BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
          Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama saat ini, yang
   mendapatkan perhatian serius. Orang yang mengalami depresi umumnya mengalami
   gangguan yang meliputi keadaan emosi, motivasi, fungsional, dan tingkah laku serta
   kognisi bercirikan ketidakberdayaan yang berlebihan (Kaplan et al., 1997). Depresi
   dapat terjadi pada anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Orang yang mengalami
   depresi akan memunculkan emosi-emosi yang negatif seperti rasa sedih, benci, iri,
   putus asa, kecemasan, ketakutan, dendam dan memiliki rasa bersalah yang dapat
   disertai dengan berbagai gejala fisik (Korff and Simon., 1996).
          WHO (2012) menyatakan bahwa depresi berada pada urutan keempat penyakit
   paling sering di dunia. Depresi sering ditemui dalam kasus gangguan jiwa. Pravalensi
   pada wanita diperkirakan 10-25% dan laki-laki 5-12%. Walaupun depresi lebih sering
   pada wanita, bunuh diri lebih sering terjadi pada laki-laki terutama usia muda dan usia
   tua (Nurmiati, 2005). Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia
   sebesar 1,7 per mil. Penderita gangguan jiwa berat paling banyak terdapat di
   Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali dan Jawa Tengah. Proporsi rumah tangga
   yang pernah memasung anggota rumah tangga gangguan jiwa berat sebesar 14,3%
   serta pada kelompok penduduk dengan indeks kepemilikan terbawah sebesar 19,5%.
   Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia sebesar 6%.
   Provinsi dengan prevalensi gangguan emosional paling tinggi adalah Sulawesi
   Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur
   (Depkes RI, 2013).
          Antidepresan adalah obat yang digunakan untuk pengobatan depresi. Kadar
   neurotransmiter terutama norepinefrin dan serotonin dalam otak sangat berpengaruh
   dalam keadaan depresi dan gangguan Sistem Safar Pusat. Rendahnya kadar
   norepinefrin dan serotonin didalam otak yang menyebabkan gangguan depresi, dan
   apabila kadarnya terlalu tinggi menyebabkan mania. Oleh karena itu antidepresan
   adalah obat yang mampu meningkatkan kadar norepinefrin dan serotonin di dalam
   otak (Prayitno, 2008).
          Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai
   dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari susunan saraf
                                          1
   autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang
   sering merupakan satu fungsi emosi. Sedangkan depresi merupakan satu masa
   terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan
   gejala penyertanya termasuk perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
   konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.
   Keadaan dimana individu/kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau
   opini) dan aktivasi system syaraf autonom dalam berespons terhadap ancaman tidak
   jelas, non spesifik (Ashadi, 2008).
          Ansietas bisa dialami siapa saja dari latar belakang sosial, budaya maupun
   ekonomi. Selain itu ansietas dapat menyerang lanjut usia, wanita, pria remaja dan
   dewasa bahkan anak-anak sekalipun. Ansietas adalah perasaan yang dialami ketika
   terlalu mengkhawatirkan kemungkinan peristiwa yang menakutkan yang terjadi di
   masa depan yang tidak bisa dikendalikan jika itu terjadi, dan akan dinilai sebagai
   ‘mengerikan’, atau dapat mengungkapkan bahwa kita adalah orang yang benar-benar
   tidak mampu menata pikiran diri sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
   Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
   berikut:
   1.   Apa yang dimaksud dengan Depresi dan Ansietas ?
   2.   Bagaimana epidemilogi Antideprsei ?
   3.   Bagaimana patofisiologi dan manifestasi klinis dari antidepresi dan ansietas ?
   4.   Bagaimana gejala dan faktor antidepresi dan ansietas ?
   5.   Bagaimana mekanisme kerja dari antidepresi dan ansietas ?
   6.   Apa saja obat yang digunakan untuk antidepresi dan ansietas ?
1.3 Tujuan
   Dapat memahami dan memepelajari tentang Obat Gangguan Kejiwaan: Depresi,
   Ansietas secara keseluruhan.
1.4 Manfaat Penulisan
   Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca dan juga menambah
   ilmu pengetahuan mengenai Obat Gangguan Kejiwaan: Depresi, Ansietas.
                                          2
                                        BAB II
                                  PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
          Depresi adalah gangguan psikiatri yang menonjolkan mood sebagai
   masalahnya, dengan berbagai gambaran klinis yakni gangguan episode depresif,
   gangguan distimik, gangguan depresif mayor dan gangguan depresif unipolar serta
   bipolar (Depkes, 2007).
   Depresi adalah gangguan heterogen yang mempunyai tanda dan klasifikasi. Depresi
   digolongkan menjadi 3 kelompok berdasarkan asal, yaitu:
   a. Reaktif atau sekunder
         Paling banyak terjadi diatas 60%. Tanda-tanda diagnostik yaitu sedih
          (melawan kehidupan), penyakit fisik seperti infark miokard dan kanker, dan
          penyakit psikiatrik lain.
   b. Depresi mayor atau endogen
         Terdapat pada kira- kira 25% depresi, merupakan gangguan biokimia
          berdasarkan genetic dengan tanda tidak mampu menghadapi stres biasa.
          Bersifat acuh pada perubahan kehidupan (otonom), dan dapat terjadi pada
          semua umur karena lebih tergantung pada faktor biologik.
   c. Afektif bipolar (manic-depresi)
         10-15% dari selluruh depresi, dicirikan dengan episode mania.
      Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi.
   Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin
   memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi
   yang mengancam tersebut terjadi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai
   stimulus ansietas (Corner, 1992). Ansietas merupakan alat peringatan internal yang
   memberikan tanda bahaya kepada individu.
      Menurut Peplau (dalam, Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan yang
   dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
   1. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
      membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu
      individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir,
      bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri.
                                          3
   2. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang
       benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi.
   3. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan
       respons takut dan distress.
   4. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya
       kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.
2.2 Epidemiologi
          Gangguan depresi dapat terjadi pada semua umur dengan riwayat keluarga
   mengalami gangguan depresi, biasanya dimulai pada usia 15 dan 30 tahun. Usia
   paling awal dikatakan 5-6 tahun sampai 50 tahun dengan rerata pada usia 30 tahun.
   Gangguan depresif berat rata-rata dimulai pada usia 40 tahun.
          Epidemiologi ini tidak tergantung ras dan tak ada korelasinya dengan
   sosioekonomi. Perempuan juga dapat mengalami depresi pasca melahirkan anak.
   Beberapa orang mengalami gangguan depresif musiman, di negara barat biasanya
   pada musim dingin. Gangguan depresif ada yang merupakan bagian gangguan bipolar
   (dua kutub: kutub yang satu gangguan depresif, kutub lainnya mania).
          Gangguan depresif berat adalah suatu gangguan dengan prevalensi seumur
   hidup kira-kira 15%, pada perempuan mungkin sampai 25%. Perempuan mempunyai
   kecenderungan dua kali lebih besar mengalami gangguan depresif daripada lakilaki
   karena masalah hormonal, dampak melahirkan, stressor dan pola perilaku yang
   dipelajari. Gangguan depresif sangat umum terjadi, setiap tahun lebih dari 17 juta
   orang Amerika mengalaminya (Depkes, 2007).
2.3 Patofisiologi dan Manifestasi Klinis
   Patofisiologi Depresi
          Depresi    dapat    disebabkan       oleh   penurunan   jumlah   neurotransmiter
   norepineprin (NE), serotonin (5-HT) dan dopamin (DA) dalam otak (Dipiro et al,
   2008). Ketidakseimbangan kimiawi otak yang bertugas menjadi penerus komunikasi
   antar serabut saraf membuat tubuh menerima komunikasi secara salah dalam pikiran,
   perasaan, dan perilaku. Oleh karena itu pada terapi farmakologik maka terapinya
   adalah memperbaiki kerja neurotransmitter norepinefrin, serotonin dan dopamin.
   Berbagai faktor psikologik memainkan peran terjadinya gangguan depresif.
   Kebanyakan gangguan depresif karena faktor psikologik terjadi pada gangguan
   depresif ringan dan sedang, terutama gangguan depresif reaktif. Gangguan depresif
                                           4
   reaktif biasanya didiagnosis sebagai gangguan penyesuaian diri selama masa
   pengobatan (Depkes, 2007) .
   Manifestasi Ansietas
          Gambaran klinis bervariasi, namun dapat berkembang menjadi gejala-gejala
   panik, histeria, fobia, somatisasi, hipokondriasis, dan obsesif kompulsif. Diagnosis
   gangguan ansietas ditegakkan apabila dijumpai gejala-gejala antara lain keluhan
   cemas, khawatir, was-was, ragu untuk bertindak, perasaan takut yang berlebihan,
   gelisah, takut mati, takut menjadi gila, yang mana perasaan-perasaan tersebut
   mempengaruhi hampir diseluruh aspek kehidupannya, sehingga fungsi pertimbangan
   akal sehat, perasaan dan perilaku terpengaruh.
2.4 Gejala dan Faktor
   Gejala Depresi
          Depkes (2007) menyatakan bahwa gejala gangguan depresif berbeda-beda dari
   satu orang ke orang lainnya, dipengaruhi juga oleh beratnya gejala. Gangguan
   depresif mempengaruhi pola pikir, perasaan, dan perilaku seseorang serta kesehatan
   fisiknya. Gangguan depresif tidak mempunyai simptom fisik yang sama dan pasti
   pada satu orang dan bervariasi dari satu orang ke orang lain. Keluhan yang banyak
   ditampilkan adalah sakit, nyeri bagian atau seluruh tubuh, keluhan pada sistem
   pencernaan. Kebanyakan gejala dikarenakan penderita mengalami stres yang besar,
   kekuatiran dan kecemasan terkait dengan gangguan depresifnya. Simptom dapat
   digolongkan dalam kelompok terkait perubahan dalam cara pikir, perasaan, dan
   perilaku.
          Gejala fisik yang biasanya muncul adalah kelelahan, nyeri (terutama
   sakitkepala), gangguan tidur (sulit tidur, terbangun di malam hari), gangguan nafsu
   makan, keluhan pada sistem pencernaan, keluhan pada sistem kardiovaskuler
   (terutama palpilasi) dan hilangnya gairah seksual (Teter et al., 2007). Menurut
   Sukandar et al (2009) gejala intelektual atau kognitif, meliputi : penurunan
   kemampuan untuk konsentrasi, ingatan yang lemah terhadap kejadian yang baru
   terjadi, kebingungan, dan ketidakyakinan. Gejala psikomotorik yang biasanya muncul
   yaitu retardasi psikomotorik (perlambatan gerakan fisik, proses berpikir, dan bicara)
   atau agitasi psikomotor.
                                         5
   Gejala Ansietas
          Ansietas dan gangguannya dapat menampilkan diri dalam berbagai tanda dan
   gejala fisik dan psikologik seperti gemetar, renjatan, rasa goyah, nyeri punggung dan
   kepala, ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas
   autonomik seperti wajah merah dan pucat, takikardi, palpitasi, berkeringat, tangan
   rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing. Rasa takut, sulit konsentrasi,
   insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan
   sebagainya (Ashadi, 2008).
   Faktor Ansietas
          Ada beberapa penyebab ansietas, yang pertama adalah faktor biologis,
   termasuk faktor genetik, dan yang kedua adalah faktor psiko-sosial. Faktor biologis
   misalnya karena sakit, pengaruh hormonal atau depresi pasca-melahirkan. Sedangkan
   faktor psiko-sosial misalnya konflik pribadi atau interpersonal, masalah eksistensi
   atau masalah keluarga. Ansietas berupa gangguan perasaan cemas berlebih sering
   dianggap sebagai masalah pribadi dan bukan sebagai penyakit.
1) Faktor Pikiran
   Orang yang selalu berfikir apa yang buruk nanti, padahal itu belum tentu dan bahkan
   biasanya tidak akan terjadi namun mereka mengurung diri mereka di bawah pengaruh
   ansietas atau kecemasan. ‘Dari pendekatan sosial, ansietas dapat disebabkan karena
   frustasi, konflik, tekanan, krisis, ketakutan yang terus menerus yang disebabkan oleh
   kesusahan dan kegagalan yang bertubi-tubi, adanya kecenderungan-kecenderungan
   harga diri yang terhalang, represi terhadap macam-macam masalah emosional, akan
   tetapi tidak bisa berlangsung secara sempurna(incomplete repress), atau dorongan-
   dorongan seksual yang tidak mendapat kepuasan dan terhambat, sehingga
   mengakibatkan banyak konflik batin’ (Fatimah, 2009).
2) Faktor TFR
   Tidak semua ansietas yang mungkin dialami muncul dari pikiran yang buruk
   mengenai kemungkinan kelemahan-kelemahan pribadi atau kegagalan-kegagalan
   yang terungkap secara luas. Namun bisa saja terjadi TFR atau Toleransi Frustasi yang
   Rendah. Ide dasar dari TFR adalah sebagai berikut: ‘Hidup harus gampang dan
   berjalan sesuai dengan yang saya inginkan tanpa terlalu banyak kesulitan atau
   kekesalan; dan jika itu tidak terjadi, adalah mengerikan dan saya tidak tahan’.
   (Fatimah, 2009).
                                         6
3) Faktor Lingkungan
   Seorang anak      yang ibunya menderita ansietas maka anaknya                  cenderung
   meengalaminya pula, karena sang anak dapat mengenali dan merasakan apa yang
   dialami oleh sang ibu dan tentunya mempengarahi prilaku dan cara berpikir anak
   tersebut (Fatimah, 2009).
4) Faktor Biologis
   Faktor biologis ansietas merupakan akibat dari reaksi syaraf otonom yang berlebihan
   (tonus syaraf simpatis meningkat) dan terjadi pelepasan katekholamine., sebagai
   contoh PMS atau Pre Menstrual Syndrome, disamping dapat terjadi gangguan fisik
   ternyata PMS juga dapat memunculkan ansietas, berupa gangguan mental seperti
   mudah tersinggung dan sensitif (Fatimah, 2009). Dari pendekatan sosial, ansietas
   dapat disebabkan karena frustasi, konflik, tekanan atau krisis (Hidayat, 2007).
5) Faktor Psikologis
   Sedangkan dari aspek psikoanalisis, ansietas dapat terjadi akibat impuls-impuls bawah
   sadar (seks, agresi, dan ancaman) yang masuk ke alam sadar, atau mekanisme
   pertahanan jiwa yang tidak sepenuhnya berhasil, dapat menimbulkan ansietas yakni
   reaksi fobia (Fatimah, 2009).
6) Faktor Penyakit
   Ansietas juga timbul sebagai efek sekunder dari suatu penyakit, misalnya pasien yang
   menderita penyakit kanker ternyata juga sering menderita gangguan psikis seperti
   depresi, ansietas dan gangguan lainnya, ketakutan pasien akan penyakit yang
   dideritanya atau pun kesakitan fisik yang dialaminya dari suatu penyakit itulah yang
   menjadi penyebab timbulnya ansietas (Fatimah, 2009).
7) Faktor Penyalahgunaan Obat
   Penyalahgunaan atau penggunaan obat/zat tertentu yang berlebihan juga merupakan
   salah satu penyebab utama ansietas. ”Seperti alkoholisme, intoksikasi kafein,
   hipertiroidisme, dan feokromositoma harus disingkirkan dalam mengatasi gejala
   ansietas ini” (Brust, 2007). Karena sebagian besar orang akan berlari ke hal-hal tadi
   untuk menghadapi ansietas yang timbul pada dirinya. Beberapa zat yang dapat
   menyebabkan ansietas anatara lain :
          a. Anti kompulsan (Carbamazepine, ethosuximide)
          b. Antihistamin
          c.   Antimicrobials (Cephalosporins, ofloxacin, aciclovir, isoniazid)
          d.   Bronchodilators (Theophyllines)
                                          7
          e.   Digitalis (pada level toksik)
          f. Oestrogen
          g. Levodopa
          h. Corticosteroids
          i. Tiroksin
          j.   Non-steroidal anti-inflammatory drugs(Indomethacin) (Fatimah, 2009).
8) Faktor Keturunan
   Ansietas juga dapat disebabkan karena adanya pengaruh faktor genetik dari keluarga.
   Penelitian telah melaporkan bahwa duapertiga sampai tigaperempat pasien yang
   terkena ansietas memiliki sekurang-kurangnya satu sanak saudara derajat pertama
   dengan ansietas spesifik tipe spesifik yang sama (Brust, 2007).
2.5 Mekanisme kerja
   Mekanisem Kerja Antidepresi
   Menghambat ambilan neurotransmiter, obat antidepresan salah satunya adalah
   trisiklik menghambat ambilan norepinefrin dan serotonin neuron masuk ke terminal
   saraf pra sinaps, dengan menghambat jalan utama pengeluaran neurotransmiter ,
   antidepresan akan meningkatkan konsentrasi monoamin dalam celah sinaps,
   menimbulkan efek antidepresan.
   Mekanisme Kerja Ansietas
   Mekanisme kerja benzodiazepin merupakan potensial ihibisi neuron dengan GABA
   sebagai mediatornya. Efek farmakodinamik derivat benzodiazepin lebih luas daripada
   efek meprobamat. klordiazepoksid tidak saja bekerja sentral tetapi juga perifer pada
   susunan saraf kolinergik, adrenergik dan triptaminergik. Klordiazepoksid lebih
   berguna untuk mengatasi sifat agresif hewan coba daripada pentobarbital,
   meprobamat dan CPZ. Berbeda dengan CPZ, klordiazepoksid dan diazepam bersifat
   non selektif dalam menghambat respons terkondisi.
2.6 Farmakokinetik dan Farmakodinamik
   Antidepresi
   a. Farmakokinetik
         Trisiklik
                                           8
       Diabsorbsi sempurna dan mengalami metabolism first-pass yang besar, terikat
       pada protein dan kelarutan pada lipid tinggi, sehingga distribusi volume
       menjadi sangat besar. Trisiklik dimetabolisme melalui dua cara yaitu
       transformasi inti trisiklik dan perubahan pada rantai samping alifatik.
      Heterosiklik
       Obat heterosiklik memiliki bioavailabilitas yang beragam, ikatan protein
       tinggi, volume distribusi bermacam-macam dan besar, dan banyak metabolit
       aktif. Namun secara umum, farmakokinetik obat ini sama dengan trisiklik.
      Inhibitor Reuptake serotonin selektif (SSRIs)
       Fluoksetin diabsorbsi dengan baik, konsentrasi puncak plasma diperoleh
       dalam 4-8 jam. Meiliki waktu paruh 7-9 hari dalam keadaan biasa. Fluoksetin
       menghambat berbagai enzim metabolik obat, sehingga terjadi interaksi obat-
       obat dengan antidepresan dan dengan obat lain.
      Penghambat MAO
       Mudah diabsorbsi dari saluran cerna. Pengaruh MAO masih tetap ada
       walaupun inhibitor MAO sudah tidak ditemui lagi pada plasma. Efek obat
       berlangsung selama 7 sampai dengan 2 atau 3 minggu. (Katzung, 2008)
b. Farmakodinamik
      Trisiklik menghambat pompa reuptake amin (norepinefrin atau serotonin),
       yaitu “off switches” neurotransmisi amin. Sehingga neurotransmitter lebih
       lama berada pada reseptor.
      Penghambat MAO menutup jalan degradasi utama untuk neurotransmitter
       amin, sehingga amin lebih banyak menumpuk pada simpanan presinaptik dan
       bertambah pula untuk dilepaskan. Simpatomimetik serupa amfetamin juga
       menghambat pompa amin.
Ansietas
a. Farmakokinetik
      Absorbsi : Benzodiazepin diabsorpsi secara sempurna kecuali klorazepat
       (klorazepat baru diabsorpsi sempurna setelah didekarboksilasi dalam cairan
       lambung menjadi N-desmetil diazepam (nordazepam).
      Distribusi : Benzodiazepin dan metabolitnya terikat pada protein plasma
       (albumin) dengan kekuatan berkisar dari 70% (alprazolam) hingga 99%
       (diazepam) bergantung dengan sifat lipofiliknya. Kadar pada CSF sama
                                       9
               dengan kadar obat bebas dalam plasma. Vd (volume of distribution)
               benzodiazepin besar. Pada pemberian IV atau per oral, ambilan benzodiazepin
               ke otak dan organ dengan perfusi tinggi lainnya sangat cepat dibandingkan
               pada organ dengan perfusi rendah (seperti otot dan lemak).
              Metabolisme : Metabolisme benzodiazepin di hati melalui kelompok enzim
               CYP3A4 dan CYP2C19. Yang menghambat CYP3A4 a.l. eritromisin,
               klaritromisin, ritonavir, itrakonazol, ketokonazol, nefazodon dan sari buah
               grapefruit. Benzodiazepin tertentu seperti oksazepam langsung dikonjugasi
               tanpa   dimetabolisme    sitokrom    P.   Secara   garis   besar,   metabolisme
               benzodiazepin terbagi dalam tiga tahap: desalkilasi, hidroksilasi, dan
               konjugasi (Gunawan,2009)
              Ekskresi : Ekskresi metabolit benzodiazepin bersifat larut air melalui ginjal.
       b. Farmakodinamik
           Klordiazepoksid dan diazepasid merupakan prototip derivat benzodiazepin yang
           digunakan secara meluas sebagai antiansietas.
   2.7 Obat
       Antidepresan
   o Golongan Trisiklik : Impramin, Amitriptilin
   o Golongan Heterosiklik : Amoksapin, Maprotilin, Trazodon, Bupropion, Venlaksin,
       Mitrazapin, Nefazodon
   o Golongan SSRI ( Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor ) : Fluoksetin, Paroksetin,
       Setralin, Fluvoksamin, Sitalopram
   o Penghambat MOA : Isokarboksazid, Fenelzin
   o Golongan Serotonin Norephinephrin Re-uptake Inhibitor (SNRI) : Venlafaksin
Golongan            Obat                Sediaan                           Dosis
Trisiklik (TCA)     Amitriptilin        Tablet 25 mg                      75-150 mg/hari
                                                                          75-150 /hari
                    Imipramin           Tablet 25 mg
SSRI                Sentralin           Tablet 50 mg                      50-150 mg/hari
                    Fluvoxamin          Tablet 50 mg                      50-100 mg/hari
                                              10
                   Fluoxetin           Kapsul 20 mg, Kaplet 20 mg           20-40 mg/hari
                                       Tablet 20 mg
                   Paroxetin                                                20-40 g/hari
MAOI               Moclobemide         Tablet 150 mg                        300-600 mg/
                                                                            hari
Atypical           Mianserin           Tablet 10, 30 mg                     30-60 mg/hari
                   Trazodon            Tablet 50 mg, 100 mg                 75-150 mg/hari
                                                                            dosis terbagi
                                                                            75-150 mg/hari
                   Maprotilin          Tab 10, 25, 50, 75 mg
                                                                            dosis terbagi
   a. Indikasi
       Obat antidepresan ditujukan kepada penderita depresi dan kadang berguna juga pada
       penderita ansietas fobia, obsesif-kompulsif, dan mencegah kekambuhan depresi.
   b. Kontraindikasi
       • Penyakit jantung koroner
       • Glaucoma, retensi urin, hipertensi prostat, gangguan fungsi hati, epilepsi
   c. Efek Samping
   Trisklik dan MAOI : antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur,
   konstipasi, sinus takikardi) dan antiadrenergik (hipotensi).
   SSRI : nausea, sakit kepala
   MAOI : interaksi tiramin (Kee, Joyce L. 1996)
   Ansietas
   a. Golongan benzodiazepin : diazepam, alprazolam, klordiazepoksid, klonazepam,
       klorazepat, Lorazepam.
   b. Golongan lain : buspiron, zolpidem
Obat                Golongan                Sediaan                 Dosis
Diazepam            Benzodiazepin           Tablet 2- 5 mg          Peroral 10-
                                              11
                                                                30mg/hr, 2-3x/hari
                                                                Paenteral IV/IM
                                                                2-10 mg/kali,
                                                                setiap 3-4 jam
Klordiazepoksoid Benzodiazepin            Tablet 5 mg           15-30 mg/hari
                                          Kaplet 5 mg           2-3 x/sehari
Lorazepam           Benzodiazepin         Tablet 0,5-2 mg       2-3 x 1 mg/hari
Clobazam            Benzodiazepin         Tablet 10 mg          2-3 x 10 mg/hari
Brumazepin          Benzodiazepin         Tablet 1,5-3-6        3 x 1,5 mg/hari
                                          mg
Oksazolom           Benzodiazepin         Tablet 10 mg          2-3 x 10 mg/hari
Klorazepat          Benzodiazepin         Kapsul 5-10mg         2-3 x 5 mg/hari
Alprazolam          Benzodiazepin         Tablet 25-0,5-1 mg    3 x 0,25-0,5
                                                                mg/hari
Prazepam            Benzodiazepin         Tablet 5 mg           2-3 x 5 mg/hari
Sulpirid            Non-Benzodiazepin     Kapsul 50 mg          100-200 mg/hari
Buspiron            Non-Benzodiazepin     Tablet 10 mg          15-30 mg/hari
   Indikasi : derivat benzodiazepin digunakan untuk meninggalkan sedasi, menghilangkan
   rasa cemas, hipnotik, antikonvulsi, pelumas otot dan induksi anestesi umum.
                                            12
Kontraindikasi :
 Pasien dengan hipersensitif terhadap benzodiazepin, glaukoma, miastenia gravis,
    insufisiensi paru kronik, penyakit ginjal dan penyakit hati kronik.
 Pada pasien usia lanjut dan anak dapat terjadi reaksi yang berlawanan (paradoxal
    reaction) berupa kegelisahan, iritabilitas, disinhibisi, spasitas atau meningkat dan
    gangguan tidur.
 Ketergantungan relatif sering terjadi pada individu dengan riwayat peminum alkohol,
    penyalagunaan obat atau unstable personalities. Untuk mengurangi resiko
    ketergantungan obat, maksimum lama pemberian 3 bulan dalam rentang dosis
    terapeutik.
Efek samping :
   Sedasi ( rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerka psikomotor menurun,
    kemampuan kognitif melemah)
   Relaksasi otot ( rasa lemas, cepat lelah dan lain-lain)
   Potensi menimbulkan ketergantungan lebih rendah dari narkotika
    Potensi ketergantungan obat disebabkan oleh efek obat yang masih dapat
    dipertahankan setelah dosis terakhir berlangsung sangat singkat.
   Penghentian obat secara mendadak, akan menimbulkan gejala putus obat, pasien
    menjadi iritabel, bingung, gelisah, insomania, tremor, palpitasi, keringat dingin,
    konvulsi (Gan Sulistia. 1981)
                                            13
                                           BAB III
                                        PENUTUP
3.1 Kesimpulan
               Depresi adalah gangguan psikiatri yang menonjolkan mood sebagai
      masalahnya, dengan berbagai gambaran klinis yakni gangguan episode depresif,
      gangguan distimik, gangguan depresif mayor dan gangguan depresif unipolar serta
      bipolar (Depkes, 2007).
      Depresi adalah gangguan heterogen yang mempunyai tanda dan klasifikasi. Depresi
      digolongkan menjadi 3 kelompok berdasarkan asal, yaitu:
      d. Reaktif atau sekunder
      e. Depresi mayor atau endogen
      f. Afektif bipolar (manic-depresi)
            Kecemasan atau ansietas adalah reaksi emosional terhadap penilaian individu
      yang subjektif,yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan tidak diketahui secara
      khusus penyebabnya.
            Kecemasan atau ansietas adalah istilah yang sangat akrab dengan kehidupan
      sehari-hari yang menggambarkan keadaan khawatir,gelisah yang tidak
      menentu,takut,tidak tenteram,kadang-kadang disertai berbagai keluhan fisik.
      Beberapa teori membagi ansietas menjadi empat tingkat :
      a.    Ansietas ringan
      b.    Ansietas sedang
      c.    Ansietas berat
      d.    Panik
      Rentang respon ansietas atau kecemasan berfluktuasi antara respon adaptif dan
      maladptif
3.2 Saran
      Diharapkan makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran dan
   semoga bisa menambah ilmu pengetahuan mengenai Obat Gangguan Kejiwaan : Depresi
   Ansietas.
                                             14
                                 DAFTAR PUSTAKA
Gan Sulistia. 1981. Farmakologi dan Terapi Edisi 2. Bagian Farmakologi FKUI : Jakarta
Gunawan, Sulistia Gan.2009. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Balai Penerbit FKUI: Jakarta
Katzung, BG. 2008. Farmakologi dasar & Klinik / Bertram G ; alih bahasa, Staf Dosen
      Farmakologi Fakultas Kedokteran UNSRI ; editor, H. Azwar Agoes. – Ed.6.- Jakarta :
      EGC
Kee, Joyce L. 1996. Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. EGC :
Suliswati, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
                                           15