0% found this document useful (0 votes)
24 views69 pages

Bab I

Dokumen ini membahas tentang Angka Kematian Ibu (AKI) yang masih tinggi di Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, termasuk kurangnya pengetahuan tentang mobilisasi dini pasca-seksio sesarea. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan asuhan pada ibu nifas dengan menerapkan manajemen yang tepat dan memberikan edukasi tentang mobilisasi dini. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi institusi pendidikan dan klien dalam meningkatkan kesehatan ibu pasca persalinan.

Uploaded by

ketrin
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
24 views69 pages

Bab I

Dokumen ini membahas tentang Angka Kematian Ibu (AKI) yang masih tinggi di Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, termasuk kurangnya pengetahuan tentang mobilisasi dini pasca-seksio sesarea. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan asuhan pada ibu nifas dengan menerapkan manajemen yang tepat dan memberikan edukasi tentang mobilisasi dini. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi institusi pendidikan dan klien dalam meningkatkan kesehatan ibu pasca persalinan.

Uploaded by

ketrin
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 69

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO angka kematian ibu di tahun 2011, sebanyak 81%

diakibatkan karena komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan nifas

(Nurahmah, 2010). World Health Organization (WHO) tahun 2014 Angka

Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa. Beberapa negara memiliki AKI

cukup tinggi seperti Afrika Sub-Saharan 179.000 jiwa, Asia Selatan 69.000 jiwa,

dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di negara-negara Asia

Tenggara yaitu Indonesia 190 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 49 per

100.000 kelahiran hidup, Thailand 26 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 27 per

100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 29 per 100.000 kelahiran hidup (WHO,

2014).

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat

derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu

target yang telah ditentukan dalam tujuan nomor 3 SDGs yaitu menjamin

kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala

usia. Salah satu target SDGs di sektor kesehatan yaitu mengurangi rasio angka

kematian ibu hingga kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030

(SDGs Indonesia, 2016).

Hasil SDKI 2012 Angka Kematian Ibu (AKI) mengalami kenaikan 359%

per 100.000 kelahiran hidup. Kejadian kematian ibu paling banyak pada masa
nifas adalah perdarahan (atonia uteri) (30%), eklampsi (25%) dan infeksi (12%).

Salah satu penyebabnya yaitu kurangnya pengetahuan ibu nifas yang

mempengaruhi sikap dan ketepatan dalam kunjungan nifas. Masa nifas tidak akan

menakutkan, kalau saja para ibu yang sedang mengalami masa nifas

meningkatkan sikap dan meningkatkan kunjungan nifas.

Di Indonesia masalah kematian ibu masih merupakan masalah utama

dalam bidang kesehatan sampai saat ini, AKI di Indonesia masih sangat tinggi

yaitu 228 per 100.000 kelahiran (Lalage, 2013).

Menurut penelitian Kanti Winarsih hasil penelitian diperoleh jumlah

pasien seksio terbesar adalah yang berusia 25-36 tahun (58,14%) dengan latar

belakang pendidikan pasien mayoritas SLTA (59,88 %), mayoritas melakukan

mobilisasi dini setelah 4-12 jam pertama yaitu 68,1 % hal ini didukung data

bahwa 98,9 % menyatakan skala nyeri pada skala sedang dan berat dan 72,1 %

merupakan pengalaman seksio sesarea yang pertama.

Menurut penelitian Clara dan Siti Saidah (2012) tentang pengetahuan,

sikap dan pelaksanaan mobilisasi dini ibu paska persalinan dengan seksio sesarea

tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap terhadap

pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu pascapersalinan dengan seksio sesarea.

Peneliti merekomendasi untuk penelitian selanjutnya dipandang perlu meneliti

faktor lain yang mempengaruhi pelaksaan mobilisasi dini, misalnya pengalaman,

pendidikan, motivasi, dan intensitas nyeri. Sedangkan faktor pengetahun klien


tentang mobilisasi dini dengan pelaksanaan mobilisasi dini klien post seksio

sesrea pada penelitian ini diperoleh hasil hubungan yang tidak bermakna.

Penelitian ini juga sesuai dengan hasil study Grace, dkk (2010) pada

penelitiannnya tentang pengetahuan, sikap dan pelaksanaan mobilisasi dini pada

pasien seksio sesarea dengan uji korelasi spearman diperoleh bahwa hubungan

pengetahuan mengenai mobilisasi dini dan pelaksanaan mobilisasi dini dengan

nilai p = 576 (p>0,05), r = 0,099. Peneliti mengambil kesimpulan bahwa tidak ada

hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap terhadap pelaksanaan

mobilisasi dini pada ibu pasca persalinan dengan seksio sesarea.

Pada penelitian tahun 2016 di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pasien

Sectio Cesarea berjumlah 197 orang dan persalinan pervaginam 77 orang

sehingga pada pasien sectio cesarea masih terdapat ibu nifas sectio cesarea yang

memiliki tingkat nyeri pada saat melakukan mobilsasi dini.

Mobilisasi dini merupakan suatu kemampuan individu untuk bergerak

secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan

aktivitas guna memepertahankan kesehatannya (Aisyah, 2014). Salah satu konsep

dasar perawatan pada masa nifas atau masa pasca persalinan setelah SC adalah

mobilisasi dini (Ambarwati & Wulandari, 2010). Dalam membantu jalannya

penyembuhan ibu post SC, disarankan unntuk melakukan mobilisasi dini. Tetapi,

pada ibu yang mengalami operasi SC rasanya sulit untuk melakukan mobilisasi

karena ibu mersa letih dan sakit. Salah satu penyebabnya adalah ketidaktahuuan

pasien mengenai mobilisasi dini. (Hamidah, 2010).


Salah satu perawatan ibu post seksio sesarea adalah mobilisasi bertahap.

Pada masa nifas dini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Mobilisasi

dini dilakukan secara bertahap di rumah sakit dan akhirnya ibu dapat melakukan

mobilisasi jalan secara bertahap di dalam rumah, luar rumah, dan sampai ibu

benar- benar mampu memenuhi kebutuhan bayi (Saleha, 2009). Mobilisasi

bertahap dapat mengurangi bendungan lochea dalam rahim, meningkatkan

peredaran darah sekitar alat kelamin, mempercepat pemulihan alat kelamin seperti

keadaan semula (Admin, 2009). Dalam membantu jalannya penyembuhan ibu

post seksio sesarea, disarankan untuk melakukan mobilisasi bertahap. Selain itu,

manfaat pemberian pendidikan kesehatan tentang perawatan luka post operasi

seksio sesarea memerlukan pemenuhan asupan gizi yang seimbang untuk

mencegah infeksi yaitu yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung

vitamin A dan C yang dapat diperoleh dari sayur-sayuran, buah-buahan

(Surininah, 2009).

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2017 menjadi salah satu

tempat lahan praktek penulis prodi D-III Kebidanan STIKes santa Elisabeth

Medan dan setelah melakukan penelitian masih ada ibu nifas sectio cesarea yang

belum melakukan mobilisasi dini dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu tentang

mobilisasi dini dan sulit melakukan mobilisasi karena ibu merasa sakit sehingga

ibu nifas sectio cesarea disarankan melakukan mobilisasi bertahap sehingga dapat

mengurangi bendungan lochea dalam rahim, meningkatkan peredaran darah

sekitar alat kelamin, dan mempercepat pemulihan alat kelamin seperti keadaan
semula. Sehingga penulis tertarik melakukan penelitian pada ibu nifas sectio

cesarea dengan mobilisasi dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melakukan asuhan pada ibu nifas dengan menerapkan manajemen 7

langkah varney dan SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian terhadap ibu nifas sectio cesarea pada Ny.

H dengan mobilisasi dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun

2017.

b. Mampu menegakkan diagnosa secara tepat pada ibu nifas sectio cesarea

pada Ny. H dengan mobilisasi dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Tahun 2017.

c. Mampu melakukan antisipasi masalah yang mungkin terjadi pada ibu nifas

sectio cesarea pada Ny. H dengan mobilisasi dini di Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan Tahun 2017.

d. Mampu menentukan tindakan segera jika dibutuhkan ibu nifas sectio

cesarea Ny. H dengan mobilisasi dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan Tahun 2017.

e. Mampu melakukan perencanaaan pada ibu nifas sectio cesarea pada Ny. H

dengan mobilisasi dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun

2017.
f. Mampu melakukan pelaksanaan tindakan pada ibu nifas sectio cesarea Ny.

H dengan mobilsasi dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun

2017.

g. Mampu mengevaluasi tindakan yang diberikan pada ibu nifas sectoi

cesarea pada Ny. H dengan mobilisasi dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan Tahun 2017.

h. Mahasiswa mampu mendokumentasikan semua hasil pada asuhan ibu nifas

sectio cesarea pada Ny. H dengan mobilisasi dini di Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan Tahun 2017.

C. Manfaat Penulis

1. Teoritis

Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta dapat

mengaplikasikan ilmu tentang Asuhan Pada Ibu Nifas dengan Mobilisasi Dini.

2. Praktis

a. Institusi Program Studi D III Kebidanan STIKes Santa Elisabeth Medan

1. Sebagai bahan bacaan, masukan informasi yang dapat dipakai sebagai

bahan peneliti, bahan ajar untuk meningkatkan pendidikan kebidanan.

2. Dapat mengevaluasi sejauh mana mahasiswa menguasai asuhan

kebidanan pada ibu nifas.

3. Menambah wawasan bagi mahasiswa D-III Kebidanana khususnya yang

berkaitan dengan asuhan kebidanan ibu nifas.

b. Institusi Program Studi D-III Kebidanan


Menambah pengetahuan, pengalaman dan mampu menerapkan ilmu

pendidikan yang diperoleh mahasiswa di bangku kuliah dalam pelaksanaan

Kasus Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Sectio Cesarea dengan

Mobilisasi Dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2017.

c. Klien

Sebagai bahan informasi bagi klien bahwa diperlukan perhatian dan

pemeriksaan pemantauan kesehatan pelayanan asuhan kebidanan yang

sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Nifas

1. Pengertian

Masa Nifas adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa Nifas atau

puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6

minggu (42 hari) setelah itu (Vivian Nanny Lia Dewi & Tri Sunarsih 2012)

2. Tujuan

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologi bagi ibu dan bayi

2. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas untuk menhindarkan atau

mendeteksi adanya kemungkinan pendarahan postpartum dan infeksi

3. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya

4. Memberikan pendidikan kesahatan diri tentang perawatan diri, nutrisi KB,

menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, dan perawatan bayi sehat

5. Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan payudara dengan

menjaga payudara tetap bersih dan kering, menggunakan bra yang

menyokong payudara, apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI

yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui, dan

lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadinya bendungan ASI


3. Tahapan Masa Nifas

Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut :

1. Puerperium dini

Yaitu kepulihan di mana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta

menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.

2. Puerperium intermediate

Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalian yang lamanya

sekitar 6-8 minggu.

3. Puerperium remote

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila

ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.

4. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas

1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai

dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologi

selama masa nifas

2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga

3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman

4. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan


5. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah

perdarahan, mengenal tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta

mempraktikkan kebersihan yang aman.

6. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,

menetapkan diagnosis dan rencana tindakan juga melaksanakannya untuk

mempercepat proses pemulihan, serta menjaga komplikasi dengan

memenuhi kebtuhan ibu dan bayi selama periode nifas.

7. Memberikan asuhan secara profesional

5. Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas

Perubahan menjadi orang tua khususnya menjadi seorang ibu tidaklah

selalu merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi setiap wanita atau pasangan

suami istri.Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi

akitivitas dan peran sebagi seorang ibu.Sebagia wanita berhasil menyesuaikan diri

dan mengalami ganggaun psikologis dengan berbagai gejala atau synndrom yang

oleh para peneliti dan klinisi disebut post partum blues.

Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan,ibu mengalami fase-fase

sebagai berikut.

1. Fase taking in

Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari

pertama sampai hari kedua setelah melahirkan.Pada saat itu fokus perhatian ibu

terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan berulang kali
diceritakannya. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap

lingkungannya.

Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini adalah sebagi

berikut.

a. Kekecewaan kerena tidak mendapatkan apa yang diinginkannya tentang

bayinya misalkan :jenis kelamin tertentu,warna kulit.

b. Ketidaknyamanan sebagi akibat dari perubahan fisik yang dialami ibu

misalnya rasa mules akibat dari kontraksi rahim,payudara bengkak,akibat luka

jahitan dan sebagainya.

c. Rasa bersalah karena belum bisa menyesui bayinya.

d. Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayinya dan

cenderung melihat saja tanpa membantu.Ibu akan merasa tidak nyaman karena

sebenarnya hal tersebut bukan tanggung jawab ibu saja,tetapi tanggung jawab

bersama.

2. Fase taking hold

Fase taking hold adalah fase/periode yang berlangsung antar 3-10 hari

setelah melahirkan.Pada fase ini,ibu merasa khawatir akan ketidaknyamanan dan

rasa tanggung jawab dalam merawat bayinya.Ibu memiliki perasaan yang sangat

sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah sehingga perlu berhati-

hati berkomunikasi dengan ibu.

3. Fase letting go

Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran

barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan.Ibu sudah dapat


menyesuaikan diri,merawat diri dan bayinya,serta kepercayaan dirinya sudah

meningkat.Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan

sangat berguna bagi ibu.

6. Tanda Bahaya Nifas

a. Infeksi Nifas

Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat

genetalia dalam masa nifas.

Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit naik,antara

37,2-37,8oC oleh karena resorpsi benda-benda dalam rahim dan mulainya laktasi,

dalam hal ini disebut demam resorpsi. Hal ini adalah normal. Morbiditas

puerpuralis adalah kenaikan suhu badan sampai 38oC selama 2 hari dalam hari

pertama postpartum, kecuali pada hari pertama.

- Metritis

Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah

satu penyebab terbesar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang

adekuat dapat menjadi abses pelvic, peritonitis, syok septic, thrombosis vena yang

dalam, emboli pulmonal, infeksi pelvic yang menahun, dispareunia, penyumbatan

tuba dan infertilitas.

- Bendungan Payudara

Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada

payudara daalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Hal ini bukan

disebabkan overdistensi ari saluran sistem laktasi.


- Mastitis

Payudara tegang/indurasi dan kemerahan

- Abses payudara

Terdapat masa padat, mengeras di bawah kulit yang kemerahan

- Abses pelvis

- Peritonitis

- Tromboflebitis

Perluasan infeksi nifas yang paling sering ialah perluasan atau invasi

mikroorganisme pathogen yang mengikuti aliran darah di sepanjang vena

dan cbang-cabangnya sehingga terjaddi tromboflebitis

- Tromboflebitis femoralis

 Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari,

kemudian suhu mendadak naik pada hari ke 10-20, yang disertai dengan

menggigil dan nyeri sekali

 Pada salah satu kaki yang terkena biasanya kaki kiri, akan memberikan

tanda-tanda sebagai berikut:

Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi ke luar serta sukar bergerak,

lebih panas dengan kaki lainnya. Seluruh bagian dari salah satu vena dari

kaki terasa tegang dank eras pada paha bagian atas, nyeri hebat pada lipat

paha dan daerah paha, reflektorik akan terjadi spasmus arteri sehingga

kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri dan dingin, dan pulsasi

menurun.
Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau setelah nyeri dan pada

umumnya terdapat pada paha bagian atas, tetapi lebih sering dimulai dari

jari- jari kaki dan pergelangan kaki, kemudian meluas dari bawah ke atas.

Nyeri pada betis, yang dapat terjadi spontan atau dengan memijit betis

atau dengan meregangkan tendo akhiles (tanda human).

7. Pemeriksaan Fisik Masa Nifas

Pemeriksaan fisik pada ibu nifas dilakukan secara menyeluruh seperti :

1. Keadaan umum, kesadaran

2. Tanda-tanda vital seperti

- Tekanan Darah,

biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah

setelah melahirkan karena ada perdarahan

- Suhu

Satu hari postpartum suhu badan akan naik sedikit 37,5 ᵒC-38ᵒC

sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,kehilangan cairan, dan

kelelahan

- Nadi,

Denyut jantung normal pada orang dewasa 60-80 x/i.sehabis

melahirkan denyut nadi itu akan lenih cepat

- Pernapasan

Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan

denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernapsan juga akan
mengikutinya kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran

napas.

3. Payudara

- Pembesaran, putting susu menonjol atau mendatar

- Adakah nyeri atau dan lecet pada putig susu

- Pembengkakan

- Peradangan atau benjolan abnormal

4. Abdomen. Tinggi fundus uteri, konteraksi uterus

5. Kandung kemih kosong/ penuh

6. Genetalia dan perineum

Seperti pengeluaran lokea( jenis, warna, jumlah, bau), odema,

peradangan, keadaan jahitan, nanah, dan tanda-tanda infeksi pada luka

jahitan, kebersihan perineum, dan haemoroid pada anus.

8. Program Dan Kebijakan Teknis Pada Masa Nifas

1. 6 jam – 3 hari

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan rujuk bila perdarahan

berlanjut

c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

d. Pemberian ASI awal

e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir


f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia

g. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu

dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai

ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

2. 4 - 28 hari

a. Memastikan involusio uterus berjalan normal : uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau

b. Menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal

c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat

d. Memasrikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-

tanda penyulit

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari

3. 29 - 42 hari

a. Memastikan involusio uterus berjalan normal

b. Menilai adanya tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.

c. Memastikan ibu mendapat makanan, cairan dan istrahat

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-

tanda penyulit

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari

f. Memberikan konseling KB secara dini


9. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

1. Perubahan Sistem Reproduksi

a. Uterus

Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalah proses

kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses

ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

Pada tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah kira-kira 2 cm di

bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis.

Pada saat ini, besar uterus kira-kira sama besar uterus usia kehamilan 16 minggu

(kira-kira sebesar jeruk asam) dan beratnya kira-kira 100 gr.

Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai kurang lebih 1 cm di

atas umbilicus. Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari

pascapartum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilicus

dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9

pascapartum.

Proses Involusi uterus adalah sebagai berikut :

- Iskemia miometrium

Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah

pengeluaran plasenta membuat uterus relatif anemia dan meyebabkan serat otot

atrofi.
- Autolisis

Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam

otot uterus.

- Efek Oksitosin

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga

akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah

ke uterus.

b. Involusi Tempat Plasenta

Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan

kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini

mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2

cm.

c. Perubahan Ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis, fasia yang meregang sewaktu

kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali

seperti sediakala.

d. Perubahan pada Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-perubahan

yang terdapat pada serviks postpartum adalah bentuk serviks yang akan menganga

seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada

perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin.

e. Lokia

Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai

reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat

daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang

amis meskipun tidak terlalu menyengat dan volume berbeda-beda pada setiap

wanita.

Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya

diantaranya sebagai berikut :

- Lokia rubra/merah (kruenta)

Lokia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa postpartum

- Lokia sanguinolenta

Lokia ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir karena pegaruh

plasma darah, pengeluarannya pada hari ke 3-5 hari postpartum

- Lokia serosa

Lokia ini muncul pada hari ke 5-9 postpartum. Warnanya biasanya kekuningan

atau kecoklatan
- Lokia alba

Lokia ini muncul lebih dari hari ke 10 postpartum. Warnanya lebih pucat, putih

kekuningan serta lebih banyak mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan

serabut jaringan yang mati

f. Perubahan pada Vagina dan Perineum

Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa

vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali

secara vertahap pada ukuran sebelum hamil selama 6-8 minggu stelah bayi lahir.

Rugae akan kembali terlihat sekitar minggu keempat walaupun tidak akan

menonjol pada wanita nulipara.

Pada umumnya rugae akan memipih secara permanen. Mukosa tetap

atrofik pada wanita yang menyusui sekurang-kurangnya sampai menstruasi

dimulai kembali. Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi

ovarium.

2. Perubahan Tanda-tanda Vital

- Suhu Badan

Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5-38°c)

sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan

kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya

pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena ada pembentukan ASI dan

payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI.


- Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewas 60-80 x/i. Sehabis melahirkan

biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.

- Tekanan Darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinana tekanan darah akan endah setelah

melahirkan karena ada pendarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum

dapat menandakan terjadinya preeklampsia postpartum.

- Pernapasan

Keadaaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut

nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya

kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran pernapasan.

3. Sistem Pencernaan pada Masa Nifas

- Nafsu Makan

Sering kali untuk pemulihan nafsu makan, diperlukan waktu 3-4 hari

sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun

setelah melahirkan namun asupan makanan juga mengalami penurunan

selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah

sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema.


- Motilitas

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap

selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan

anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan

normal.

- Pengosongan Usus

Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu yang berangsur –

angsur untuk kembali normal. Pola makan ibu nifas tidak akan seperti biasa

dalam beberapa hari dan perineum ibu akan terasa sakit untuk defekasi.

Faktor-faktor tersebut mendukung konstipasi pada ibu nifas dalam minggu

pertama. Konstipasi juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu

dan kekhawatiran lukanya akan terbuka bila ibu buang air besar.

4. Perubahan Sistem Perkemihan

- Sistem Urinarius

Perubahan hormonal pada masa hamil turut menyebabkan peningkatan

fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid setelah wanita melahirkan

sebagian menjelaskan penyebab penurunan fungsi ginjal selama masa

postpartum.
- Komponen Urine

Pemecahan kelebihan protein di dalam sel otot uterus juga menyebabkan

proteinuria ringan selama satu sampai dua hari setelah wanita melahirkan.

- Diuresis Postpartum

Salah satu mekanisme untuk mengurangi cairan yang teretensi selama masa

hamil ialah diaforesis luas terutama pada malam hari selama 2-3 hari

pertama setelah melahirkan. Diuresis pascapartum yang disebabkan oleh

penurunan kadar estrogen hilangnya penigkatan tekanan vena pada tingakt

bawah dan hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan,

merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan.

- Uretra dan Kandung Kemih

Uretra dan meatus urinarius bisa juga mengalami edema. Kombinasi trauma

akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir,

dan efek konduksi anastesi menyebabkan keinginan untuk berkemih

menurun. Penurunan berkemih terjadi seiring diuresis postpartum dapat

menyebabkan distensi kandung kemih.


B. Mobilisasi Dini

1. Pengertian

Mobilisasi adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang

dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan sesarea.

Mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini

mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi

fisiologis. Konsep mobilisasi mula-mula berasal dari ambulasi dini yang

merupakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi

sebelumnya untuk mencegah komplikasi (Indonesia Nursing, 2008).

2. Tujuan Mobilisasi

Farrer & Helen (2010) menyatakan bahwa manfaat dilakukan mobilisasi adalah

ibu merasa lebih sehat, kuat dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian

ibu memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan, fungsi usus dan

kandung kemih lebih baik, merangsang peristaltik usus kembali normal dalam

mobilisasi juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti

semula.

3. Manfaat Mobilisasi

a. Memperlancar sirkulasi darah, mencegah terjadinya trombosit atau

sumbatan, meningkatkan kekuatan otot


b. Menstimulasi sirkulasi darah, mencegah terjadinya trombosit atau emboli

pulmonal, meningkatkan kekuatan otot dan fungsi pencernaan, pernapasan

(Morris, Benetti, Marro & Rosenthal, 2010).

4. Jenis Mobilisasi

Menurut, (Alimul,2009) jenis mobilisasi dibedakan berdasarkan

kemampuan gerakan yang dilakukan oleh seseorang yaitu :

a. Mobilisasi penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara

penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interksi sosial dan menjalankan

peran sehari-hari. Mobilisasi penuh ini merupakan fungsi saraf motorik dan

sensorik untuk dapat menggontrol seluruh area tubuh seseorang.

b. Mobilisasi sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak

dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara beas karena

dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuh.

5. Kerugian Tidak Melakukan Mobilisasi

a. Pada fundus uteri teraba lemah sehingga kontraksi uterus tidak ada, maka

akan terjadi perdarahan yang abnormal karena kontraksi membentuk

penyempitan pembuluh darah yang terbuka sehinnga ibu mengalami infeksi

yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh

b. Fungsi motilitas usus dan kandung kemih menjadi lebih lambat sehingga ibu

sulit melakukan defekasi dan memperlama hari perawatan (Pranoto, 2006).


6. Keuntungan Mobilisasi

a. Pasien merasa lebih baik sehat dan lebih kuat

b. Faal tubuh dan kandung kemih menjadi lebih baik

c. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu mengenai

cara merawat bayinya

7. Pelaksaaan Tindakan Mobilisasi

a. Ibu dianjurkan untuk bernafas dalam

b. Ibu dianjurkan untuk latihan menggerakkan kaki setiap 2 jam

c. Ibu dianjurkan untuk melakukan pergerakan sampai kondisi ibu stabil untuk

dapat berjalan setelah 24 jam

8. Tahapan Mobilisasi

a. Bernafas dalam dan latihan kaki 2 jam setelah operasi

b. Setelah 6 jam ibu melakukan pergerakan miring kanan dan kiri

c. Setelah 12 jam ibu dianjurkan untuk duduk dan setelah 24 jam ibu belajar

berdiri dan berjalan.


C. SECTIO CAESAREA

1. Pengertian

Sectio Caesarea adalah pelahiran janin melalui insisi yang dibuat pada

dinding abdomen dan uterus. (Reeder, Martin, & Griffin, 2011).

Sectio Caesarea adalah kelahiran janin melalui insisi pada dinding abdomen

( laparatomi ) dan dinding uterus ( histerektomi ). (Cunningham & dkk, 2012).

Sectio Caesarea merupakan kelahiran bayi melalui insisi trans abdominal

(Bobak et al, 2004). Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Sectio

Caesarea adalah suatu proses persalinan buatan untuk mengeluarkan janin dari

rahim ibu dengan melakukan insisi pada dinding abdomen dan uterus.

2. Keuntungan dan Kerugian Sectio Caesarea

Tindakan sectio caesarea memang memiliki keuntungan dan kerugian.

Keuntungannya antara lain adalah proses melahirkan memakan waktu yang lebih

singkat, rasa sakit minimal, dan tidak mengganggu atau melukai jalan lahir.

Sedangkan kerugian tindakan ini dapat menimpa baik ibu maupun bayi yang di

kandungnya (Sunaryo, 2008).

Menurut Sunaryo (2008) Kerugian yang dapat menimpa ibu antara lain :

a. Resiko kematian empat kali lebih besar dibanding persalinan normal.

b. Darah yang dikeluarkan dua kali lipat dibanding persalinan normal.


c. Rasa nyeri dan penyembuhan luka pasca operasi lebih lama dibandingkan

persalinan normal.

d. Jahitan bekas operasi berisiko terkena infeksi sebab jahitan itu berlapis-lapis

dan proses keringnya bisa tidak merata.

e. Perlekatan organ bagian dalam karena noda darah yang tidak bersih

f. Kehamilan dibatasi dua tahun setelah operasi.

g. Pembuluh darah dan kandung kemih bisa tersayat pisau bedah.

h. Air ketuban masuk pembuluh darah yang bisa mengakibatkan kematian

mendadak saat mencapai paru-paru dan jantung.

D. STANDAR PELAYANAN

A. STANDAR PELAYANAN UMUM

STANDAR 1 : PERSIAPAN UNTUK KEHIDUPAN KELUARGA SEHAT

1. Tujuan:

Memberikan penyuluh kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan kehamilan

yang sehat dan terencana serta menjadi orang tua yang bertanggung jawab.

2. Pernyataan standar :

Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga dan

masyarakat terhadap segala hal yag berkaitan dengan kehamilan, termasuk

penyuluhan kesehatan umum, gizi, KB dan kesiapan dalam menghadapi

kehamilan dan menjadi calon orang tua, menghindari kebiasaan yang tidak

baik dan mendukung kebiasaan yang baik.


STANDAR 2 : PENCATATAN DAN PELAPORAN

1. Tujuan :

Mengumpulkan, mempelajari dan menggunakan data untuk pelaksanaan

penyuluhan, kesinambungan pelayanan dan penilaian kinerja.

2. Pernyataan Standar :

Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya dengan

seksama seperti yang sesungguhnya yaitu, pencatatan semua ibu hamil di

wilayah kerja, rincian peayanan yang telah diberikan sendiri oleh bidan kepada

seluruh ibu hamil/ bersalin, nifas dan bayi baru lahir semua kunjungan rumah

dan penyuluhan kepada masyarakat. Disamping itu, bidan hendaknya

mengikutsertakan kader untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya

masyarakat yang berkaitan dengan ibu hamil, ibu dalam proses melahirkan,ibu

dalam masa nifas,dan bayi baru lahir. Bidan meninjau secara teratur catatan

gtersebut untuk menilai kinerja dan menyusun rencana kegiatan pribadi untuk

meningkatkan pelayanan.

B. STANDAR PELAYANAN ANTENATAL

STANDAR 3 : IDENTIFIKASI IBU HAMIL

1. Tujuan :

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara

berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota

keluarganya agar mendorong ibu untuk memerikasakan kehamilannya sejak

dini dan secara teratur.


STANDAR 4 : PEMERIKSAAN DAN PEMANTAUAN ANTENATAL

1. Tujuan :

Memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi

kehamilan.

2. Pernyataan Standar :

Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi

anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai

apakah perkembangan berlangsung normal.

Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/ kelsinan khususnya anemia, kurang

gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV ; memberikan pelayanan imunisasi,nasehat,

dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh

puskesmas.

STANDAR PELAYANAN 5 : PALPASI ABDOMINAL

1. Tujuan :

Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan

letak, posisi dan bagian bawah janin.

2. Pernyataan Standar :

Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan melakukan

partisipasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamialn

bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya kepala janin ke

dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat

waktu.
STANDAR 6 : PENGELOLAAN ANEMIA PADA KEHAMILAN

1. Tujuan :

Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan tindak lanjut

yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung.

2. Pernyataan Standar :

Bidan mampu untuk mengenali dan mengelola anemia pada kehamilan,

memberikan penyuluhan gizi untuk mencegah anemia.

STANDAR 7 : PENGELOLAAN DINI HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

1. Tujuan :

Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan

melakukan tindakan yang diperlukan.

2. Pernyataan Standar :

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan

dan mengenal tanda serta gejala pre-eklampsia lainnya, serta mengambil

tindakan yang tepat dan merujuknya.

STANDAR 8: PERSIAPAN PERSALINAN

1. Pernyataan standar :

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya

pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang

bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan di rencanakan dengan

baik.
C. STANDAR PERTOLONGAN PERSALINAN

STANDAR 9 : ASUHAN PERSALINAN KALA SATU

1. Tujuan :

Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung

pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi.

2. Pernyataan Standar :

Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai,kemudian

memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan

kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung.

STANDAR 10: PERSALINAN KALA DUA YANG AMAN

1. Tujuan :

Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi

2. Pernyataan Standar :

Menggunakmengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan, memperpendekt

dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban

secara lengkap.

STANDAR 11: PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA III

1. Tujuan :

Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara

lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan,

memperpendek kala 3, mencegah atoni uteri dan retensio plasenta

2. Pernyataan Standar :

Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu


pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.

STANDAR 12: PENANGANAN KALA II DENGAN GAWAT JANIN

MELALUI EPISIOTOMY

1. Tujuan :

Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada tanda-tanda

gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum.

2. Pernyataan Standar :

Bidan mengenali secara tepat tanda tanda gawat janin pada kala II yang lama,

dan segera melakukan episiotomy dengan aman untuk memperlancar

persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.

D. STANDAR PELAYANAN MASA NIFAS

STANDAR 13 : PERAWATAN BAYI BARU LAHIR

1. Tujuan :

Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta

mencegah hipotermi, hipokglikemia dan infeksi

2. Pernyataan standar :

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan

spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan

tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus

mencegah dan menangani hipotermia


STANDAR 14: PENANGANAN PADA 2 JAM PERTAMA SETELAH

PERSALINAN

1. Tujuan :

Mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersi dan aman selama kala 4

untuk memulihkan kesehata bayi, meningkatkan asuhan sayang ibu dan

sayang bayi, memulai pemberian IMD

2. Pernyataan standar :

Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi

dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang di

perlukaan

STANDAR 15: PELAYANAN BAGI IBU DAN BAYI PADA MASA NIFAS

1. Tujuan :

Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah

persalinan dan penyuluhan ASI ekslusif

2. Pernyataan standar :

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah

pada hari ketiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan,

untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali

pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi

yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan

tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi,

perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.


E. PENDOKUMENTASIAN ASUHAN MASA NIFAS

1. Pengertian Dokumentasi

Bukti pencatatan dan pelaporan berdasarkan komunikasi tertulis yang akurat

dan lengkap yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan asuhan kebidanan

khususnya pada ibu postpartum dan berguna untuk kepentingan klien, tim

kesehatan, dan kalangan bidan sendiri. Asuhan ibu postpartum adalah asuhan

yang diberikan pada ibu segera setelah kelahiran sampai 6 minggu setelah

kelahiran.

2. Tujuan

Memberikan asuhan yang adekuat terstandar pada ibu segera setelah

melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama kehamilan dalam persalinan

dan keadaan segera setelah melahirkan.

3. Hasil yang Diharapkan

Terlaksananya asuhan segera atau rutin pada ibu postpartum termasuk

melakukan pengkajian, membuat diagnosa, mengidentifikasi masalah dan

kebutuhan ibu, mengidentifikasi diagnosis dan masalah potensial, tindakan

segera, serta merencanakan asuhan.


4. Langkah-langkah

a. Pengkajian Data

Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan

untuk mengevaluasi keadaan ibu.

1. Melakukan pemeriksaan awal postpartum

2. Meninjau catatan pasien

- Catatan perkembangan antepartum dan intepartum

- Berapa lama (jam/hari) pasien posttpartum

- Pesanan sebelumnya dan catatan perkembangan

- Suhu, denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah postpartum

- Pemeriksaan laboratorium dan laporan pemeriksaan tambahan

- Catatan obat

- Catatn bidan atau perawat

3. Menanyaka riwayat kesehatan dan keluhan ibu.

- Mobilisasi

- Buang air kecil

- Buang air besar

- Nafsu makan
- Kenyamanan atau rasa sakit

- Kekhawatian

- Hal yang tidak jelas

- Makanan bayi

- Reaksi pada bayi

- Reaksi terhadap proses melahirkan dan kelahiran

4. Pemeriksaan Fisik

- Tekanan darah

- Payudara dan putting susu

- Abdomen : kandung kemih, uterus

- Lokia : warna, jumlah, bau

- Perineum : Edema, hematoma, pus, bekas luka episiotomi atau

robek, jahitan, memar, hemmoroid (wasir/ambeien)

- Ekstremitas : varrises, betis apakah lemah dan panas, edema, refleks

b. Interpretasi Data Dasar

Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosis

interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Diagnosis,


masalah, serta kebutuhan ibu postpartum dan nifas tergantung dari hasil

pengkajian terhadap ibu

c. Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial

Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial yang mungkin akan

terjadi berdasarkan masalah atau diagnosis yang sudah didentifikasi.

d. Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan

Penanganan Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau

untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggot ttim kesehatan

yang lain sesuai dengan kondisi pasien.

e. Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan dari

langkah sebelumnya.

f. Melaksanakn Perencanaan

Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisiensi dan aman.

g. Evaluasi

Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, ulangi kembali

proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah

dilaksanakan tetapi belum efektif atau merencanakan kembali asuhan yang

belum terlaksana.
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Jenis studi kasus

Menjelaskan jenis studi kasus yang digunakan penulis dalam laporan tugas

akhir ini adalah dengan menggunakan metode observasional deskriptif dengan

pendekatan studi kasus yang dilaksankan oleh penulis melalui pendekatan

manajemen kebidanan. Studi kasus ini dengan bertemakan Asuhan Kebidanan

Ibu Nifas Sectoi Cesarea pada Ny. H dengan Mobilisasi Dini di Ruangan

Santa Elisabeth Medan Tahun 2017.

B. Lokasi Studi Kasus

Studi kasus ini dilakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2017

karena Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan salah satu tempat lahan praktek

mahasiswa prodi D-III Kebidanan STIKes santa Elisabeth Medan. Waktu

pengambilan kasus dan pemantauan dari tanggal 04-05 Mei 2017 dengan

Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Sectio Cesarea pada Ny. H dengan Mobilisasi

Dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2017.

C. Subjek Studi Kasus

Subjek Studi Kasus ini penulis mengambil subyek yaitu ibu nifas sectio

cesarean pada Ny. H dengan Mobilisasi Dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan Tahun 2017.

D. Metode dan Pengumpulan Data

a. Metode
Metode yang dilakukan untuk asuhan kebidanan dalam studi kasus ini

adalah asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan manajemen 7 langkah

Helen Varney.

b. Jenis Data

Penulisan asuhan kebidanan sesuai studi kasus ibu nifas section cesarean

pada Ny. H umur 30 dengan mobilisasi dini, yaitu :

a. Data Primer

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan

data dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan

dari seseorang sasaran penelitian (Responden) atau bercakap-cakap

berhadapan muka dengan orang tersebut. Wawancara dilakukan oleh

tenaga medis dengan ibu nifas section cesarean pada Ny. H dengan

mobilisasi dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien

secara sistematis dengan cara:

a) Inspeksi

Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat

bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan.

b) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan dengan cara mendengarkan suara yang

dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop. Pada kasus ibu


nifas sectio cesarea dengan mobilisasi dini. Pemeriksaan auskultasi

meliputi pemeriksaan tekanan darah, denyut nadi, suhu, dan pernafasan

3. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati subjek

dan melakukan berbagai macam pemeriksaan yang berhubungan dengan

kasus yang akan diambil. Observasi dapat berupa pemeriksaan umum,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Observasi pada kasus ibu

nifas section cesarea dengan mobilisasi dini dilakukan untuk mengetahui

dan keadaan umum ibu.

b. Data Sekunder

Data sekunder ini dapat diperoleh dengan mempelajari kasus atau

dokumentasi pasien serta catatan asuhan kebidanan.

3. Etika Studi Kasus

1. Membantu masyarakat khususnya ibu untuk melihat secara kritis

moralitas yang dihayati masyarakatnya khususnya keluarga

2. Membantu ibu untuk merumuskan pedoman etis yang lebih memadai

dan norma-norma baru yang dibutuhkan karena ada perubahan yang

dinamis dalam tata kehidupan masyarakat khususnya keluarga

3. Dalam studi kasus lebih menunjuk pada prinsip-prinsip etis yang

diterapkan dalam kegiatan studi kasus


E. Pengolahan Data

Data yang diperoleh diperiksa kelengkapannya, apabila ternyata masih ada data

yang tidak lengkap akan dilakukan pengecekan ulang di lapangan. Selanjutnya

dapat diolah secara manual dengan membahas, membandingkan dengan studi

pustaka dengan data yang diperoleh, disajikan dalam bentuk pembahasan.


BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS SECTIO CESAREA PADA Ny. H

DENGAN MOBILISASI DINI DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH

MEDAN TAHUN 2017

Tanggal Masuk : 03-05-2017 Tgl pengkajian : 04-05-2017

Jam Masuk : 22.27 wib Jam Pengkajian : 09.30 wib

Tempat : RSE Pengkaji : Wastina

No. Register : 00-33-56-91

I. PENGUMPULAN DATA

A. BIODATA

Nama Ibu : Ny. H Nama Suami : Tn. T

Umur : 30 tahun Umur : 39 tahun

Agama : Kristen Katolik Agama : Kristen Katolik

Suku/bangsa: Batak/Indonesia Suku/bangsa : Batak/Indonesia

Pendidikan : S1 Pendidikan : S1

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Seroja Jaya Alamat : Jl. Seroja Jaya

Komp. Green Seroja Komp. Green Seroja

No.7 Medan Tuntungan No.7 Medan

Tuntungan
B. ANAMNESA (DATA SUBJEKTIF)

1. Keluhan utama/Alasan utama masuk : Ibu mengatakan telah melahirkan

sejak tanggal 03 Mei 2017 pukul 11.30 WIB, ibu masih merasakan nyeri bila

melakukan pergerakan.

2. Riwayat menstruasi :

Menarche : 15 th,

Siklus : 28 hari, teratur/tidak teratur

Lama :5 hari,

Banyak :±5 x ganti pembalut/hari

Dismenorea/tidak : Tidak ada

3. Riwayat kehamilan/persalinan yang lalu

Ana Tgl UK Jenis Tempat Penolong Komplikasi Bayi Nifas

k ke Lahir/ Persalinan persalina Bayi Ibu PB/B Keadaa Keadaa Laktasi

Umur n B/JK n n

1. 03/05/ Aterm Sectio RSE Dokter - - 50/3,4 Baik Baik Ada

2017 Secarea - /LK

4. Riwayat persalinan

Tanggal/Jam persalinan : 03-05-2017/11.30 WIB

Tempat persalinan : RSE


Penolong persalinan : Dokter

Jenis persalinan : Sectio Sesarea

Komplikasi persalinan : Tidak ada

Keadaan plasenta : Lengkap

Tali pusat : Utuh

Lama persalinan :-

Jumlah perdarahan :-

Selama operasi :

Bayi : BB : 3400 gr PB: 52 cm Nilai Apgar: 8/10

Cacat bawaan : Tidak ada

Masa Gestasi : Aterm

5. Riwayat penyakit yang pernah dialami

Jantung : Tidak ada

Hipertensi : Tidak ada

Diabetes Mellitus : Tidak ada

Malaria : Tidak ada

Ginjal : Tidak ada

Asma : Tidak ada

Hepatitis : Tidak ada

Riwayat operasi abdomen/SC : Tidak ada

6. Riwayat penyakit keluarga

Hipertensi : Tidak ada

Diabetes Mellitus : Tidak ada


Asma : Tidak ada

Lain-lain : ada/tidak riwayat kembar

7. Riwayat KB

8. Riwayat Sosial Ekonomi & Psikologi :

. Status perkawinan : sah Kawin : 1 kali

. Lama nikah 2 tahun, menikah pertama pada umur 28 tahun

. Respon ibu dan keluarga terhadap kelahiran : Bahagia

. Pengambilan keputusan dalam keluarga: Musyawarah

. Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas :

Bidan

. Adaptasi psikologi selama masa nifas

9. Activity Daily Living : (Setelah Nifas)

a. Pola makan dan minum :

Frekuensi : 3 kali sehari

Jenis : nasi, ikan, sayur, buah

Porsi : 1 porsi

Minum : 5-6 gelas/hr, jenis

Keluhan/pantangan : Tidak ada

b. Pola istirahat

Tidur siang : ± 1-2 jam

Tidur malam : ± 7-8 jam

Keluhan : Tidak ada

c. Pola eliminasi
BAK : 5-6 kali/hari, konsistensi cair, warna : jernih

BAB : 1 kali/hari, konsistensi : lembek, warna : coklat,

lender darah: -

d. Personal hygiene

Mandi :2 kali/hari

Ganti pakaian/pakaian dalam: 5 kali/sehari

10. Pola aktivitas

Pekerjaan sehari-hari : IRT

Keluhan : Nyeri pada bagian uka operasi

Menyusui : Ya

Keluhan : ASI sedikit

Hubungan sexual : 1 x/mgg, Hubungan sexual terakhir 4 hari yang

lalu

11. Kebiasaan hidup

Merokok : Tidak ada

Minum-minuman keras: Tidak ada

Obat terlarang : Tidak ada

Minum jamu : Tidak ada

C. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan umum :

Keadaan umum : Baik Kesadaran : CM

Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 120/70 mmHg

Nadi : 80 kali/menit
0
Suhu : 36,4 𝐶

Respirasi : 20 kali/menit

Pengukuran tinggi badan dan berat badan

Berat badan : 65 kg, kenaikan BB selama hamil 10 kg

Tinggi badan : 158 cm

LILA : 34 cm

2. Pemeriksaan fisik

Inspeksi

Postur tubuh : Normal

Kepala : Simetris, bersih

Rambut : Bersih, tidak ada ketombe

Muka : Simetris

Cloasma : Tidak ada

Oedema : Tidak ada

Mata : Simetris Conjungtiva : merah muda Sclera : tidak

ikterik

Hidung : Bersih, polip : Tidak meradang

Gigi dan Mulut/bibir : Tidak ada stomatitis, bersih, merah muda

Leher : Simetris

Pemeriksaan kelenjar tyroid : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid

Payudara :
Bentuk simetris : Simetris

Keadaan putting susu : Menonjol

Areola mamae : Hiperpigmentasi

Colostrum : Ada

Abdomen

Inspeksi :

Bekas luka/operasi : Ada

Palpasi

TFU : 3 jari di bawah pusat

Kontraksi uterus : Ada

Kandung Kemih : Kosong

Genitalia :

Varises : Tidak ada

Oedema : Tidak ada

Pembesaran kelenjar bartolini : Tidak ada

Pengeluaran pervaginam : Lochea : Rubra

Bau : Khas

Bekas luka/jahitan perineum : Tidak ada

Anus : Tidak hemmoroid

Tangan dan kaki

Simetris/tidak : Simetris

Oedema pada tungkai bawah : Tidak ada

Varices : Tidak ada


Pergerakan : Aktif

Kemerahan pada tungkai : Tidak ada

Perkusi

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

II. INTERPRETASI DATA DASAR

Diagnosa Kebidanan : Ny. H usia 30 tahun P1A0, belum bisa mobilisasi dini,

jahitan luka operasi masih basah, ASI keluar sedikit,

keadaan ibu baik.

Dasar Subyektif : Ibu mengatakan sekarang badannya masih lemas

serta perutnya terasa mules

Dasar Obyektif :

- KU : Baik

- Kesadaran : Composmentis

- TTV

- Tekanan darah : 120/70 mmHg

- Nadi : 80 kali/menit
0
- Suhu : 36,4 𝐶

- Respirasi : 20 kali/menit

Kontraksi uterus : Baik

Masalah : Ibu masih merasakan nyeri bila melakukan pergerakan

Kebutuhan : - Pantau keadaan ibu

- Menganjurkan mobilisasi dini pada ibu


III. DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL

Tidak ada

IV. TINDAKAN SEGERA

- Memberikan therapy / Obat anti nyeri

V. INTERVENSI

No Intervensi Rasional

1. Beritahukan hasil pemeriksaan Klien tidak khawatir dengan

pada klien kondisinya

2. Beritahu ibu untuk melakukan Agar ibu dapat melakukan mobilisasi

mobilisasi dini (miring kanan dan dini

miring kiri) secara bertahap

3. Beritahu ibu untuk tidak Agar ibu dapat mengetahui penyebab

melakukan pergerakan yang terlalu dari nyeri yang masih dirasakannya

banyak dan tidak boleh

memaksakan diri untuk mobilisasi

karena dapat menyebabkan nyeri

pada luka operasi

4. Beritahu ibu / keluarga untuk tetap Agar ibu tetap nyaman dan tidak

menjaga kebersihan pada tubuh ibu terjadi infeksi

dan bagian kemaluannya

(mengganti softex / pembalut

sudah penuh)

5. Beritahukan ibu untuk tetap Agar ibu tahu untuk menjaga


memperhatikan luka jahitan personal hygine dan perawatan luka

operasi SC dan perban apabila SC / tidak terjadinya infeksi

lembab/basah untuk memberitahu

pada ibu

6 Beritahukan ibu untuk tetap Agar cairan pada bayi dapat

menyusui bayinya secara on terpenuhi

demand

7 Beritahukan pada ibu untuk tetap Agar istirahat pada ibu dapat

banyak istirahat tercukupi dan mengurangi nyeri yang

dirasakannya

8 Kolaborasi medic tentang Agar cairanibu terpenuhi dan

pemberian infuse dan pemberian mengurangi nyeri pada luka SC

obat

VI. IMPLEMENTASI

Tanggal : 04 Mei 2017 Jam : 09.30 wib

No Tanggal/ Implementasi/Tindakan Paraf

Jam

1. 04-05- Memberitahukan pada ibu tentang keadaannya Wastina

2017/ dan dalam keadaan baik dan stabil

09.40 Wib Observasi KU ibu meliputi:

Kesadaran : Compos Mentis

KU : Baik
TD : 120/70 mmHg, 80 x/ menit, 36,4

˚C,

T/P : 36,4°C/80 x/menit

RR : 20 x/menit

TFU : 3 jari dibawah pusat

Kontraksi uterus : Ada

Kandung Kemih : Kosong

2. 09.50 Wib Beritahu ibu untuk melakukan mobilisasi dini Wastina

(miring kanan dan miring kiri) secara bertahap

di atas tempat tidurnya

3. 10.00 Wib Beritahu ibu bahwa nyeri yang dirasakannya Wastina

karena ibu sudah melakukan pergerakan yang

terlalu banyak dan tidak boleh memaksakan diri

untuk mobilisasi

4. 10.10 Wib Beritahu ibu / keluarga untuk tetap menjaga Wastina

kebersihan pada tubuh ibu dan bagian

kemaluannya (mengganti softex/pembalut bila

sudah penuh)

5. 10.15 Wib Beritahukan ibu untuk tetap memperhatikan Wastina

luka jahitan operasi SC dan perban apabila

lembab/basah untuk memberitahu pada ibu

6. 10.22 Wib Beritahukan ibu untuk tetap menyusui bayinya Wastina

secara on demand agar bayi tidak dehidrasi


7. 10.30 Wib Beritahukan ibu untuk tetap mencukupi Wastina

istirahatnya tanpa melakukan pergerakan yang

terlalu banyak

8. 10.34 Wib Melaksanakan therapy medic melalui cairan Wastina/

intravena oleh bidan di ruangan : Bida

1. Infus RL masih menetes 20 tts/menit Ruangan

Injeksi :

2. Oxycodone 1 mg/IV

VII. EVALUASI

S: - Ibu mengatakan sudah mengerti apa yang telah di jelaskan

- Ibu mengatakan nyeri luka operasi saat miring kanan dan miring kiri

- Ibu berjanji akan beristirahat dengan cukup

O: Hasil pemeriksaan pada ibu :


KU : Baik

TD : 120/70 mmHg

T/P : 36,4 ˚C/ 82 x/menit

RR : 24 x/ menit

TFU : 3 jari dibawah pusat

Lochea : Rubra

Kontaksi uterus : Baik

Kandung kemih : Kosong


A: Ny. H usia 30 tahun, postpartum 1 hari dengan keadaan merasakan nyeri

pada saat melakukan pergerakan

P: - Pantau keadaan ibu dan Observasi Vital Sign


- Pantau keadaan nyeri pada luka SC
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy

DATA PERKEMBANGAN II

Tanggal : 04 Mei 2017 Jam : 14.30 Wib Oleh : Wastina

SUBJEKTIF :

- Ibu mengatakan nyeri luka operasi saat mobilisasi

OBJEKTIF :

- Inj. Treway terpasang

- Tanda Vital :

 TD : 120/80 mmHg

 T/P : 37,3°C/82 x/menit

 RR : 22 x/menit

ASASSMENT :

- Diagnosa : Ny. H usia 30 tahun post SC dengan mobilisasi dini


- Masalah : Ibu mengatakan nyeri luka operasi saat mobilisasi

- Kebutuhan :

 Pantau keadaan umum ibu

 Mobilisasi

PLANNING :

- Kaji keluhan pasien

- Beri therapy sesuai anjuran dokter

DATA PERKEMBANGAN III

Tanggal : 04 Mei 2017 Jam : 22.00 Wib Oleh : Wastina

SUBJEKTIF :

- Ibu mengatakan nyeri pada luka masih ada

OBJEKTIF :

- Keadaan Umum : Baik

- Inj. Threway

- Menyusui

- Mobilisasi duduk (+)

ASASSMENT :
- Diagnosa : Ny. H post SC dengan mobilisasi dini

- Masalah : Ibu mengatakan nyeri luka operasi saat mobilisasi

- Kebutuhan :

 Pantau keadaan umum ibu

 Mobilisasi

PLANNING :

- Kaji keluhan pasien

- Anjurkan pasien tarik nafas bila muncul rasa sakit

- Anjurkan pasien mobilisasi jalan


KUNJUNGAN KEDUA

Tanggal : 05 Mei 2017 Jam : 19.30 Wib Oleh : Wastina

SUBJEKTIF :

- Ibu mengatakan nyeri luka operasi

- Ibu mengatakan sudah mobilisasi dini

OBJEKTIF :

- Keadaan umum : Baik

- Tanda vital :

 TD : 110/870 mmhg

 T : 36,8° C

 P : 82 x/i

 RR : 20 x/i

- Kontraksi uterus : Ada

- Lochea : Rubra

- TFU : 3 jari dibawah pusat

ASASSMENT :

- Diagnosa : Ny. H post SC dengan mobilisasi dini

- Masalah : Ibu mengatakan nyeri luka operasi

- Kebutuhan :
- Pantau keadaan umum ibu

- Mobilisasi Dini

PLANNING :

1. Beritahu ibu dan keluarga mengenai keadaan ibu saat ini

- Memberitahu ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan ibu saat

ini

 Keadaan umum : Baik

 Keadaan emosional : Stabil

 Tanda Vital :

* TD : 110/70 mmHg

* T : 36,8° C

* P : 82 x/i

* RR : 22x/i

 TFU : 3 jari dibawah pusat

 Kontraksi uterus : Baik

 Lochea : Rubra

 Laserasi jalan lahir : Tidak ada

- Membantu ibu dalam melakukan mobilisasi bertahap

Ibu mampu melakukan mobilisasi bertahap


DATA PERKEMBANGAN

Tanggal : 05 Mei 2017 Jam : 22.00 Wib Oleh :Wastina

SUBJEKTIF :

- Ibu mengatakan nyeri luka operasi masih ada

OBJEKTIF :

- Menyusu aktif

ASASSMENT :

- Diagnosa : Ny. H post SC dengan Mobilisasi Dini

- Masalah : Ibu mengatakan nyeri masih ada

- Kebutuhan :

 Pantau keadaan keadaan umum ibu

PLANNING :

- Beri therapy sesuai anjuran dokter


B. Pembahasan Masalah

Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan yang ada antara

penatalaksanaan kasus dengan konsep teori yang telah di uraikan pada Bab II,

karena penulis menggunakan manajemen kebidanan dengan tujuh langkah Helen

Varney, maka pembahasan akan diuraikan langkah demi langkah sebagai berikut :

I. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah langkah awal yang dipakai dalam penerapan asuhan

kebidanan pada pasien. Pengkajian dengan pengumpulan data dasar yang

merupakan data awal dari manajemen kebidanan menurut Varney, dilaksanakan

dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi kepustakaan dan studi

dokumentasi (Nanny, Vivian Asuhan kebidanan pada ibu nifas :Salemba medika,

2011).

Pengkajian pada ibu sectio cesarea adalah pada saat ini besar uterus kira-

kira sama besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dan beratnya kira-kira

100 gr dan dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai kurang lebih 1 cm

di atas umbilikus dan beberapa hari kemudian fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap

24 jam pada hari pascapartum keenam fundus normal akan berada di pertengahan

antara imbilikus dan simfisis pubis, keluar lokia, susah BAB dan ada rasa takut

saat BAK.

Pada pengkajian ibu nifas sectio cesarea pada Ny. H dengan mobilisasi

dini data objektif keadaan umum ibu baik, pemeriksaan tanda – tanda vital TD :

110/70 mmHg, T/P : 36,8 0 𝐶/ 82 kali/menit, RR : 22 kali/menit, TFU 3 jari di


bawah pusat dan kontraksi baik. Dalam pengkajian tidak terdapat kesenjangan

antara teori dengan praktek lapangan karena menurut teori data objektif dilakukan

pemeriksaan umum, tanda-tanda vital dan pada praktek lapangan dilakukan

pemeriksaan khusus sesuai teori yaitu pemeriksaan umum dan tanda-tanda vital.

II. INTERPRETASI DATA

Mengidentifikasi masalah dari data yang ada untuk menentukan diagnosa

yang akurat yang terdiri dari penentuan diagnosa, menentukan masalah, dan

kebutuhan pada ibu post sectio cesarea. Interpretasi data terdiri dari diagnosa

kebidanan yang dikemukakan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa

(Nanny, Vivian Asuhan kebidanan pada ibu nifas :Salemba medika, 2011).

Masalah pada ibu sectio cesarea yaitu perut masih terasa mules, nyeri

pada bekas luka jahitan sectio cesarea dan ASI sedikit. Sedangkan kebutuhan pada

ibu post sectio cesarea yaitu diet yang cukup kalori dan protein, membutuhkan

istirahat yang cukup, ambulasi, eliminasi, kebersihan diri dan perineum. Pada

kasus ini penulis mendapatkan diagnosa kebidanan ibu nifas sectoi cesarea pada

Ny. H dengan mobilisasi dini. Masalah yang ditemukan pada Ny. H adalah perut

mules, nyeri bekas luka jahitan sectio cesarea dan ASI sedikit. Kebutuhan yang

diberikan adalah pantau keadaan umum ibu, observasi tanda-tanda vital, anjurkan

untuk mobilisasi dini, dan kolaborasi dengan dokter pemberian therapy. Adapun

yang mendasari penulis menentukan diagnosa kebidanan tersebut adalah dari

anamnesa, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan umum.


Jadi pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan

praktek lapangan karena menurut teori dalam menentukan diagnosa dari hasil

pengkajian, menentukan masalah yang akan terjadi dan kebutuhan. Pada praktek

lapangan dalam menentukan interpretasi data diagnosa dari pengkajian , masalah

yang akan terjadi dan kebutuhan.

III. DIAGNOSA POTENSIAL

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa

potensial berdasarkan diagnosa yang sudah diidentifikasi langkah ini

membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan (Nanny,

Vivian Asuhan kebidanan pada ibu nifas :Salemba medika, 2011).

Pada kasus ibu postpartum diagnosa potensial bila ibu menjaga kebersihan

perineum maka potensial terjadi infeksi luka jahitan. Pada kasus ibu nifas sectio

cesarea pada Ny. H diagnosa potensial yang ditentukan adalah infeksi luka

jahitan.

Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik di

lapangan.

IV. TINDAKAN SEGERA

Menentukan kebutuhan klien terhadap tindakan yang segera dilakukan

oleh bidan atau konsultasi, kolaborasi serta melakukan rujukan terhadap

penyimpangan yang abnormal (Nanny, Vivian Asuhan kebidanan pada ibu nifas

:Salemba medika, 2011).


Pada ibu post sectio cesarea pada Ny. H antisipasi/tindakan segera yang

dilakukan adalah tidak ada tindakan segera yang dilakukan. Dan pada langkah ini

tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik di lapangan.

V. INTERVENSI

Intervensi adalah perencanaan asuhan yang menyeluruh berdasarkan

langkah sebelumnya.Semua perencanaan yang dibuatkan harus berdasarkan

langkah sebelumnya.Semua rencana yang dibuatkan harus berdasarkan

pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan, teori yang berdasarkan bukti

(Nanny, Vivian Asuhan kebidanan pada ibu nifas :Salemba medika, 2011).

Pada kasus ibu nifas sectio cesarea Ny. H mobilisasi dini ini rencana

tindakan yang akan diberikan yaitu observasi keadaan umum dan TTV ibu,

anjurkan ibu untuk mobilisasi dini. Jadi pada langkah ini tidak terdapat

kesenjangan antara teori dengan praktik lapangan karena pada praktek lapangan

perencanaan yang dilakukan sesuai dengan teori.

VI. IMPLEMENTASI

Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada

langkah kelima diatas dilaksanakan secara efisien dan aman yang dilaksanakan

oleh bidan atau anggota tim kesehatan lainnya.

Pelaksanaan asuhan kebidanan yang diberikaan pada Ny. H adalah

mengobservasi keadaan ibu baik dan TTV Ibu dalam batas normal, Memberitahu

ibu tentang perubahan adaptasi fisiologis dan mules yang sedang dialami ibu saat

ini normal itu disebabkan karena proses involusi pada uterus, menganjurkan ibu
untuk mobilisasi dini seperti miring kiri dan miring kanan, mengajarkan ibu cara

perawatan payudara agar tetap bersih dan kering terutama pada bagian putting

susu. Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik lapangan

karena perencanaan pada teori dan pada praktek lapangan tidak sesuai dengan

teori pelaksanaan pada ibu post sectio cesarea.

VII. EVALUASI

Pada langkah evaluasi ini adalah langkah pengecekan apakah rencana

asuhan benar-benar telah terpenuhi kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi

dalam masalah diagnosa.

Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas sectio cesarea pada Ny.

H, ibu sudah melakukan mobilisasi dini secara bertahap.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan studi kasus ibu nifas sectio cesarea pada Ny. H dengan

Mobilisasi Dini yang menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah varney

dapat disimpulkan meliputi :

a. Pengkajian dilakukan dengan cara mengumpulkan data subjektif yaitu data

yang diperoleh dari pasien dan keluarga pasien. Data objektif diperoleh

dari hasil pemeriksaan pada pasien. Data subjektif yang didapat pada

tanggal 04 Mei 2017 ibu mengatakan belum bisa mobilisasi dini, masih

merasakan nyeri atau sakit pada saat melakukan pergerakan, dan mules

bagian perut. Data objektif yang diperoleh : TD : 120/70 mmHg, T/P :

36,4°c/80 x/menit, RR : 20 x/menit.

b. Dari data yang diperoleh saat melakukan pengkajian dapat ditegakkkan

diagnosa kebidanan yaitu : Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Sectio Cesarea

pada Ny. H dengan Mobilisasi Dini. Masalah yang terjadi ibu masih

merasakan nyeri atau sakit pada saat melakukan pergerakan dan mules

bagian perut. Kebutuhan yang diberikan beritahu ibu dan keluarga

mengenai keadaan ibu. Pada kasus Ny. H tidak mengalami masalah

potensial.
c. Dalam perencanaan asuhan pada ibu nifas adalah beritahu ibu mengenai

keadaannya, pantau keadaan umum dan perkembangan kehamilan dan

jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan berikan penkes.

d. Pada langkah pelaksanaan, tindakan yang diberikan sesuai dengan rencana

yang sudah ditentukan.

e. Evaluasi dilakukan secara sistematis untuk melihat hasil asuhan yang

diberikan. Hasil yang diperoleh keluhan ibu sudah tidak dirasakan

kembali, keadaan ibu baik, dan tidak terjadi komplikasi pada ibu.

B.Saran

1. Bagi Penulis

Mampu menguasai setiap asuhan yang akan diberikan pada klien,mampu

menerapkan gerakan sayang ibu (safe motherhood) dan mampu menguasai

keterampilan yang dimiliki bidan secara profesional.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Keberhasilan suatu asuhan yang diberikan tidak terlepas dari dukungan

institusi pendidikan diharapkan adanya suatu sarana klinik atau rumah sakit

yang lebih mendukung kegiatan asuhan kebidanan pada ibu nifas sehingga

asuhan pada ibu nifas dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien.
3. Bagi Tenaga Kesehatan (Bidan)

a. Diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan penjelasan pada setiap ibu

nifas juga pada bayinya tentang apa saja yang harus ibu ketahui tentang

keadaan ibu dan bayinya dengan jelas sehingga apabila terdapat tanda-tanda

bahaya bisa cepat tertangani.

b. Perlu adanya komunikasi yang edukatif antara tenaga kesehatan dan pasien

agar dapat menciptakan suasana yang harmonis dan dapat meningkatkan

pelayanan kebidanan terutama dalam pelayanan Kehamilan, Persalinan,

Nifas dan Bayi Baru lahir.


DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Lia Sunarsih, Tri. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta:
Salemba Medika
Dewi, Vivian Lia Sunarsih, Tri. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta:
Salemba Medika
Ns. Suryani Hartati, Mkep., Sp. Kep. Mat. 2015. Asuhan Keperawatan Ibu
Postpartum Seksio Sesarea. Jakarta : Trans Info Media
Nurul Jannah. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-partinist1-1453-1-
partini-i.pdf (diunduh 19 Mei 2017)
http://eprints.ung.ac.id/12198/2/2014-2-1-14201-841413154-bab1-
20012015122141.pdf (diunduh 20 Mei 2017)
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/168/jtptunimus-gdl-savakurnia-8351-3-
babii.pdf (diunduh 20 Mei 2017)
http://simtakp.uui.ac.id/dockti/IRMA_WAHYUNI-kti.pdf
(diunduh 20 Mei 2017)
http://ws.ub.ac.id/selma2010/public/image/UserTemp/2017/03/31/201703310031
09_8149.pdf (diunduh 21 Mei 2017)
http://eprints.ums.ac.id/52180/3/BAB%20I.pdf (diunduh 21 Mei 2017)

http://opac.unisayogya.ac.idd/1247/1/SUNDARI_201310104374_NASKAH%20
PUBLIKASI.pdf(diunduh 21 Mei 2017)
http://103.15.241.30:8123/inlislite3/uploaded_files/dokumen_isi/Monografi/CHA
PTER%20I_081.pdf (diunduh 21 Mei 2017)

You might also like