influenced by many factors like the environment, suppressed emotions, interactions between thoughts and body. There are different types of anxiety like rational, irrational, and existential anxiety. Anxiety exists on a continuum from mild to severe, including light, moderate, heavy, and panic anxiety. The process of anxiety problems involves predisposing factors like traumatic events, unresolved emotional conflicts, disturbed self-concept, frustration, physical ailments, and dysfunctional family patterns.

Uploaded by

Amalia Ramadhini
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOC, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 25

BAB II

Tijauan Teori

A. Kecemasan
1. Definisi
Kecemasan adalahperasaan takut yang tidak jelas dan tidak di
dukung oleh situasi. Gangguan kecemasan adalah sekelompokkondisi
yang member gambaran penting tentangansietas yang berlebihanyang
disertai respon perilaku, emosional dan fisiologis individu yang
mengalami gangguan ansietas.(Videback, 2008: 307).
Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar
karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai respon (penyebab
tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Perasaan takut dan
tidak menentu sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan
tentang bahaya akan datang memperkuat individu mengambil tindakan
menghadapi ancaman.
Kejadian dalam hidup seperti menghadapi tuntutan, persaingan, serta
bencana dapat membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan
psikologis. Salah satu contoh dampak psikologis adalah timbulnya
kecemasan atau ansietas. (AH. Yusuf,2015:89)
2. Faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan
Menurut (Savitri Ramaiah, 2003: 11) ada beberapa faktor ynag
menunjukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu:
a. Lingkungan atau sekitar tempat tinngal mempengaruhi cara berpikir
individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini di sebabkan
karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu
dengan keluarga, sahabat, ataupun rekan kerja. Sehingga individu
tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya.
b. Emosi yang ditekan, kecemasan bisa terjadi jika individu tidak
mampu menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam
hubungan personal ini, terutama jika dirinya menekan rasa marah
atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.
c. Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan.
Memnurut (Zakiah Daradjat dan Kholi Lur Romchman, 2010: 167)
mengemukakan beberapa penyebab dari kecemasan yaitu:
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang
mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut,
karena sumbernya terlihat jelas didaam pikiran.
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-
hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa
bentuk. Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan
tidak berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai dengan
perasaan takut yang mempengaruhi kesehatan kepribadian
penderitanya.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecemasan
(Stuart, 2007). Faktor faktor tersebut antara lain :
a. Teori psikoanalitik
Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kecemasan timbul
karena konflik antara elemen kepribadian yaitu id(insting) dan super
ego (nurani ). Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif
seseorang sedang superego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan norma budayanya. Ego berfungsi menengahi tuntutan
dari dua elememen yang bertentangan dan fungsi kecemasan adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori interpersonal
Menurut teori ini kecemasan timbul dari perasan takut terhadap tidak
adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan Juga
berhubungan dengan perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan
kelemahan spesifik.
c. Teori behavior
Kecemasan merupakan produk frustrasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
d. Teori perspektif keluarga
Kecemasan dapat timbul karena pola interaksi yang tidak adaptif
dalam keluarga.
e. Teori perspektif biologi
Fungsi biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor
khusus Benzodiapine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur
kecemasan. Penghambat asam amino butirik-gamma neuro regulator
(GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme
biologis berhubungan dengan kecemasan sebagaimana endomorfin.
Selain itu telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang
mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap kecemasan.
Kecemasan dapat disertai gangguan fisik dan menurunkan kapasitas
seseorang untuk mengatasi stressor.
3. Jenis-jenis kecemasan
Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan didalam
dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsanagan dari
luar. Membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu:
a. Kecemasan rasional merupakan suatu ketakuatan akiabat adanya
objek yang memang mengancam, misalnya ketika menunggu hasil
ujian. Ketakuatan ini dianggap sebagai suatu unsure poko normal
dari mekanisme pertahanan dasar kiat.
b. Kecemasan irrasional yang bebrati bahawa mereka mengalami
emeosi ini dibawah kedalam keadaan spesifik yang biasanya tidak
dipandang mengancam.
c. Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa
dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya
berlanjut. Kecemasan ini di sebut sebagi kecemasan eksistensial
yang mempunyai peran funda mental bagi kehidupan manusia
(Mustamir Pedak, 2009:30).
4. Klasifikasi Kecemasan
Ada empat tingkat kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat dan
panik (Stuart & Sundeen, 1998, pp.175-176).
a. Kecemasan RinganKecemasan ringan berhubungan dengan
ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan
seseorang menjadi waspada dan meningkatkan persepsi atas keadaan
yang dialaminya. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah
kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi,
mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai
situasi.
b. Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang
penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang
mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu
yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu
kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan
meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume
tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak
optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan
terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah
tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis.
c. Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan
kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang
terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang
tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan
pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini
adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur
(insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi
menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya
sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi,
perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.
d. Panik
Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena
mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan
gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi
pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak
dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak,
menjerit, mengalami halusinasi dan delusi
5. Rentang respon
Rentang respon kecemasan dapat dikonseptualisasikan dalam rentang
respon. Respon ini dapat digambarkan dalam rentang respon adaptif
sampai maladaptif. Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat konstruktif
dan destruktif. Konstruktif adalah motivasi seseorang untuk belajar
memahami terhadap perubahan-perubahan terutama perubahan terhadap
perasaan tidak nyaman dan berfokus pada kelangsungan hidup.
Sedangkan reaksi destruktif adalah reaksi yang dapat menimbulkan
tingkah laku maladaptif serta disfungsi yang menyangkut kecemasan
berat atau panik (Suliswati, 2005, pp.108-113). Rentang respon
kecemasan dapat terlihat pada gambar.

Rentang Respons Ansietas

Respon adaptif Respon maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 1: Rentang Respon Kecemasan

6. Proses terjadinya masalah


a. Faktor predisposisi
Strepredisposisi adalahsemua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam
kehidupan tersebut dapat berupa:
1) Peristiwa trumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisis yang di alami individu baik krisis
perkembangan atau situasiona.
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik, id dan super ego atau antar
3) Konsep diri tergangggu akan
menimbulkanketidakmampuanindividu berpikir secara realitas
sehinga akan menimbulkan kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan
untukmengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkankecemasan karenamerupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapatmempengaruhi
konsep diri individu.
6) Pola mekanisme keluarga atau pola keluarga menangani stress
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap
konflikyang di alami karena polamekanisme koping
individubbanyak di pelajaridalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan
mempengaruhi respons individu dalam berespons terhadap
konflik dan mengatasi kecemasannya (Eko prabowo, 2014: 123-
124).

b. Faktor prespitasi
Faktor prespitasi adalah semua ketgangan dalam kehidupan yang
dapat mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor prespitasi
kecemasan di kelompokkan menjadi du abagian, yaitu:
1) Ancaman terhadap integritas kulitketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi:
a) Sumber internal meliputi kegagalan mekanisme fisisologis
sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubhan biologis normal
b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus
dan bakteri, polusi lingkunag, kecelakaan, kekuranagan
nutrisi, tidakadekuatnya tempat tinggal

2) Anacaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan


eksternal
1) Sumber internal kesulitan dalam berhubungan interpersonal
dirumah tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap integritas fisisk juga dapat
mengancam harga diri.
2) Sumber eksternalorang yang dicinta berperan, perubahan
status pekerjaan tekanan kelompok social (Eko prabowo,
2014: 124).

7. Tanda dan gejala


Kecemasan berasal dari perasaan tidak sadar yang berada didalam
kepribadian sendiri, dan tidak berhubungan dengan objek yang nyata atau
keadaan yang benar-benar ada. Kholil Lur Rochman, (2010:103)
mengemukakan beberapa gejala-gejala dari kecemasan antara lain :
a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap
kejadian menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut
merupakan bentuk ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.
b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah
dan sering dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat
irritable, akan tetapi sering juga dihinggapi depresi.
c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of
persecution (delusi yang dikejar-kejar).
d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah,
banyak berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.
e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan
tekanan jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah
tinggiGejala somatikrasa sakit pada oto dan tulang, berdebar-debar,
sesak nafas, gangguan pencernaan, sakit kepala, gangguan
perkemihan, tangan terasa dngin dan lembab, dan lain sebagainya
(Eko prabowo, 2014: 124-125).

8. Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki ciri
kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga irrasional, dan tidak
dapat secara intensif ditampilkan dalam cara-cara yang jelas. Fitri
Fauziah & Julianty Widuri (2007:77) membagi gangguan kecemasan
dalam beberapa jenis, yaitu :
a. Fobia Spesifik
Yaitu suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau
antisipasi terhadap obyek atau situasi yang spesifik.
b. Fobia Sosial
Merupakan suatu ketakutan yang tidak rasional dan menetap,
biasanya berhubungan dengan kehadiran orang lain. Individu
menghindari situasi dimana dirinya dievaluasi atau dikritik, yang
membuatnya merasa terhina atau dipermalukan, dan menunjukkan
tanda-tanda kecemasan atau menampilkan perilaku lain yang
memalukan.
c. Gangguan Panik
Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya serangan panik
yang spontan dan tidak terduga. Beberapa simtom yang dapat
muncul pada gangguan panik antara lain ; sulit bernafas, jantung
berdetak kencang, mual, rasa sakit didada, berkeringat dingin, dan
gemetar. Hal lain yang penting dalam diagnosa gangguan panik
adalah bahwa individu merasa setiap serangan panik merupakan
pertanda datangnya kematian atau kecacatan.
d. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder)
Generalized Anxiety Disorder (GAD) adalah kekhawatiran yang
berlebihan dan bersifat pervasif, disertai dengan berbagai simtom
somatik, yang menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan
sosial atau pekerjaan pada penderita, atau menimbulkan stres yang
nyata.
Sedangkan Sutardjo Wiramihardja (2005:71) membagi gangguanb
kecemasan yang terdiri dari :
a. Panic Disorder
Panic Disorder ditandai dengan munculnya satu atau dua serangan
panik yang tidak diharapkan, yang tidak dipicu oleh hal-hal yang
bagi orang lain bukan merupakan masalah luar biasa. Ada beberapa
simtom yang menandakan kondisi panik tersebut, yaitu nafas yang
pendek, palpilasi (mulut yang kering) atau justru kerongkongan tidak
bisa menelan, ketakutan akan mati, atau bahkan takut gila.
b. Agrophobia
Yaitu suatu ketakutan berada dalam suatu tempat atau situasi dimana
ia merasa bahwa ia tidak dapat atau sukar menjadi baik secara fisik
maupun psikologis untuk melepaskan diri. Orang-orang yang
memiliki agrophobia takut pada kerumunan dan tempat-tempat
ramai.
9. Dampak Kecemasan
Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun
situasi yang betul-betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi
ini tumbuh berlebihan dibandingkan dengan bahaya yang
sesungguhnya, emosi ini menjadi tidak adaptif. Kecemasan yang
berlebihan dapat mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran
serta tubuh bahkan dapat menimbulkan penyakit-penyakit fisik
(Cutler, 2004:304).
Yustinus Semiun (2006:321) membagi beberapa dampak dari
kecemasan kedalam beberapa simtom, antara lain :
a. Simtom suasana hati
Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya
hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu
yang tidak diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak bisa
tidur, dan dengan demikian dapat menyebabkan sifat mudah marah.
b. Simtom kognitif
Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada
individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin
terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah real
yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara
efektif, dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.
c. Simtom motor
Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak
tenang, gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan,
misalnya jari-jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap
suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom motor merupakan
gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan
merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja yang
dirasanya mengancam. Kecemasan akan dirasakan oleh semua
orang, terutama jika ada tekanan perasaan ataupun tekanan jiwa.
Menurut Savitri Ramaiah (2005:9) kecemasan biasanya dapat
menyebabkan dua akibat, yaitu :
a. Kepanikan yang amat sangat dan karena itu gagal berfungsi secara
normal atau menyesuaikan diri pada situasi.
b. Gagal mengetahui terlebih dahulu bahayanya dan mengambil
tindakan pencegahan yang mencukupi.

10. Alat Ukur Kecemasan


Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah
ringan, sedang, berat, atau berat sekali (panik) orang menggunakan
alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating
Scale for Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok
gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala
yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian
angka (score) antara 0-4, yang artinya adalah:
0 : Tidak ada gejala atau keluhan
1 : Gejala ringan
2 : Gejala sedang
3 : Gejala berat
4 : Gejala berat sekali atau panik
Penilaian atau pemakaian alat ukur ini dilakukan oleh tenaga
kesehatan atau orang yang telah dilatih untuk menggunakannya
melalui teknik wawancara langsung. Masing-masing nilai angka
(score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil
penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang,
yaitu:
Total nilai (score):
>14 = Tidak Ada Kecemasan
14 – 20 = Kecemasan ringan
21 – 27 = Kecemasan sedang

28 – 41 = Kecemasan berat

42 – 56 = Kecemasan berat sekali atau panik

11. Mekanisme koping


Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme
koping yaitu sebagai berikut.
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik
tuntutan situasi stres, misalnya perilaku menyerang untuk
mengubah atau mengatasi hambatan pemnuhan kebutuhan.
Menarik diri untuk memindahkan darisumber stres. Kompromi
untuk mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan
dan sedang, tetapi berlangsung tidak sadar, melibatkan penipuan
diri, distorsi, dan bersifat meladaptif. (AH.yusuf,2015:87-88)
12. Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap
pencegahan dan terapi memrlukan suatu metode pendekatan yang
bersifat holistik, yaitu mencakup fisik (somatik), psikologik atau
psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkapnya seperti pada
uraian berikut.
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengancara:
1) Makan makan yang bergizi dan seimbang
2) Tidur yang cukup
3) Cukup olahraga
4) Tidak merokok
5) Tidak meminum minuman keras
b. Terapi psikolofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan
memaki obat obtan yang berhasiat memulihkan fungsi gangguan
neuro-transmitter (sinyal penghanatr saraf). Disusunan saraf pusat
otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang serig di pakai
adalah obat anticemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
klobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCL,
meprobramate dan alprazolam.
c. Terapi somatic.
Gejala atau keluhan fisik (somatic) sering dijumpai sebagai gejala
ikutan atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk
menghilangkan keluhan-keluhan somatic (fisik) itu dapat diberikan
obat-oabatn yang ditujukan pada organ pada tubuh yang
bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antar lain:
1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat
dan dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa
putus asa dan diberika keyakinan serta percaya diri.
2) Psikoterapi reedukatif, memberikan pendidikan ulang dan
koreksi diri bila diulang bahwa ketdak mampuan mengatasi
kecemasan.
3) Psikoterapi rekontruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki
kembali (rekontruksi) kepribadian yang teah menglami
goncangan akibat stresor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien,
yaitu kemampuan untuk berfikir secara rasonal, konsentrasi
dan daya ingkat.
5) Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan
proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa
seseorang tidak mampu menghadapi stresor psikososial
sehingga mengalami kecemasan.
6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan
kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor
penyebab dan faktor krluarga dapat dijadikan sebagai faktor
pendukung.

e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubunganya
dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai
problem kehidupan yang merupakan stresor psikososial.
B. Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang ditandai oleh
meningkatnya tekanan darah dalam tubuh. Seseorang yang terjangkit
penyakit ini biasanya berpotensi mengalami penyakit-penyakit lain
seperti stroke, dan penyakit jantung (Rusdi dan Nurlaela, 2009).
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu
gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan
nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap
(Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai
dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya
(Lanny Sustrani, dkk, 2004).
2. Klasifikasi
Beberapa klasifikasi hipertensi:
a. Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7
Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education
Program merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari 46
professionalm sukarelawan, dan agen federal. Mereka
mencanangkan klasifikasi JNC (Joint Committe on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure) pada
tabel 1, yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat
(Sani, 2008).

Tabel 1
Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention,
Detection, Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)

Kategori Kategori Tekanan dan/ Tekanan


Tekanan Darah Tekanan Darah Darah Sistol atau Darah
menurut JNC 7 menurut JNC 6 (mmHg) Diastol
(mmHg)
Normal Optimal < 120 dan < 80
Pra-Hipertensi 120-139 atau 80-89
- Nornal < 130 dan < 85
- Normal-Tinggi 130-139 atau 85-89
Hipertensi: Hipertensi:
Tahap 1 Tahap 1 140-159 atau 90-99
Tahap 2 - ≥ 160 atau ≥ 100
- Tahap 2 160-179 atau 100-109
Tahap 3 ≥ 180 atau ≥ 110
(Sumber: Sani, 2008)
Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang

sebelumnya dipertimbangkan normal ternyata menyebabkan

peningkatan resiko komplikasi kardiovaskuler. Data ini mendorong

pembuatan klasifikasi baru yang disebut pra hipertensi (Sani, 2008).


b. Klasifikasi Menurut WHO (World Health Organization)
WHO dan International Society of Hypertension Working Group
(ISHWG) telah mengelompokkan hipertensi dalam klasifikasi
optimal, normal, normal-tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang,
dan hipertensi berat (Sani, 2008).
Tabel 2
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
Kategori Tekanan Darah Tekanan
Sistol (mmHg) Darah Diatol
(mmHg)
Optimal
Normal < 120 < 80
Normal-Tinggi < 130 < 85
130-139 85-89
Tingkat 1 (Hipertensi Ringan) 140-159 90-99
Sub-group: perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
(Isolated systolic
hypertension)
Sub-group: perbatasan 140-149 <90
(Sumber: Sani, 2008)
Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu

hipertensi Benigna dan hipertensi Maligna. Hipertensi Benigna adalah

keadaan hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya

ditemukan pada saat penderita dicek up. Hipertensi Maligna adalah

keadaan hipertensi yang membahayakan biasanya disertai dengan keadaan

kegawatan yang merupakan akibat komplikasi organ-organ seperti otak,

jantung dan ginjal (Mahalul Azam,2005).

3. Patofisiologi
Aktivitas kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks

adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan

penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,

aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara

mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan

diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler

yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah

(Anggraini, 2008).

Renin

Angiotensin I

Angiotensin I Converting Enzyme (ACE)

Angiotensin II

↑ Sekresi hormone ADH rasa haus Stimulasi sekresi


aldosteron dari korteks
adrenal
Urin sedikit → pekat & ↑osmolaritas
↓ Ekskresi NaCl (garam) dengan
mereabsorpsinya di tubulus ginjal

Mengentalkan

↑ Konsentrasi NaCl
di pembuluh darah
Menarik cairan intraseluler → ekstraseluler

Diencerkan dengan ↑ volume


Volume darah ↑ ekstraseluler

↑ Tekanan darah
↑ Volume darah

↑ Tekanan darah

Gambar 1. Patofisiologi hipertensi.


(Sumber: Rusdi & Nurlaela Isnawati, 2009)
Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem

sirkulasi dilakukan oleh aksi memompa dari jantung (cardiac output/CO)

dan dukungan dari arteri (peripheral resistance/PR). Fungsi kerja masing-

masing penentu tekanan darah ini dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai

faktor yang kompleks. Hipertensi sesungguhnya merupakan abnormalitas

dari faktor-faktor tersebut, yang ditandai dengan peningkatan curah

jantung dan / atau ketahanan periferal. Selengkapnya dapat dilihat pada

bagan.
Gambar 3: Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah
(Sumber: Kaplan, 1998 dalam Sugiharto, 2007)

4. Pengobatan hipertensi
Kelas obat utama yang digunakan untuk mengendalikan tekanan darah
adalah :
a. Diuretik
Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan diuresis.

Pengurangan volume plasma dan Stroke Volume (SV) berhubungan

dengan dieresis dalam penurunan curah jantung (Cardiac Output,

CO) dan tekanan darah pada akhirnya. Penurunan curah jantung yang

utama menyebabkan resitensi perifer. Pada terapi diuretik pada

hipertensi kronik volume cairan ekstraseluler dan volume plasma

hampir kembali kondisi pretreatment.


b. Thiazide
Thiazide adalah golongan yang dipilih untuk menangani hipertensi,

golongan lainnya efektif juga untuk menurunkan tekanan darah.

Penderita dengan fungsi ginjal yang kurang baik Laju Filtrasi

Glomerolus (LFG) diatas 30 mL/menit, thiazide merupakan agen

diuretik yang paling efektif untuk menurunkan tekanan darah.

Dengan menurunnya fungsi ginjal, natrium dan cairan akan


terakumulasi maka diuretik jerat Henle perlu digunakan untuk

mengatasi efek dari peningkatan volume dan natrium tersebut. Hal ini

akan mempengaruhi tekanan darah arteri. Thiazide menurunkan

tekanan darah dengan cara memobilisasi natrium dan air dari dinding

arteriolar yang berperan dalam penurunan resistensi vascular perifer.


c. Diuretik Hemat Kalium
Diuretik Hemat Kalium adalah anti hipertensi yang lemah jika

digunakan tunggal. Efek hipotensi akan terjadi apabila diuretik

dikombinasikan dengan diuretik hemat kalium thiazide atau jerat

Henle. Diuretik hemat kalium dapat mengatasi kekurangan kalium

dan natrium yang disebabkan oleh diuretik lainnya.


d. Antagonis Aldosteron
Antagonis Aldosteron merupakan diuretik hemat kalium juga tetapi

lebih berpotensi sebagai antihipertensi dengan onset aksi yang lama

(hingga 6 minggu dengan spironolakton).


e. Beta Blocker
Mekanisme hipotensi beta bloker tidak diketahui tetapi dapat

melibatkan menurunnya curah jantung melalui kronotropik negatif

dan efek inotropik jantung dan inhibisi pelepasan renin dan ginjal.
f. Atenolol, betaxolol, bisoprolol, dan metoprolol merupakan

kardioselektif pada dosis rendah dan mengikat baik reseptor β 1

daripada reseptor β2. Hasilnya agen tersebut kurang merangsang

bronkhospasmus dan vasokontruksi serta lebih aman dari non selektif

β bloker pada penderita asma, penyakit obstruksi pulmonari kronis

(COPD), diabetes dan penyakit arterial perifer. Kardioselektivitas

merupakan fenomena dosis ketergantungan dan efek akan hilang jika

dosis tinggi.
g. Acebutolol, carteolol, penbutolol, dan pindolol memiliki aktivitas

intrinsik simpatomimetik (ISA) atau sebagian aktivitas agonis

reseptor β.
h. Inhibitor Enzim Pengubah Angiotensin (ACE-inhibitor)
ACE membantu produksi angiotensin II (berperan penting dalam

regulasi tekanan darah arteri). ACE didistribusikan pada beberapa

jaringan dan ada pada beberapa tipe sel yang berbeda tetapi pada

prinsipnya merupakan sel endothelial. Kemudian, tempat utama

produksi angiotensin II adalah pembuluh darah bukan ginjal. Pada

kenyataannya, inhibitor ACE menurunkan tekanan darah pada

penderita dengan aktivitas renin plasma normal, bradikinin, dan

produksi jaringan ACE yang penting dalam hipertensi.


i. Penghambat Reseptor Angiotensin II (ARB)
Angiotensin II digenerasikan oleh jalur renin-angiotensin (termasuk

ACE) dan jalur alternatif yang digunakan untuk enzim lain seperti

chymases. Inhibitor ACE hanya menutup jalur renin-angiotensin,

ARB menahan langsung reseptor angiotensin tipe I, reseptor yang

memperentarai efek angiotensin II. Tidak seperti inhibitor ACE, ARB

tidak mencegah pemecahan bradikinin.


j. Antagonis Kalsium
CCB menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan

menghambat saluran kalsium yang sensitif terhadap tegangan

sehingga mengurangi masuknya kalsium ekstra selluler ke dalam sel.

Relaksasai otot polos vasjular menyebabkan vasodilatasi dan

berhubungan dengan reduksi tekanan darah. Antagonis kanal kalsium

dihidropiridini dapat menyebbakan aktibasi refleks simpatetik dan


semua golongan ini (kecuali amilodipin) memberikan efek inotropik

negative.
Verapamil menurunkan denyut jantung, memperlambat konduksi

nodus AV, dan menghasilkan efek inotropik negative yang dapat

memicu gagal jantung pada penderita lemah jantung yang parah.

Diltiazem menurunkan konduksi AV dan denyut jantung dalam level

yang lebih rendah daripada verapamil.


k. Alpha blocker
Prasozin, Terasozin dan Doxazosin merupakan penghambat reseptor

α1 yang menginhibisi katekolamin pada sel otot polos vascular perifer

yang memberikan efek vasodilatasi. Kelompok ini tidak mengubah

aktivitas reseptor α2 sehingga tidak menimbulkan efek takikardia.


l. VASO-dilator langsung
Hedralazine dan Minokxidil menyebabkan relaksasi langsung otot

polos arteriol. Aktivitasi refleks baroreseptor dapat meningkatkan

aliran simpatetik dari pusat fasomotor, meningkatnya denyut jantung,

curah jantung, dan pelepasan renin. Oleh karena itu efek hipotensi

dari vasodilator langsung berkurang pada penderita yang juga

mendapatkan pengobatan inhibitor simpatetik dan diuretik.


m. Inhibitor Simpatetik Postganglion
Guanethidin dan guanadrel mengosongkan norepinefrin dari terminal

simpatetik postganglionik dan inhibisi pelepasan norepinefrin

terhadap respon stimulasi saraf simpatetik. Hal ini mengurangi curah

jantung dan resistensi vaskular perifer .


n. Agen-agen obat yang beraksi secara sentral
o. VASO-dilator langsung
Pengobatan hipertensi masyarakat dengan menggunakan :
a. Bayam
Bayam merupakan sumber magnesium yang sangat baik. Tidak

hanya melindungi Anda dari penyakit jantung, tetapi juga dapat

mengurangi tekanan darah. Selain itu, kandungan folat dalam

bayam dapat melindungi tubuh dari homosistein yang membuat

bahan kimia berbahaya. Penelitian telah menunjukkan bahwa

tingkat tinggi asam amino (homosistein) dapat menyebabkan

serangan jantung dan stroke.


b. Biji bunga matahari.
Kandungan magnesiumnya sangat tinggi dan biji bunga matahari

mengandung pitosterol, yang dapat mengurangi kadar kolesterol

dalam tubuh. Kolesterol tinggi merupakan pemicu tekanan darah

tinggi, karena dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.

Tapi, pastikan mengonsumsi kuaci segar yang tidak diberi garam.


c. Kacang-kacangan
Kacang-kacangan, seperti kacang tanah, almond, kacang merah

mengandung magnesium dan potasium. Potasium dikenal cukup

efektif menurunkan tekanan darah tinggi.


d. Pisang
Buah ini tidak hanya menawarkan rasa lezat tetapi juga membuat

tekanan darah lebih sehat. Pisang mengandung kalium dan serat

tinggi yang bermanfaat mencegah penyakit jantung. Penelitian juga

menunjukkan bahwa satu pisang sehari cukup untuk membantu

mencegah tekanan darah tinggi.


e. Kedelai
Banyak sekali keuntungan mengonsumsi kacang kedelai bagi

kesehatan. Salah satunya adalah menurunkan kolesterol jahat dan


tekanan darah tinggi. Kandungan isoflavonnya memang sangat

bermanfaat bagi kesehatan.


f. Kentang
Nutrisi dari kentang sering hilang karena cara memasaknya yang

tidak sehat. Padahal kandungan mineral, serat dan potasium pada

kentang sangat tinggi yang sangat baik untuk menstabilkan tekanan

darah.
g. Cokelat pekat (dark chocolate)
Karena kandungan flavonoid dalam cokelat dapat membantu

menurunkan tekanan darah dengan merangsang produksi nitrat

oksida. Nitrat oksida membuat sinyal otot-otot sekitar pembuluh

darah untuk lebih relaks, dan menyebabkan aliran darah

meningkat.
h. Avokad
Asam oleat dalam avokad, dapat membantu mengurangi kolesterol.

Selain itu, kandungan kalium dan asam folat, sangat penting untuk

kesehatan jantung

You might also like