Bahan Ajar....... Yani
Bahan Ajar....... Yani
Bahan Ajar....... Yani
PENDAHULUAN
2. Besaran turunan
Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari satu atau lebih besaran pokok. Satuan besaran
turunan tergantung pada satuan besaran pokok. Misalnya :
L = p x l ( besaran luas diturunkan dari besaran pokok panjang )
m
v = s ( besaran kecepatan diturunkan dari besaran pokok panjang dan waktu )
W = mg ( besaran berat diturunkan dari besaran pokok panjang, massa, dan waktu )
Tabel 1.2 Besaran turunan dan satuannya
No Besaran Satuan Diturunkan dari besaran pokok
3
1 Volume m Panjang
2 Kecepatan m/s Panjang dan waktu
2
3 Percepatan m/s Panjang dan waktu
4 Massa jenis kgm3 Panjang dan massa
2 -2
Energi kgm s Panjang, massa, dan waktu
6 Luas m2 Panjang
Besaran-besaran fisika secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, besaran skalar, besaran
vektor dan besaran tensor. Untuk besaran tensor, tidak akan dipelajari dalam pelajaran fisika dasar. Besaran
skalar adalah besaran yang memiliki nilai saja, sedangkan besaran vektor adalah besaran yang selain
memiliki nilai juga memiliki arah. Karena konsep tentang vektor banyak digunakan dalam fisika, maka
akan dijelaskan lebih lanjut secara singkat mengenai besaran vektor ini.
Definisi satuan-satuan dasar menurut SI
Meter
Satu meter adalah panjang yang sama dengan 1.650.763,73 kali panjang gelombangdalam vakum sinar
merah spektrum atm Kr86 yang merupakan radiasi yang disebabkan oleh transisi antara tingkat energi 2p10
dan 5d5.
Kilogram
Satu kilogram adalah massa standar kilogram berbentuk silindris yang dibuat dari bahan platian iridium
yang dsimpan di Serves Prancis.
Detik
Satu detik adalah interval waktu dar 9.192.631,770 kali waktu getar radiasi yang disebabkan oleh trasisi
antara tingkat halus (fine structure energy level) dari gruns state atom Cs 133.
Ampere
Satu amper adalah arus tetap yang terjadi bila pada dua buah konduktor lurus sejajar panjangnya tak
berhingga dan diabaikan luas penampangnya berjarak 1 meter diletakkan di ruang vakum akan
menghasilkan gaya antara kedua konduktor sebesar 2𝑥10−7 newton per meter.
Kalori
1
Satu kalori adalah 273,16 bagian dari temperatur termodinamis dari titik tripel air
Candela
1
Satu kandela adalah kuat penerangan secara tegak lurus pada permukaan yang luasnya 600.000m2 dari
sebuah “benda hitam” pada titik beku platina. (2046.65 derajat kelvin) pada tekanan 101.325 N/m2.
Mole
Satu mole adalah banyaknya zat yang mengisi atm C12 sebanyak 0,012 kg
Dimensi
Definisi : Dimensi adalah cara penulisan dari besaran-besaran dengan menggunakan simbol-simbol
(lambang-lambang) besaran dasar.
Notasi (cara penulisan) dimensi adalah
Guna dimensi :
1. Untuk menurunkan satuan dari suatu besaran
2. Untuk meniti kebenaran suatu rumus atau persamaan
Satuan
Definisi : Satuan adalah ukuran atau pembanding dari suatu besaran
Semua besaran mempunyai satuan, tapi belum tentu mempunyai dimensi (besaran pelengkap), misal sudut,
getaran. Satuan dari besaran pokok adalah satuan dasar, dan besaran turunan mempunyai satuan turunan,
sedangkan besaran pelengkap mempunyai satuan pelengkap. Sebuah besaran tidak ada artinya jika tidak
disertai satuannya, misalnya tak dapat dikatakan bahwa panjang sebuah pensil adalah 20, ini mungkin 20
cm atau 20 inci. Jadi satuan menentukan ukuran suatu besaran.
Sistem Satuan
Ada dua macam bentuk satuan : metrik dan non metrik (British Unit = satuan Inggris). Sistem yang
dirasionalisasi ada 2 macam; sistem statis dan sistem dinamis, dengan masing-masing mempunyai bentuk
metrik dan non metrik.
Sistem dinamis
Sebagai besaran dasar adalah panjang, massa, waktu (sistem lmt). Sistem ini ada 2 macam : cgs dan mks.
Sistem mks ini sekarang dnamakan mksa atau mksc (a=ampere, c = coulomb) singkatan untuk sistem
Internasional (SI). Sistem non metrik yang disingkat fps, berarti panjang dalan feet, massa dalam pound,
dan waktu dalam second.
Sistem Statis
Sebagai besaran dasar adalah panjang, gaya, waktu (sistem Fmt). Sistem ini ada 2 macam, yaitu sistem
gravitasi dan sistem teknis (praktis) dan kedua sistem terakhir ini lagi terbagi atas statis besar dan kecil.
1.4 Vektor
1.4.1 Definisi
Besaran vektor merupakan besaran yang baik memiliki besar maupun arah untuk suatu deskripsi
yang lengkap. Contoh besaran vektor adalah kecepatan, percepatan, gaya, momentum, impuls, kuat
medan listrik, dan kuat medan magnet.
Sebuah vektor digambarkan dengan sebuah anak panah dengan besar dan arah tertentu (Gambar 1).
Titik A menyatakan titik tangkap, kepala panah B menyatakan arah, panjang 4 satuan menyatakan
besar serta garis yang melalui AB menyatakan garis kerja vektor.
Disini 𝑒̂𝑟 adalah vektor satuan perpindahan ∆𝑟̅ dan besar perpindahan ∆𝑟 adalah tetap dalam selang
ar 2.1 waktu ∆𝑡 yang sama.
Kecepatan gerak titik P dalam selang waktu ∆𝑡 adalah :
∆𝑟
𝑣= = 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
∆𝑡
Atau
∆𝑟 = 𝑣∆𝑡
Persamaan lintasan dalam vektor posisi menjadi:
∆𝑟̅ = 𝑟̅0 + 𝑣. 𝑡𝑒̂𝑟
Lintasan ini berupa garis lurus dan bukan pada sumbu x atau y maka komponen-komponennya adalah :
𝑥̅ = 𝑥̅𝑜 + 𝑣𝑥 𝑡𝑖̂ atau 𝑥̅ 𝑖̂ = 𝑥̅𝑜 𝑖̂ + 𝑣𝑥 𝑡𝑖̂
𝑦̅ = 𝑦̅𝑜 + 𝑣𝑦 𝑡𝑖̂ atau 𝑦̅𝑖̂ = 𝑦̅𝑜 𝑖̂ + 𝑣𝑦 𝑡𝑖̂
Karena gerak ini dalam gerak satu dimensi dan pada umumnya titik 𝜃 diambil di titik 𝑃0 maka persamaan
lintasan menjadi :
𝑥 = 𝑣𝑥 𝑡 atau 𝑦 = 𝑣𝑦 𝑡
Disini 𝑣𝑥 dan 𝑣𝑦 adalah 𝑣𝑥 dan 𝑣𝑦 rata-rata dan besarnya tetap. Jadi dalam gerak lurus beraturan kecepatan
rata-rata sama dengan kecepatan sesaat, atau
𝑣𝑟 = 𝑣 = 𝑐 (konstan)
Maka percepatan sesaat dalam gerak lurus beraturan :
𝑑𝑣 𝑑
𝑎= = (𝑐) = 0
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Grafik 𝑥 vs 𝑡, 𝑣 vs 𝑡 dan 𝑎 vs 𝑡 dapat dilihat dalam Gambar 2.2
Dalam Gambar 2.4 dapat dapat dilihat bahwa bila percepatan 𝑎 > 0, keceptana 𝑣 naik dan jarak 𝑥
mempunyai titik maksimum dengan bertambahnya waktu. Sebaliknya bila 𝑎 < 0, kecepatan 𝑣 turun dan
jarak 𝑥 mempunyai tinggi maksimum.
BAB 3
Gerak Dalam Dua Dimensi
3.1 Gerak Melingkar Beraturan
Sebuah benda yang bergerak melingkar dengan laju 𝑣 yang tetap dikatakan benda melakukan gerak
melingkar beraturan. Gerak bulan dalam mengitari bumi begitu pula bumi dalam mengitari matahari adalah
contoh dari gerak melingkar beraturan. Walaupun besar kecepatan (laju) tetap, tetapi arahnya selalu
berubah. Gambar 3.1. Karena percepatan didefinisikan sebagai harga perubahan kecepatan, maka
perubahan dalam arah kecepatan menunjukkan suatu percepatan pula. Dengan demikian, suatu benda yang
melakukan gerak melingkar beraturan adalah sepercepatan.
Gambar 3.1
Percepatan didefinisikan sebagai :
∆𝑣 𝑑𝑣
𝑎̅ = lim =
∆𝑡→0 ∆𝑡 𝑑𝑡
Disini 𝑎̅ adalah perubahan kecepatan dalam interval waktu singkat ∆𝑡. Dalam waktu ∆𝑡 partikel
dalam Gambar 3.2a bergerak dari titik A ke B, menempuh jarak ∆𝑙 melewati sudut kecil ∆𝜃. Perubahan
vektor kecepatannya adalah 𝑣̅ − 𝑣̅𝑜 = ∆𝑣̅ . Bila 𝑣̅𝑜 dipindahkan ke ruas kanan, persamaan menjadi adalah
∆𝑣̅ = 𝑣̅𝑜 + ∆𝑣. Disini ∆𝑣̅ adalah suatu vektor seperti ditunjukkan Gambar 3.2b. Dalam diagram ini dapat
diartikan bahwa bilamaan 𝑡 sangat kecil (mendekati nol), maka ∆𝑙 dan ∆𝜃 juga sangat kecil, 𝑣̅ dan ∆𝑣̅ akan
menjadi tegak lurus pada keduanya. Dengan demikian ∆𝑣̅ menuju ke arah pusat lingkaran. Sesuai dengan
definisi percepatan di atas, percepatan 𝑎̅ mempunyai arah yang sama dengan arah 𝑣̅ , yaitu menuju ke pusat
lingkaran. Oleh karena itu percepatan 𝑎̅ disebut percepatan sentripetal dan diberi tanda 𝑎̅𝑐 (pada sumber
lain diberi tanda 𝑎̅𝑠 ).
Gambar 3.2
Arah percepatan telah diperoleh yaitu menuju ke pusat lingkaran, sekarang kita hitung berapa besar
percepatan sentripetal tersebut.
Lihat segitiga ABC dan segitiga yang dibentuk oleh vektor 𝑣̅𝑜 , 𝑣̅ , dan ∆𝑣̅ dalam Gambar 3.2.
kedua segitiga tersebut sebangun, maka :
∆𝑣 ∆𝑙 𝑣
= 𝑟 atau ∆𝑣 = 𝑟 ∆𝑙
𝑣
Untuk ∆𝑡 → 0, tali busur AB sama panjang dengan busur ∆𝑙. Besar percepatan 𝑎𝑠 didefinisikan
sebagai :
∆𝑣 ∆𝑙
𝑎𝑠 = lim = lim
∆𝑡→𝑜 ∆𝑡 ∆𝑡→𝑜 ∆𝑡
Dan kerana
∆𝑙 𝑣2
𝑣 = lim maka 𝑎𝑠 =
∆𝑡→𝑜 ∆𝑡 𝑟
Suatu benda yang bergerak melingkar beraturan dengan jari-jari 𝑟 dan laju 𝑣 mempunyai
𝑣2
percepatan sentriptal 𝑎𝑠 = 𝑟 . Besar percepatan ini tergantung pada jari-jari 𝑟. Untuk gerakan satelit yang
mengitari bumi percepatan sentripetalnya adalah percepatan gravitasi bumi 𝑔̅ .
Gambar 3.1
Misalkan sebuah peluru dilemparkan dari titik O dengan kecepatan 𝑣0 dengan arah terhadap
horizontal, maka lintasan peluru akan berada dalam satu bidang datar dan berbentuk lengkung (bukan
garis lurus) berarti akan mencapai titik tertinggi (A) dan titik terjauh (B) terhadap titik pelemparan O.
Karena gerak ini berada pada bidang datarberarti merupakan resultan dari dua gerak yaitu pada arah
vertikal dan horizontal. Jika bidang datar ini adalah bidang XOY, maka arah horizontal = arah 𝑥 dan arah
vertikal = arah 𝑦. Dalam perjalanannya peluru tersebut hanya dipengaruhi oleh percepatan gravitasi bumi
yang arah vertikal ke bawah, berarti // sumbu 𝑦, sedangkan pada arah horizontal tidak ada percepatan, jadi
pada permulaan geraknya pada arah vertikal peluru mendapat perlambatan, karena percepatan dan
kecepatan arahnya berlawanan. Pada suatu titik jika 𝑣𝑦 = 0, peluru akan berhent dan kemudian jatuh
kembali dengan dipercepat. Komponen gerak pada arah 𝑦 adalah gerak lurus dipercepat beraturan dengan
kecepatan awal, sedangkan pada arah 𝑥 terhadap gerak lurus beraturan. Disini pengaruh udara diabaikan.
Gerak dalam arah sumbu 𝑥 adalah gerak lurus berubah beraturan karena percepatan 𝑎𝑥 = 0 disini :
𝑣𝑥 = 𝑣0 cos 𝜃 = 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
Dan
𝑥 = 𝑣0𝑥 . 𝑡 = 𝑣0 cos 𝜃𝑡
Gerak dalam arah sumbu Y adalah gerak lurus lurus berubahnberaturan dengan percepatan 𝑎𝑦 = −𝑔
disini:
𝑣𝑜𝑦 = 𝑣𝑜 sin 𝜃
1 1
𝑦 = 𝑣𝑜𝑦 𝑡 − 𝑔𝑡 2 = 𝑣𝑜 sin 𝜃𝑡 − 𝑔𝑡 2
2 2
𝑣𝑦 = 𝑣𝑜𝑦 − 𝑔𝑡 = 𝑣𝑜 sin 𝜃 − 𝑔𝑡
Kecepatan peluru pada saat t adalah :
𝑣 = √𝑣𝑥2 − 𝑣𝑦2
Arah kecepatan peluru menyinggung lintasannya dinyatakan dengan :
𝑣𝑦
tan 𝜃 =
𝑣𝑥
Disini 𝜃 adalah sudut antara kecepatan 𝑣 dengan sumbu x positif.
Peluru akan mencapai tinggi maksimum bila :
𝑣𝑦 = 0 = 𝑣0 sin 𝜃 − 𝑔𝑡
Atau
𝑣0 sin 𝜃
𝑡𝑦 (𝑚𝑎𝑘𝑠) =
𝑔
1 1
Sehingga dari persamaan 𝑦 = 𝑣𝑜𝑦 𝑡 − 2 𝑔𝑡 = 𝑣𝑜 sin 𝜃𝑡 − 2 𝑔𝑡 2 diperoleh Y tinggi maksimum
2
𝑣02 𝑠𝑖𝑛2 𝜃
𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠 =
2𝑔
Dan
𝑣 = 𝑣𝑥 = 𝑣0 cos 𝜃
Pada saat peluru mencapai jarak mendatar terjauh (B) bila :
1
𝑦 = 0 = 𝑣0 sin 𝜃𝑡 − 𝑔𝑡 2
2
Atau
2𝑣0 sin 𝜃
𝑡𝑥 (𝑚𝑎𝑘𝑠) =
𝑔
Dari persamaan 𝑥 = 𝑣0𝑥 . 𝑡 = 𝑣0 cos 𝜃𝑡 diperoleh jarak terjauh:
𝑣𝑜2 sin 2𝜃
𝑥𝑚𝑎𝑘𝑠 =
𝑔
Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa jarak mendatar terjauh diperoleh bila sin 2𝜃 = 1 sudut
lemparan (elevasi) =45o. Syarat-syarat yang harus dipenuhi pada gerak peluru adalah :
1. Jarak cukup kecil sehingga kelengkungan bumi dapat diabaikan
2. Ketinggian cukup kecil sehingga perubahan percepatan gravitasi terhadap ketinggian dapat diabaikan.
Untuk jarak jauh, keadaan lintasan dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.2
Arah semua 𝑔 ke pusat bumi. Lintasan ini tidak lagi parabola, tetapi elips. Jika gerak peluru
dipengaruhi gesekan udara lintasannya berubah.
Gambar 3.3
Lintasan (1) : lintasan sebenarnya di udara
Lintasan (2) : lintasan di vakum
Apabila roda dengan jari-jari 𝑟 berputar pada porosnya, maka suatu titik pada tepi roda digambarkan
dengan menyatakan panjang busur 𝑠 yang ditempuhnya, kecepatan tangensial 𝑣 dan percepatan tangensial
𝑎 𝑇 . Besaran-besaran ini berhubungan dengan besaran-besaran 𝜃, 𝜔, dan 𝛼 yang menggambarkan
perputaran roda itu melalui hubungan-hubungan berikut :
𝑠 = 𝑟𝜃 𝑣 = 𝜔𝑟 𝑎 𝑇 = 𝑟𝛼
Asal 𝜃, 𝜔, dan 𝛼 dinyatakan dalam rad, rad/s, dan rad/s2 dengan mudah dapat dilihat bahwa
sebenarnya adalah panjang tali yang melilit pada tepi roda atau jarak tempuh rda seandainya roda itu dapat
menggelinding tanpa slip. Dalam hal ini 𝑣 dan 𝑎 𝑇 adalah kecepatan dan percepatan pusat perputaran roda.
BAB 4
DINAMIKA
4.2 Gaya
Gaya adalah besaran vektor dan satuannya adalah Newton, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Nama
Sistem Satuan Definisi
Khusus
SI Kg-m-det2 Newton (N) 1 N = gaya yang bekerja pada benda dengan
massa 1 kg, menyebabkan percepatan 1 m/det2
c.g.s gr-cm-det2 dyne (dn) 1 dn = gaya yang bekerja pada benda dengan
massa 1 gram menyebabkan percepatan 1
cm/sec2
British Pound-ft-1 lb Poundal 1 pdl = gaya yang bekerja pada benda dengan
(f.p.s) sec 2 (pdl) massa (pound) menyebabkan percepatan 1
ft/sec2
Praktis Kgf, lbf 1 kgf adalah gaya yang sama dengan berat
benda dengan massa 1 kg. Adanya kgf dan lbf
menyebabkan adanya satuan baru untuk massa,
jika gaya dinyatakan dalam persamaan 𝐹 =
𝑚. 𝑎
Dalam 1 lb = 0,0311 Slug 1 slug adalah massa suatu benda yang
satuan slug mendapatkan percepatan sebesar 1 ft sec-2 bila
Inggris dikerjakan gaya 1 lbf.
satuan (1 lbf = 1 slug.ft.sec-2
massa
adalah
4.3.1 Macam-Macam Gaya
Untuk sistem 2 benda titik terdapat gaya-gaya:
1. Gaya interaksi
2. Gaya kontak
GAYA INTERAKSI
Gaya interaksi ialah gaya yang ditumbulkan oleh suatu benda pada benda lain walaupun letaknya
berjauhan.
Misalnya : Gaya gravitasi
Gaya listrik
Gaya magnet
Medan adalah ruang yang merupakan daerah pengaruh gaya. Akibatnya benda-benda yang berada dalam
suatu medan (medan gravitasi, medan listrik, medan magnet) akan menderita gaya (gaya gravitasi, gaya
listrik, gaya magnet).
GAYA KONTAK
Gaya kontak adalah gaya yang terjadi hanya pada benda-benda yang bersentuhan. Macam-macam
gaya kontak : a. Gaya normal
b. Gaya gesekan
c. Gaya tegang tali
Gaya Normal ialah gaya reaksi dari gaya berat yang dikerjakan benda terhadap bidang tempat benda
terletak (benda melakukan aksi, bidang melakukan reaksi). Arah gaya normal N selalu tegak lurus pada
bidang.
Gambar 4.1
Gaya gesekan ialah gaya yang melawan gerak relatif sebuah benda. Macam-macam gaya gesekan :
I. Gaya gesekan antara zat padat dan zat padat
II. Gaya gesekan antara zat padat dan zat cair (fluida).
Arah gaya gesekan selalu sejajar dengan bidang tempat benda berada dan berlawanan arah dengan
arah gerak benda, jadi gaya gesekan melawan gerak (menghambat).
Gambar 4.2
Misal pada gambar 4.3, sebuah benda ditarik oleh gaya P, tapi benda belum bergerak, karena
melawan P yaitu 𝑓𝑠 . Jika P diperbesar terus hingga akhirnya benda bergerak,maka gaya
gesekan pada saat benda mulai bergerak = 𝑓𝑘 < 𝑓𝑠 . Jadi memang dalam keadaan diam
gaya gesekan lebih besar daripada dalam keadaan bergerak.
Gambar 4.3
𝛴𝐹 = 𝑚. 𝑎
𝑃 − 𝑓𝑘 = 𝑚𝑎
Benda pada bidang miring : 𝑚. 𝑔 sin 𝜃 − 𝑓𝑘 = 𝑚. 𝑎
Gambar 4.4
Kesimpulan :
Untuk benda-benda yang tidak rigid (yang dapat berubah bentuk = berdeformasi) gaya friksi
tergantung pada :
1. Luas bidang yang bersinggungan
2. Kecepatan relatif antara benda-benda yang bersinggungan. Lihat Gambar 4.5, perhatikan tabel
berikut :
P F Keadaan
0 0 Diam
𝜇𝑠 𝑁 P Diam, tidak bergerak
𝜇𝑠 𝑁 P Diam, mulai akan bergerak
𝜇𝑘 𝑁 P Gerak lurus beraturan
𝜇𝑘 𝑁 = 𝜇𝑘 𝑁 Gerak lurus dipercepat
Jika gaya friksi pada saat benda mulai akan bergerak : 𝑓 = 𝑓𝑠 = 𝜇𝑠 𝑁, selanjutnya setelah benda
bergerak 𝑓 = 𝑓𝑠 = 𝜇𝑘 𝑁. Keterangan tadi dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 4.5
Gaya gesekan antara zat padat dan zat cair (fluida) (fluida friction).
Benda bergerak dalam cairan dengan kecepatan 𝑣, mengalami gaya gesekan 𝑓 yang tergantung pada :
1. Macam cairan (fluida)
2. Bentuk atau ukuran dari benda yang bergerak dalam cairan tersebut.
Koefisien gesekan fluida disebut koefisien viskositas (η). Untuk benda padat berbentuk bola dalam
cairan (fluida) berlaku hukum Stokes yang berbunyi:
Jika sebuah benda bergerak dalam fluida dengan kecepatan tetap, maka gaya gesekannya 𝑓 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣,
dengan 𝑟 = jari-jari bola dan 𝑣 = kecepatan bola (tetap).
Gambar 4.6
BAB 5
USAHA DAN ENERGI
5.2 Usaha
Pengertian usaha dalan fisika didefinisikan sebagai perkalian antara besar gaya yang menyebabkan
benda berpindah dengan besar perpindahan benda yang searah dengan arah gaya tersebut. Usaha yang
dilakukan gaya 𝐹̅ pada benda yang bergerak dari A ke B sepanjang lintasan tertentu adalah :
𝐵 𝐵
𝑊𝐴𝐵 = ∫ 𝐹̅ . 𝑑𝑆̅ = ∫ 𝐹𝑠 . 𝑑𝑆
𝐴 𝐴
Disini 𝐹𝑥 = 𝐹 cos 𝜃 adalah komponen gaya 𝐹̅ dalam arah lintasannya.
Karena 𝑑𝐹̅ = 𝑑𝑥. 𝑖̂ + 𝑑𝑦. 𝑗̂ + 𝑑𝑧. 𝑘̂ maka secara umum persamaan di atas dapat ditulis:
𝑑𝑊 = 𝐹̅ . 𝑑𝑆̅ = 𝐹𝑥 𝑑𝑥 + 𝐹𝑦 𝑑𝑦 + 𝐹𝑧 𝑑𝑧
Gambar 5.1
Satuan Usaha
Jika gaya 𝐹̅ dalam Newton (N) dan jarak s dalam meter (m) maka kerja W dalam Joule (J).
1 N.m = 1 kgm2.s-2 = 1 J
Jika gaya 𝐹̅ dalam dyne dan jarak s dalam cm maka kerja W dalam erg.
1 dyne.cm = 1 g.cm2.s-2 = 1 erg
Sehingga
1 J = 107 erg
5.2.1 Usaha yang Dilakukan Gaya Membentuk Sudut Sembarang
Perhatikan Gambar 5.2.
Gambar 5.2 Usaha yang dilakukan oleh gaya 𝐹 menyebabkan perpindahan sejauh 𝑠
Bara menarik balok dengan suatu gaya konstan 𝐹 dan menyebabkan balok berpindah sejauh 𝑠 dan
tidak searah dengan arah gaya 𝐹. Komponen gaya 𝐹 yang segaris dengan perpindahan adalah 𝐹𝑥 = 𝐹 cos 𝛼
dengan 𝛼 merupakan sudut apit antara arah gaya dan bidang horizontal. Berdasarkan definisi usaha
tersebut diperoleh persamaan sebagai berikut.
𝑊 = 𝐹𝑥 . 𝑠
= 𝐹 cos 𝛼
= 𝐹. 𝑠 cos 𝛼
5.2.2 Usaha yang Bernilai Negatif
Usaha boleh bernilai negatif. Berdasarkan persamaan 𝑊 = 𝐹. 𝑠 cos 𝛼, ketika 𝛼 berada pada rentang
90° < 𝛼 < 270°, usaha bernilai negatif. Hal ini disebabkan cos 𝛼 bernilai negatif. Misalnya, pada kasus
benda yang dilempar ke atas. Selama benda bergerak ke atas benda berpindah setinggi ℎ meter, pada benda
bekerja gaya berat 𝑊 yang arahnya ke bawah. Pada kasus ini arah gaya berat ke bawah berlawanan dengan
arah perpindahan mendbenda. Ketika benda dilemparkan, benda medapat sejumlah energi untuk melawan
gaya berat benda. Jadi, usaha yang dilakukan oleh gaya berat adalah negatif. Kasus lain yang bernilai
negatif adalah usaha yang dilakukan oleh gaya gesekan.
Gambar 5.3 Usaha yang dilakukan benda untuk pindah posisi ditentukan
dari posisi awal dan akhirnya
5.6 Daya
Daya adalah laju benda melakukan kerja.
𝑑𝑊 𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧
𝑃= = 𝐹̅ . 𝑣̅ = 𝐹𝑣 cos 𝜃 = 𝐹𝑥 + 𝐹𝑦 + 𝐹𝑧
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
Disini 𝐹̅ dan 𝑣̅ masing-masing menyatakan gaya dan kecepatan sesaat sedangkan 𝜃 adalah sudut
antara gaya 𝐹̅ dan kecepatan 𝑣̅ .
Jika daya tidak berubah-ubah terhadap waktu maka :
𝑊
𝑃=
𝑡
Satuan Daya
Jika kerja 𝑊 dinyatakan dalam joule (J) dan waktu 𝑡 dalam sekon (𝑠) maka daya 𝑃 dalam Watt (𝑊).
Sehingga :
1 Watt = 1 J.s-1 = 1 kg.m2.s-3 = 1 N.m.s-1
Satuan daya yang juga sering dipakai adalah daya kuda (horse power = hp) dan ld.ft/s
1 daya kuda = 1 hp = 746 W = 550 lb.ft/s
Jika gaya melakukan usaha 1000 J dalam waktu satu detik akan menghasilkan daya sebesar 1
kilowatt (1 KW) dan dalam satu jam gaya itu melakukan usaha sebanyak 1 kWh
1 kWh = 3,6 x 106 J
BAB 6
MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN
Gambar 6.1
Jika 𝑚1 𝑢̅1 dan 𝑚2 𝑢̅2 masing-masing menyatakan momentum bola pertama dan bola kedua, sebelum
tumbukan, sedangkan 𝑚1 𝑣̅1 dan 𝑚2 𝑣̅2 menyatakan momentum bola pertama dan bola kedua sesudah
𝑑𝑃̅
tumbukan maka dari persamaan = 0 atau 𝑃̅ = konstan diperoleh
𝑑𝑡
𝑃̅ = konstan
Atau
𝑚1 𝑢̅1 + 𝑚2 𝑢̅2 = 𝑚1 𝑣̅1 + 𝑚2 𝑣̅2
Disini 𝑢̅ dan 𝑣̅ menyatakan bola biliard sebelum dan sesudah tumbukan. Dengan demikian, momentum
dari kedua bola adalah kekal. Dapat pula ditulis dalam bentuk lain sebagai:
𝑚1 𝑣̅1 − 𝑚1 𝑢̅1 = −(𝑚2 𝑣̅2 − 𝑚2 𝑢̅2 )
Disini terlihat bahwa setiap kehilangan momentum bola yang satu (tanda - ), akan mengakibatkan
bertambahnya momentum dari bola yang lain (tanda +).
Gambar 6.2
𝑑𝑃 ̅
Dari hukum Newton kedua seperti yang dinyatakan pada persamaan 𝐹̅ = 𝑑𝑡 dapat dijelaskan bahwa
selama interval waktu yang sangat singkat 𝑑𝑡, perubahan momentum yang terjadi adalah:
𝑑𝑃̅ = 𝐹̅ 𝑑𝑡
Jika diintergrasikan dalam interval waktu tumbukan, diperoleh:
𝑃𝑓 𝑡𝑓
𝑃̅𝑓 − 𝑃̅𝑖 = ∫ 𝑑𝑃̅ = ∫ 𝐹̅ 𝑑𝑡
𝑃𝑖 𝑡𝑖
Disini 𝑃̅𝑖 dan 𝑃̅𝑓 adalah momentum benda tepat saat sebelum dan sesudah tumbukan. Integral gaya
pada interval waktu kontak 𝑑𝑡 disebut impuls 𝐽.
𝑡𝑓
𝐽 ̅ = ∫ 𝐹̅ 𝑑𝑡
𝑡𝑖
Dengan demikian, perubahan momentum dari suatu benda :
𝑡
∆𝑃̅ = 𝑃̅𝑓 − 𝑃̅𝑖 = adalah sama dengan impuls yang bekerja padanya, ∆𝑃̅ = 𝑃̅𝑓 − 𝑃̅𝑖 = ∫𝑡 𝑓 𝐹̅ 𝑑𝑡 = 𝐽 ̅
𝑖
Jika gaya 𝐹̅ adalah konstan maka persamaan menjadi :
𝑡𝑓
∆𝑃̅ = 𝑃̅𝑓 − 𝑃̅𝑖 = 𝐹̅ ∫ 𝑑𝑡 = 𝐹̅ (𝑡𝑓 − 𝑡𝑖 ) = 𝐽 ̅
𝑡𝑖
Atau
𝑚(𝑣̅𝑓 − 𝑣̅𝑖 ) = 𝐹̅ (𝑡𝑓 − 𝑡𝑖 ) = 𝐹̅ 𝑡
Komponen vektor momentum dalam arah sumbu 𝑥 sebelum dan sesudah tumbukan adalah :
𝑚1 𝑢̅1𝑥 + 𝑚2 𝑢̅2𝑥 = 𝑚1 𝑣̅1𝑥 + 𝑚2 𝑣̅2𝑥
Atau
𝑚1 𝑢̅1 + 𝑚2 𝑢̅2 = 𝑚1 𝑣̅1 cos 𝜃1 + 𝑚2 𝑣̅2 cos 𝜃2
Komponen vektor momentum dalam arah sumbu 𝑦 sebelum dan sesudah tumbukan adalah :
𝑚1 𝑢̅1𝑦 + 𝑚2 𝑢̅2𝑦 = 𝑚1 𝑣̅1𝑦 + 𝑚2 𝑣̅2𝑦
Atau
0 = 𝑚1 𝑣̅1 sin 𝜃1 + 𝑚2 𝑣̅2 sin 𝜃2
3) Jika jenis kerja vektor momentum dari benda-benda yang bertumbukan tidak terletak dalam satu garis
lurus dan satu bidang (bersilangan), maka sistem tumbukan ini disebut tumbukan dalam tiga dimensi.
Hukum kekekalan momentumnya dalam arah sumbu 𝑥, 𝑦, dan 𝑧 adalah:
𝑚1 𝑢̅1𝑥 + 𝑚2 𝑢̅2𝑥 = 𝑚1 𝑣̅1𝑥 + 𝑚2 𝑣̅2𝑥
𝑚1 𝑢̅1𝑦 + 𝑚2 𝑢̅2𝑦 = 𝑚1 𝑣̅1𝑦 + 𝑚2 𝑣̅2𝑦
𝑚1 𝑢̅1𝑧 + 𝑚2 𝑢̅2𝑧 = 𝑚1 𝑣̅1𝑧 + 𝑚2𝑧
𝑑𝑣̅ 𝑑𝑚
Persamaan 𝐹̅𝑒𝑥𝑡 = 𝑚 𝑑𝑡 − (𝑢̅ − 𝑣̅ ) 𝑑𝑡 dapat pula ditulis demikian:
𝑑𝑣̅ 𝑑𝑚
𝑚 = 𝐹̅𝑒𝑥𝑡 + 𝑣𝑟𝑒𝑙
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Suku pertama dalam ruas kanan 𝐹̅𝑒𝑥𝑡 , menunjukkan gaya resultan yang bekerja pada sistem (untuk
roket, gaya resultan ini termasuk gaya gravitasi dan gaya gesekan udara) dan tidak termasuk gaya yang
dilakukan 𝑑𝑚 terhadap 𝑀 sebagai akibat tumbukan, karena gaya ini merupakan gaya internal dalam sistem
total.
𝑑𝑚
Suku kedua dalam ruas kanan 𝑣𝑟𝑒𝑙 𝑑𝑡 menyatakan momentum rata-rata yang ditransfer ke dalam atau
ke luar sistem akibat dari massa yang meninggalkan atau massa yang masuk ke dalam sistem. Untuk suatu
roket, istilah ini disebut gaya dorong sebab gaya ini diakibatkan oleh gas yang disembunyikan.
G
ambar 7.3
Gambar 7.5
7.3.1 Perhitungan momen inersia untuk benda tegar yang koontinu dan teratur
1. Batang
Batang dengan panjang 𝑙, dan massa 𝑚, berputar terhadap sumbu melalui pusat massa. Ambil 𝑑𝑚
dengan panjang 𝑑𝑥, yang terletak sejauh 𝑥 dari sumbu. Bila 𝜆 adalah rapat massa persatuan panjang,
maka:
𝑚 = 𝜆𝑙 𝑑𝑚 = 𝜆𝑑𝑥
𝐼 = ∫ 𝑟 2 𝑑𝑚 = ∫ 𝑥 2 𝑑𝑚
1 1
𝑙 𝑙
= ∫ 𝜆𝑥 2 𝑑𝑥 = 2 ∫02 𝜆𝑥 2 𝑑𝑥 = 2
1
2
2
𝑙
1
1 3 2𝑙 1 1 3
= 2𝜆. 𝑥 | = 2𝜆. ( 𝑙)
3 0 3 2
1 3 1
= 𝜆𝑙 = 𝑚𝑙 2
12 12
Gambar 7.6
2. Cincin tebal
Misalnya : 𝑅1 menyatakan jari-jari dalam cincin, 𝑅2 menyatakan jari-jari dalam luarnya, 𝑓 menyatakan
rapat jenis dari massa cincin maka :
𝑑𝑚 = ∫ 𝑑𝑣 = ∫ 2𝜋 𝑟 𝑑𝑟𝑡
𝑡 = tebal dari cincin
𝑅 𝑅
𝐼 = ∫𝑅 2 𝑟 2 𝑑𝑚 = 2𝜋 ∫ 𝑡 ∫𝑅 2 𝑟 3 𝑑𝑟
1 1
1
= 𝜋 ∫ 𝑡(𝑅24 − 𝑅14 )
2
1
= 𝜋 ∫ 𝑡(𝑅2 2 − 𝑅11 ) (𝑅2 2 − 𝑅1 2 )
2
Karena 𝑚 = 𝜋 ∫ 𝑡(𝑅2 2 − 𝑅1 2 ) maka
1
𝐼 = 2 𝑚(𝑅2 2 − 𝑅1 2 )
Gambar 7.7
Gambar 7.8
4. Cincin tipis
Untuk cincin tipis 𝑅1 ≈ 𝑅2
𝐼 = ∫ 𝑟 2 𝑑𝑚
Dengan cara yang sama seperti cara di atas kita dapatkan:
1
𝐼 = 𝑚(𝑅2 2 − 𝑅1 2 )
2
Karena 𝑅1 = 𝑅2 = 𝑅, maka momen inersia untuk cincin tipis:
1
𝐼 = 𝑚(𝑅2 2 − 𝑅1 2 ) = 𝑚𝑅 2
2
Gambar 7.9
5. Silinder kosong
Silinder kosong terdiri dari cincin-cincin berdinding tipis yang bertumpuk-tumpuk (jari-jari luar = jari-
jari dalam).
Jadi 𝐼𝑠𝑖𝑙𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 = 𝐼 𝑐𝑖𝑛𝑐𝑖𝑛 𝑡𝑖𝑝𝑖𝑠 = 𝑚𝑅 2, dengan 𝑅 = jari-jari
6. Silinder Pejal
1 1
𝑅1 = 0, 𝑅2 = 𝑅, maka 𝐼 = 2 𝑚(0 + 𝑅 2 ) = 2 𝑚𝑅 2
Silinder pejal terdiri dari piring-piring yng ditumpuk-tumpuk, berarti 1 piringan = 𝐼𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑒𝑟 𝑝𝑒𝑗𝑎𝑙 =
1
𝑚𝑅 2
2
7. Piringan
Buatlah cincin-cincin pada piringan yang massanya dm, jari-jari cincin 𝑟 tebalnya 𝑑𝑟. Massa piringan
berbentuk luas, karena tebal diabaikan.
𝑑𝑚 = 𝜎𝑑𝐴 = 𝜎2𝜋𝑟𝑑𝑟
𝑅
= ∫ 𝑟 2 𝑑𝑚 = 𝜎2𝜋 ∫ 𝑟 3 𝑑𝑟
2𝜋𝜎1 4
= 𝑅
2
𝑚 1 1
= 2𝜋 2 𝑅 4 = 𝑚𝑅 2
𝜋𝑅 4 2
Kalau piringan ini ditumpuk-tumpuk maka akan merupakan silinder pejal.
Gambar 7.10
Gambar 7.11
𝑅2 𝑅2
= ∫ 2/3𝑑𝑚𝑟 2 = 2/3 ∫ 4𝜋 ∫ 𝑟 2 𝑑𝑟𝑟 2
𝑅1 𝑅1
𝑅2
= 2/3 ∫ 4𝜋 ∫ 𝑟 4 𝑑𝑟
𝑅1
𝑚
𝐼𝑏𝑜𝑙𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑜𝑛𝑔𝑔𝑎 = 2/3 ∫ 4𝜋 1/5(𝑅2 5 − 𝑅1 5 ) → ∫ =
4/3𝜋(𝑅2 3 − 𝑅1 3 )
2 1 𝑚 2 𝑅2 5 −𝑅1 5
di 𝐼 = 3 . 4𝜋. 5 (𝑅2 5 − 𝑅1 5 ) = 5 𝑚
4/3𝜋(𝑅2 3 −𝑅1 3 ) 𝑅2 3 −𝑅1 3
= ∫ 𝑑𝑚 (𝑥 2 + 𝑦 2 )
= ∫ 𝑑𝑚 𝑥 2 + ∫ 𝑑𝑚 𝑦 2
Gambar 7.13 𝐼𝑧 = 𝐼𝑥 + 𝐼𝑦
7.3.4 Perluasan
1. Momen inersia sebuah segi empat:
a. Sumbu melalui pusat massa// salah satu sisi.
𝑑𝑚 = 𝜎𝑑𝐴 = 𝜎𝑏𝑑𝑥
1/2𝑎 1/2𝑎
2 2
𝐼 = ∫ 𝑑𝑚 𝑥 = ∫ 𝜎𝑏 𝑥 𝑑𝑥 = 2𝜎𝑏 ∫ 𝑥 2 𝑑𝑥
−1/2𝑎 0
1
= 2𝜎𝑏 3 𝑥 3 |1/2𝑎
0
2𝑚
𝑏(1/2𝑎)3
=
3 𝑎𝑏
2 1𝑚 𝑚𝑎3 𝑏 1
Gambar 7.14 = 3 . 8 . 𝑎 𝑏 = 12 𝑚𝑎2
Jika b <<, maka egi empat tersebut merupakan sebuah batang yang panjangnya a.
Rumus ini berlaku apabila tebal keping ini tipis atau tidak
Gambar 7.15
1
𝐼𝑧 = 12 𝑚(𝑎2 + 𝑏 2 )
1
𝐼𝑥 = 𝑚(𝑎2 + 𝑐 2 )
12
1
𝐼𝑦 = 𝑚(𝑏 2 + 𝑏 2 )
12
Gambar 7.16
2. Momen inersia sebuah keping segitiga tipis terhadap sumbu melalui salah satu sisi.
ℎ =tinggi segitiga
𝐵𝐶 = alas = 𝑎
Buat elemen 𝑑𝑚 yang sejajar dengan 𝐵𝐶 pada jarak 𝑥 dari sumbu putar dan
tebalnya 𝑑𝑥.
Gambar 7.17
𝑑𝑚 = 𝜎 𝑑𝐴 = 𝜎𝑝 𝑑𝑥
𝑎(ℎ − 𝑥)
𝑝: 𝑎 = (ℎ − 𝑥): ℎ → 𝑝 =
ℎ
𝐼 = ∫ 𝑑𝑚 𝑚2
(ℎ − 𝑥) 2
∫ 𝜎𝑎 = 𝑥 𝑑𝑥
ℎ
𝜎𝑎 ℎ
= ∫ (ℎ − 𝑥) 𝑥 2
ℎ 0
𝜎𝑎 ℎ 2 ℎ
𝜎𝑎
= ∫ ℎ 𝑥 𝑑𝑥 − ∫ 𝑥 3 𝑑𝑥 = (1/3ℎ4 − 1/2ℎ4 )
ℎ 0 0 ℎ
𝑎ℎ4 𝑚2
= 1/12
ℎ 𝑎ℎ
= 1/6𝑚ℎ2
3. Momen inersia sebuah roda berporos
poros dan roda mempunyai satu sumbu putar, jadi 𝐼𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 =
𝐼𝑟𝑜𝑑𝑎 + 𝐼𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 . Poros berbentuk silinder pejal berjari-jari 𝑅1
mmisalnya, sedangkan roda berbentuk silinder berdinding tebal
𝑅1 dan 𝑅2 .
𝐼𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑒𝑟 = 1/2𝑚𝑓 (𝑅1 2 − 𝑅2 2 ) + 1/2𝑚𝑝 𝑅1 2
Gambar 7.18
4. Momen inersia benda berongga
Untuk menentukan momen inersia benda berongga, dihitung dulu momen inersia benda yang penuh,
kemudian dikurangi dengan momen inersia rongganya.
𝐼𝑏𝑒𝑟𝑜𝑛𝑔𝑔𝑎 = 𝐼𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ − 𝐼 𝑟𝑜𝑛𝑔𝑔𝑎
7.4 Hukum-Hukum Rotasi
Hukum-hukum rotasi kita kenal 2 macam hukum kekekalan dan hukum Newton untuk gerak rotasi.
Hukum-hukum kekekalan adalah :
1. Hukum kekekalan momentum putar
2. Hukum kekekalan energi putar
𝐿=𝑚𝑣𝑟
= 𝑚𝑟 2 𝜔
= 𝐼𝜔
Untuk sistem benda titik : 𝐿 = ∑ 𝑚𝑖 𝑣𝑖 𝑟𝑖
= ∑ 𝑚𝑖 𝑟𝑖 2 𝜔
Gambar 7.19 = 𝐼𝜔
Jadi momentum putar adalah jumlah momen dari momentum linear. Dari persamaan gerak rotasi
𝜏 = 1𝛼 atau :
𝐼 𝑑𝜔 𝑑(𝐼𝜔) 𝑑𝐿 𝑑𝐿
𝜏 = 𝑑𝑡 = 𝑑𝑡 = 𝑑𝑡 , dengan 𝜏 adalah momen gaya luar yang bekerja pada sumbu yang tetap, 𝑑𝑡
menyatakn perubahan momentum per satuan waktu.
Jika sumbu putar pada pusat massa maka:
𝑑𝐿𝑝.𝑚
𝜏𝑝.𝑚 =
𝑑𝑡
𝑑𝐿𝑝.𝑚
Pada umumnya : 𝜏𝑝.𝑚 = 𝑑𝑡
𝜏 𝑑𝑡 = 𝑑𝐿 atau ∫ 𝜏𝑑𝑡 = ∫ 𝑑𝐿
𝑡 𝐼2 𝜔2
= ∫ 𝜏 𝑑𝑡 = ∫ 𝑑(𝐼𝜔)
0 𝐼1 𝜔2
= 𝐼2 𝜔2 − 𝐼1 𝜔1
Ruas kiri = impuls putar
Ruas kanan = perubahan momentum putar
7.4.5 Daya
𝑝 = 𝐹̅ . 𝑣̅ (linear), maka analognya : 𝑝 = 𝜏𝜔 (rotasi)
𝜔𝑟𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖 = ∫ 𝜏 𝑑𝜃 (kerja)
Gambar 7.21
∑ 𝜏 = 𝐼𝛼 → 𝐹𝑟 = 𝐼𝛼
𝐼𝛼
𝐹=
𝑟2
Gambar 7.22
F diganti dengan gaya tegang tali karena beban m. Jika beban dilepaskan maka silinder akan berotasi dan
beban akan bertranslasi, silinder berputar karena
𝑎
𝑇 → 𝜏 = 𝑇𝑟 = 𝐼𝛼 = 𝐼
𝑟
𝐼𝑎
𝑇= 2
𝑟
𝑎 adalah percepatan beban = percepatan tangensial pada tepi silinder. Gambar 7.23
adalah gaya-gaya pada silinder dan beban. Pada beban : 𝑚𝑔 − 𝑇 = 𝑚𝑎
𝑚𝑔 𝑚 𝑔 𝑟2
𝑎= =
𝐼 𝐼 + 𝑚𝑟 2
2
𝑟 +𝑚
𝐼𝑎 𝐼 𝑚 𝑔 𝑟2 𝐼𝑚𝑔
𝑇= 2 = 2 2
=
𝑟 (𝐼 + 𝑚𝑟 )𝑟 (𝐼 + 𝑚𝑟)𝑟
Jika beban turun sejauh ℎ, kecepatan beban dapat ditentukan. Jika kita memandang
sistem seperti ini secara keseluruhan (beban + silinder) maka hukum kekekalan energi
mekanik dapat dipakai sebab gaya luar tidak ada. 𝑇 yang ada merupakan gaya dalam.
Gambar 7.23 ∆𝐸𝑘 = −∆𝐸𝑝𝑔𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖
∆𝐸𝑘𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠 + ∆𝐸𝑘𝑟𝑜𝑡 = −(∆𝐸𝑝𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 + ∆𝐸𝑝𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑒𝑟 )
1/2𝑚𝑣 2 + 1/2𝑚𝜔2 = −(0 − 𝑚𝑔ℎ) + 0
1 2
1 𝐼𝑣 2
𝑚𝑣 + = 𝑚𝑔ℎ
2 2 𝑟2
2 𝑚𝑔ℎ 2 𝑚𝑔ℎ
𝑣2 = = =2𝑎ℎ
𝑚 + 𝐼/𝑟 2 𝑚𝑔/𝑎
𝑣 = √2 𝑎ℎ
Jika dipandang beban dan silinder secara terpisah maka tak berlaku lagi hukum kekekalan energi
mekanik sebab gaya 𝑇 sekarang merupakan gaya luar. Harus digunakan prinsip kerja energi:
𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∆𝐸𝑘
Beban (translasi): 𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑊𝑔𝑟𝑎𝑣 + 𝑊𝑇 = ∆𝐸𝑘
−∆𝐸𝑝. −𝑇. ℎ = ∆𝐸𝑘
(0 − 𝑚𝑔ℎ) − 𝑇. ℎ = 1/2𝑚𝑣 2
1
𝑚𝑣 2 = 𝑚𝑔ℎ − 𝑇. ℎ
2
= (𝑚𝑔 − 𝑇)ℎ
=𝑚𝑎ℎ
2
𝑣 = 2 𝑎 ℎ → 𝑣 = √2 𝑎 ℎ
Silinder (rotasi): 𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∆𝐸𝑘
𝑊𝑟𝑜𝑡 = ∆𝐸𝑘𝑟𝑜𝑡
1
𝜏𝜃 = 𝐼𝜔2
2
𝑇 ℎ 𝑟 1 𝑣2
= 𝐼 2
𝑟 2 𝑟
2
2 𝑇 ℎ𝑟 𝐼𝑎
𝑣2 = =2 2 = 2𝑎ℎ
𝐼 𝑟
𝑣 2 = 2 𝑎 ℎ → 𝑣 = √2 𝑎 ℎ
Jadi 𝑣 = √2 𝑎 ℎ berlaku dalam persoalan baik untuk sistem yang dipandang secara keseluruhan
maupun silinder dan beban dipandang sendiri-sendiri.
b. Sumbu putar bergerak
Tali dililitkan pada suatu silinder dan ujung tali dibuat tetap silinder akan jatuh jika dilepaskan. Gerak
silinder ini karena gaya berat, tapi rotasinya karena 𝑇. Persamaan gerak translasi :
∑ 𝐹𝑦 = 𝑚𝑎𝑦
𝑚𝑔 − 𝑇
𝑚𝑔 − 𝑇 = 𝑚𝑎𝑝𝑚 > 𝑎𝑝𝑚 =
𝑚
Persamaan gerak rotasi : 𝜏 = 𝐼𝛼
𝑇. 𝑟 = 𝐼𝑝𝑚 𝛼
𝑇. 𝑟
𝛼=
𝐼𝑝𝑚
𝑎𝑝𝑚 = 𝛼𝑟, sebab percepatan translasi di semua titik termasuk titik singgung dengan tali adalah sama
dengan 𝑎𝑝𝑚 .
𝑇.𝑟.𝑟 𝑇𝑟 2
Jadi 𝑎𝑝𝑚 = =𝐼
𝐼𝑝𝑚 𝑝𝑚
𝑚𝑇𝑟 2
𝑚𝑔 − 𝑇 = 𝑚𝑎𝑝𝑚 =
𝐼𝑝𝑚
2 𝐼𝑝𝑚 . 𝑚𝑔
𝑚𝑟 𝑚𝑔
𝑇 (1 + ) = 𝑚𝑔 → 𝑇 = 2 =
𝐼𝑝𝑚 𝑚𝑟 𝐼𝑝𝑚 + 𝑚𝑟 2
1+ 𝐼
𝑝𝑚
Jika silinder jatuh sejauh ℎ, kecepatan di tempat ini dapat ditentukan sebagai berikut :
Hukum kekekalan energi mekanis dan silinder tidak berlaku sebab ada 𝑇, jadi :
𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∆𝐸𝑘
𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑊𝑟𝑜𝑡 + 𝑊𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠 = 𝜏𝜃 + 𝑊𝑔𝑟𝑎𝑣 + 𝑊𝑇
= 𝐸𝑘𝑟𝑜𝑡 + 𝐸𝑘𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠
ℎ 1 1
𝑇. 𝑟 − ∆𝐸𝑝 + (−𝑇ℎ) = 𝑚𝑣 2 + 𝐼𝑝𝑚 𝜔2
𝑟 2 2
1 2
1 𝑣2
𝑇ℎ + 𝑚𝑔ℎ − 𝑇ℎ = 𝑚𝑣 + 𝐼𝑝𝑚 2
2 2 𝑟
1 2 𝐼𝑝𝑚 1 𝑣2
𝑚𝑔ℎ = 𝑣 (𝑚 + 2 ) = (𝑚𝑟 2 + 𝐼𝑝𝑚 )
2 𝑟 2 𝑟2
1 𝑣 2 𝐼𝑝𝑚 𝑚𝑔 1 𝑣 2 𝐼𝑝𝑚 𝑚𝑔
= =
2 𝑟2 𝑇 2 𝑟 𝑇𝑟
𝑇. 𝑟 1 𝑣2 𝐼
𝑎= → 𝑚𝑔ℎ = 𝑚𝑔
𝐼𝑝𝑚 2 𝑟 𝛼
1 𝑣2
ℎ= → 𝑣 2 = 2𝑎𝑝𝑚 ℎ
2 𝑎𝑝𝑚
jadi ternyata lagi bahwa di sini diperoleh 𝑣 = √2 𝑎ℎ
𝑎 = 𝑎𝑝𝑚
1
Jumlah momen terhadap A : 𝐹ℎ + 𝑁 (2 𝑙 − 𝑎) − 𝑚𝑔1/2𝑙 = 0
𝑁 = 𝑚𝑔 → 𝐹ℎ = 𝑁𝑎 = 𝑚𝑔𝑎
𝐹ℎ
𝑎=
𝑚𝑔
Pada keadaan kritis :
1
1 1 𝑚𝑔𝑙 𝑚𝑔𝑙
𝑎= 𝑙 →𝐹= atau ℎ = 2
2 2 ℎ 𝐹
Gambar 7.26
Sebuah tongkat bermassa 𝑚 dan panjang 𝑙 berada pada bidang horizontal licin. Pada suatu tempat
berjarak 𝑎 dari pusat massa diberi impuls 𝐽. Disini tidak ada poros yang tetap. Berarti karena adanya
pukulan (impuls) tongkat ini akan melakukan gerak translasi dan rotasi. Pusay massanya akan bergerak
dengan kecepatan 𝑦𝑝𝑚 . Semua titik akan mempunyai kecepatan translasi sama. Titik-titik lain akan
mempunyai kecepatan rotasi disamping kecepatan translasi 𝑣𝑝𝑚 . Untuk titik-titik di separuh bagian yang
terkena impuls mempunyai 𝑣𝑟𝑜𝑡 dan 𝑣𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠 yang searah. Di separuh bagian yang lain akan berlawanan
arah. Besar 𝑣𝑟𝑜𝑡 tidak sama di semua bagian tongkat tergantung pada letaknya (jarak terhadap sumbu
putar). Jadi di separuh bagian yang tidak mendapat impuls ada 𝑣𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠 dan 𝑣𝑟𝑜𝑡 yang sama besar dan
berlawanan arah sehingga di titik tersebut kecepatan = 0, berarti titik itu diam. Titik ini disebut pusat
perkusi, misal letaknya berjarak 𝑟 dari pusat massa. Titik yang diam pada saat tongkat dipukul ini dapat
merupakan sumbu putar.
𝑣𝑝𝑚 = 𝑣𝑟𝑜𝑡 = 𝜔𝑟
𝐽 = ∫ 𝐹 𝑑𝑡 = ∆(𝑚𝑣) = 𝑚𝑣𝑝𝑚
𝐽
𝑣𝑝𝑚 =
𝑚
𝐽 𝑎 = ∫ 𝐹 𝑎 𝑑𝑡 = 𝑖𝑚𝑝𝑢𝑙𝑠 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟
= ∆(𝐼𝑝𝑚 𝜔) = 𝐼𝑝𝑚 𝜔
𝐽𝑎
Jadi 𝜔 = 𝐼
𝑝𝑚
𝐽 𝐽𝑎𝑟 𝐼𝑝𝑚 𝑚
= 𝜔𝑟 = → 𝑟=
𝑚 𝐼𝑝𝑚 𝑚𝑎
7.7.2 Pusat Osilasi
Sebuah batang yang mempunyai sumbu putar tetap, bila diayun merupakan
ayunan fisis, maka ada satu titik pada batang tersebut, diseparuh bagian batang yang
tidak mempunyai poros yang merupakan letak massa yang
dikonsentrasikan sehingga terhadap poros, titik tersebut akan merupakan ayunan
sederhana dengan perioda yang sama dengan perioda yang sama dengan perioda ayunan
fisis.
Gambar 7.27
Titik ini dinamakan pusat osilasi, misalnya terletak pada jarak 𝑟 dari pusat massa
𝐼𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠
𝑃𝑓𝑖𝑠𝑖𝑠 = 2𝜋√
𝑚𝑔𝑎
(𝑟 + 𝑎)
𝑃𝑠𝑒𝑑𝑒𝑟ℎ𝑎𝑛𝑎 = 2𝜋√
𝑔
𝐼𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 (𝑟 + 𝑎)
𝑃𝑓𝑖𝑠𝑖𝑠 = 𝑃𝑠𝑒𝑑𝑒𝑟ℎ𝑎𝑛𝑎 → =
𝑚𝑔𝑎 𝑔
(𝑟 + 𝑎)𝑚𝑎 = 𝐼𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 → 𝑚 𝑎 𝑟 + 𝑚 𝑎2 = 𝐼𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠
𝐼𝑝𝑚
𝑚 𝑎 𝑟 = 𝐼𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 − 𝑚 𝑎2 = 𝐼𝑝𝑚 → 𝐽𝑎𝑑𝑖 𝑟 =
𝑚𝑎
′ ′ 𝐼𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠
Jadi 𝑟 + 𝑎 = 𝑟 → 𝑟 = 𝑚 𝑎
Ternyata titik poros dan pusat osilasi adalah titik yang sekawan (conjugate). Titik poros di sini adalah
juga pusat perkusi. Jadi juga pusat perkusi dan pusat oosilasi adalah titik-titik yang sekawan.
7.7.4 Giroskop
Giroskop merupakan sebuah contoh dari gerak resesi. Giroskop terdiri dari sebuah piringan dengan
sumbu putar yang dapat berputar terhadap sumbu x, y, z.
Sumbu piringan ini diberi lingkaran penyangga dan sistem ini semuanya diber penyangga setengah
lingkaran. Pusat massa sistem piringan, sumbu dan piringan penyangga adalah
di titik O, maka momen gaya terhadap O akan sama dengan nol. Jika
piringan berputar dengan cepat pada sumbunya (AB), momen gaya yang
disebabkan oleh gaya berat sistem = 0. Misalkan mula-mula sumbu A-B
horizontal, piringan diputar dengan cepat, kemudian giroskop dibuat bebas
berputar pada 3 arah sumbu koordinat (x,y,z) jika letak giroskop diubah, maka
sumbu AB akan tetap pada arah semula : Hal ini dapat diterangkan sebagai
berikut :
Gambar
7.29
𝑑𝐿̅
𝐿̅ = 𝐼𝜔
̅ akan tetap karena = 𝜏̅ = 0, maka 𝜔 ̅ juga tetap berarti arah putar atau sumbu putar akan
𝑑𝑡
tetap, begitu pula laju putarannya. Giroskop banyak dipakai di kapal sebagai giro kompas, sebab letak AB
menunjuk tempat semula.
Jika momen gaya 𝜏 ≠ 0:
1. Gambar 7.30 adalah giroskop sederhana. Rotor 𝑡 berputar karena berat giroskop. G akan menghasilkan
reaksi P yang sama besar dan berlawanan arah hingga menimbulkan momen kopel dan giroskop tidak
jatuh, melainkan akan melakukan gerak presesi dengan:
𝜏 𝐺. 𝐼 𝐺. 𝐼
𝛺= = = , 𝑘 = jari − jari girasi
𝐼𝜔 𝐼𝜔 𝑚 𝑘 2 𝜔
𝜏 = perioda dari gerak presesi
2𝜋 2𝜋𝑚𝑘 2 𝜔 2𝜋𝑚𝑘 2 2𝜋𝑘 2
𝑡= − = =
𝛺 𝐺𝐼 𝑚𝑔𝑙 𝑔𝑙
Gerak presesi ini sekali dimulai akan tetap bergerak, karena momen gaya beratnya. Pada 𝛺 yang
diperbesar, maka sumbu putar akan naik, jika 𝛺 diperkecil maka sumbu akan turun. Naik turunnya
sumbu putar atau osilasinya naik turun terhadap posisi setimbang disebut nutasi.
2. Gasing (top)
𝜏 ≠ 0 diperoleh bila lingkaran penyangga giroskop dihilangkan. Piringan diputar cepat, maka sumbu
putar akan dipresesi.
𝑑𝐿̅
𝜏 ≠ 0 → 𝜏̅ =
𝑑𝑡
𝑑𝐿̅ = 𝜏̅ 𝑑𝑡, arah putar akan bertambah terus dan gasing berputar terhadap sumbu z.
𝜏̅ = 𝑟̅ 𝑥 𝑔̅
Sumbu putar pada arah 𝑟̅
∆𝜃
𝛺 = ∆𝑡
𝐿 𝜏 ∆𝑡
∆𝐿 ≪ 𝐿 → ∆𝜃 = =
𝐿 sin 𝜃 𝐿 sin 𝜃
∆𝜃 𝜏
=
∆𝑡 𝐿 sin 𝜃
𝑟 𝑚𝑔 sin(180 − 𝜃)
=
𝐿 sin 𝜃
𝑟 𝑚𝑔 sin 𝜃
=
𝐿 sin 𝜃
𝑟𝑚𝑔
𝛺=
𝐿
𝑟 = jarak dari O p.m. gasing
𝜃 = sudut antara sumbu gasing dan sumbu presesi
Gambar 7.30
8.1 Pendahuluan
Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu
yaitu :
a. KINEMATIKA = Ilmu gerak
Ilmu yang mempelajari gerak tanpa mengindahkan penyebabnya.
b. DINAMIKA = Ilmu gaya
Ilmu yang mempelajari gerak dan gaya-gaya penyebabnya.
c. STATIKA = Ilmu keseimbangan
Ilmu yang mempelajari tentang keseimbangan benda.
Gambar 8.1
𝜆 = 𝑑. 𝐹
= 𝐹. 𝑙 sin 𝛼
Perjanjian untuk momen gaya :
Momen gaya yang searah jarum jam bertanda positif (+)
Momen gaya yang berlawanan arah jarum jam bertanda negatif (-)
Kopel, adalah dua gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah dan memiliki garis-gariskerja yang
berbeda. Momen koppel terhadap semua titik sama besar, yaitu : 𝐹 . 𝑑.
Gambar 8.2
∑𝜆 = 0
8.4 Syarat Keseimbangan
1. Jika pada sebuah benda bekerja satu gaya 𝐹
Syarat setimbang :
Pada garis kerja gaya F itu harus diberi gaya F’ yang besarnya sama dengan gaya F
itu tetapi arahnya berlawanan.
2. Jika pada benda bekerja gaya-gaya yang terletak pada satu bidang datar dan garis kerjanya melalui satu
titik.
Syarat setimbang :
a. Gaya resultanya harus sama dengan nol.
b. Kalau dengan pertolongan sumbu-sumbu x dan y, haruslah :
∑ 𝐹𝑥 = 0 ; ∑ 𝐹𝑦 = 0
3. Jika pada sebuah benda bekerja gaya-gaya yang tidak terletak pada satu bidang datar tetapi garis-garis
kerjanya melalui satu titik.
Syarat setimbang:
Dengan pertolongan sumbu-sumbu x, y, dan z, haruslah:
∑ 𝐹𝑥 = 0 ; ∑ 𝐹𝑦 = 0; ∑ 𝐹𝑧 = 0
4. Jika pada sebuah benda bekerja gaya-gaya yang tidak terletak pada satu bidang datar tetapi garis-garis
kerjanya tidak melalui satu titik.
Syarat setimbang :
Dengan pertolongan sumbu-sumbu x, dan y haruslah:
∑ 𝐹𝑥 = 0 ; ∑ 𝐹𝑦 = 0; ∑ 𝜆 = 0
Momen gaya-gaya boleh diambil terhadap sebarang titik pada bidang gaya-gaya itu.
Contoh-contoh:
1. Untuk benda yang digantung
Keseimbangan stabil : apabila gaya yang diberikan padanya dihilangkan. Maka ia akan kedudukan
semula. Sebuah papan empat persegi panjang digantungkan pada sebuah sumbu mendatar di P (sumbu
tegak lurus papan). Titik berat Z dari papan terletak vertikal di bawah titik gantung P, sehingga papan
dalam keadaan ini setimbang stabil. Jika ujung A papan diputar sedikit sehingga titik beratnya semula
(Z), maka kalau papan dilepaskan ia akan berputar kembali kekeseimbangannya semula.
Hal ini disebabkan karena adanya suatu koppel dengan gaya berat G dan gaya tegangan tali T yang
berputar kekanan. (G=N), sehingga papan tersebut kembali kekeseimbangannya semula yaitu
seimbang stabil.
Keseimbangan labil : Apabila gaya yang diberikan padanya dihilangkan, maka ia tidak akan dapat
kembali ke kedudukan semula.
Kalau titik gantung P tadi sekarang berada vertikal di bawah titik berat Z maka papan dalam keadaan
seimbang labil Kalau ujung A papan diputar sedikit naik ke kiri sehingga titik beratnya sekarang (Z’)
di bawah titik beratnya semula (Z), maka kalau papan dilepaskan ia akan berputar turun ke bawah,
sehingga akhirnya titik beratnya akan berada vertikal di bawah titik gantung P. Hal ini disebabkan
karena adanya suatu koppel dengan gaya berat G dan gaya tekanan (tegangan tali) T yang berputar
kekiri (G = T), sehingga papan turun ke bawah dan tidak kembali lagi ke keseimbangannya semula.
Sebuah pararel epipedum siku-siku ( balok ) diletakkan di atas bidang datar, maka ia dalam keadaan
ini seimbang stabil, gaya berat G dan gaya tekanan N yang masing-masing bertitik tangkap di Z (titik
berat balok) dan di A terletak pada satu garis lurus. Kalau balok tersebut diputar naik sedikit dengan
rusuk B sebagai sumbu perputarannya, maka gaya tekanan N akan pindah ke B, dan dalam keadaan ini
akan pindah ke B, dan dalam keadan ini akan timbul suatu koppel dengan gaya-gaya G dan N yang
berputar ke kanan (G=N) sehingga balok tersebut kembali keseimbangannya semula yaitu seimbang
stabil.
Keseimbangan labil : Sebuah pararel epipedum miring (balok miring) yang bidang diagonalnya AB
tegak lurus pada bidang alasnya diletakkan diatas bidang datar, maka ia dalam keadaan ini setimbang
labil, gaya berat G dan gaya tekanan N yang masing-masing melalui rusuk B dari balok tersebut
terletak pada satu garis lurus.
Titik tangkap gaya tekanan N ada pada rusuk N. Kalau balok tersebut diputar naik sedikit dengan
rusuk B sebagai sumbu putarnya, maka gaya tekanan N yang berputar kekiri (G=N), sehingga balok
tersebut akan turun kebawah dan tidak kembali lagi kekeseimbangannya semula.
Kalau bola dipindah / diputar, maka gaya berat G dan gaya tekanan N akan tetap pada satu garis lurus
seperti semula (tidak terjadi koppel), sehingga bola berpindah/berputar bagaimanapun juga ia akan
tetap seimbang pada kedudukan yang baru.
BAB 9
GRAVITASI
Hukum gravitasi universal yang dirumuskan oleh Newton, diawali dengan beberapa pemahaman dan
pengamatan empiris yang telah dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan sebelumnya. Mula-mula Copernicus
memberikan landasan pola berfikir yang tepat tentang pergerakan planet-planet, yang semula dikira planet-
planet tersebut bergerak mengelilingi bumi, seperti pada konsep Ptolemeus. Copernicus meletakkan
matahari sebagai pusat pergerakan planet-planet, termasuk bumi, dalam gerak melingkarnya. Kemudian
dari data hasil pengamatan yang teliti tentang pergerakan planet, yang telah dilakukan Tycho Brahe, Kepler
merumuskan tiga hukum empiris yang dikenal sebagai hukum Kepler mengenai gerak planet:
1. Semua planet bergerak dalam lintasan berbentuk elips dengan matahari pada salah satu titik fokusnya.
2. Garis yang menghubungkan planet dengan matahari akan menyapu daerah luasan yang sama dalam
waktu yang sama.
3. Kuadrat perioda planet mengelilingi matahari sebanding dengan pangkat tiga jarak rerata planet ke
matahari.
Hukum-hukum Kepler ini adalah hukum empiris. Keplet tidak mempunyai penjelasan tentang apa
yang mendasari hukum-hukumnya ini. Kelebihan Newton, adalah dia tidak hanya dapat menjelaskan apa
yang mendasari hukum-hukum Kepler ini, tetapi juga menunjukkan bahwa hukum yang sama juga berlaku
secara universal untuk semua benda-benda bermassa.
Gambar 9.1 Daerah yang disapu oleh garis yang menghubungkan planet dengan matahari
Daerah yang disapu oleh garis yang menghubungkan planet dengan matahari dalam suatu selang
waktu ∆𝑡 diberikan oleh
1
∆𝐴 = 𝑟 2 𝜔∆𝑡
2
sehingga pernyataan bahwa untuk selang waktu yang sama daerah yang disapu sama, sama dengan
menyatakan bahwa besaran berikut ini konstan
𝜔2
𝑟
Tetapi bila ini kita kalikan dengan massa planet, akan kita dapatkan bahwa besaran mωr 2 yang tidak
lain sama dengan besar total momentum sudut sistem (dengan matahari sebagai titik referensi). Jadi dalam
sistem planet matahari, gaya gravitasi tidak menimbulkan perubahan momentum sudut.
Dalam bagian ini kita mengkhususkan diri pada materi yang memiliki keadaan khusus. Bila
sebelumnya kita pernah membahas materi atau benda tegar, di mana jarak relatif antara bagian-bagian atau
partikel-partikel penyusun materi tetap, maka sekarang kita meninjau kasus kebalikannya, yaitu kasus di
mana jarak relatif antara bagian-bagian materi atau partikel-partikel penyusun materi dapat berubah-ubah.
Materi yang berada dalam keadaan ini disebut sebagai fluida, dapat berupa cairan maupun gas, dan dinamai
fluida karena memiliki sifat dapat mengalir. Karena partikel-partikel dalam fluida dapat mudah bergerak,
maka secara umum rapat massanya tidak konstan. Walaupun begitu dalam buku ini, dalam kebanyakan
kasus kita hanya akan meninjau keadaan dengan kerapatan konstan. Kita akan mempelajari fenomena-
fenomena fisis dari fluida, khususnya terkait dengan sifatnya yang dapat mengalir.
10.1 Tekanan
Sebuah gaya yang bekerja pada sebuah permukaan fluida akan selalu tegak lurus pada permukaan
tersebut. Karena fluida yang diam tidak dapat menahan komponen gaya yang sejajar dengan
permukaannya. Komponen gaya yang sejajar dengan permukaan fluida akan menyebabkan fluida tadi
bergerak mengalir. Karena itu kita dapat mendefinisikan suatu besaran yang terkait dengan gaya normal
permukaan dan elemen luasan permukaan suatu fluida.
Kita tinjau suatu fluida, dan kita ambil suatu bagian volume dari fluida itu dengan bentuk sembarang,
dan kita beri nama 𝑆. Secara umum akan terdapat gaya dari luar S pada permukaannya oleh materi di luar
𝑆. Sesuai prinsip hukum Newton ketiga, mestinya akan ada gaya dari 𝑆 yang, sesuai pembahasan di atas,
mengarah tegak lurus pada permukaan S. Gaya tadi diasumsikan sebanding dengan elemen luas permukaan
𝑑𝑠⃗, dan konstanta kesebandingannya didefinisikan sebagai tekanan
𝐹⃗ = 𝑝 𝑑𝑠⃗
Jadi arah 𝐹⃗ adalah tegak lurus permukaan, searah dengan arah 𝑑𝑠⃗, dan tekanan 𝑝 adalah besraan
skalar. Satuan SI dari tekanan adalah pascal (Pa), dan 1 Pa = 1 N/m2.
11.1 Getaran
Getaran adalah salah satu bentuk gerak yang khusus. Kita hanya akan meninjau getaran atau osilasi
yang sederhana. Untuk itu kita akan meninjau energi potensial yang dimiliki sebuah partikel bermassa m
yang berada dalam keadaan kesetimbangan stabil di sekitar titik 0. Secara umum bentuk energi
potensialnya adalah
𝑈 = 𝑈𝑜 − 𝑎𝑥 2 + 𝑂(𝑥 3 )
3)
Dengan 𝑂(𝑥 adaah suku-suku energi potensial dengan variabel-variabel 𝑥 berpangkat tiga atau
lebih, yang tentunya harus sangat kecil dibandingkan suku pangkat duanya (bila tidak maka buka
kesetimbangan stabil). Gaya yang terkait dari energi potensial ini dapat dicari dari
𝐹𝑥 𝑑𝑥 = −𝑑𝑈
atau
𝑑𝑈
𝐹𝑥 = − = −2𝑎𝑥 + 𝑂(𝑥 2 )
𝑑𝑥
bila suku gaya pangkat dua atau lebih sangat kecil atau dapat diabaikan, maka ini tidak lain dari gaya
pegas, dan dengan 2𝑎 = 𝑘 maka persamaan di atas dapat dituliskan sebagai
𝑑2𝑥
𝐹𝑥 = 𝑚 2 = −𝑘𝑥
𝑑𝑡
atau
𝑑2 𝑥
𝑚 2 + 𝑘𝑥 = 0
𝑑𝑡
Persamaan ini memiliki bentuk penyelesaian umum
𝑥(𝑡) = 𝐴 sin(𝜔𝑡) + 𝐵 cos(𝜔𝑡)
dengan
𝑘
𝜔=√
𝑚
Adalah frekuensi sudut dari getaran. Persamaan 𝑥(𝑡) = 𝐴 sin(𝜔𝑡) + 𝐵 cos(𝜔𝑡) dapat juga ditulis
sebagai :
𝑥(𝑡) = 𝐴0 sin(𝜔𝑡 + ∅) = 𝐴0 (sin 𝜔𝑡 cos ∅ + cos 𝜔𝑡 𝑠𝑖𝑛 ∅)
Dengan 𝐴 = 𝐴𝑜 cos ∅ dan 𝐵 = 𝐴𝑜 sin ∅, 9(sehingga ∅ = arc sin B/A yang disebut fase getaran), dan
𝑑2 𝑥
𝐴𝑜 disebut sebagai amplitudo getaran. Getaran yang memenuhi persamaan 𝑚 𝑑𝑡 2 + 𝑘𝑥 = 0 disebut sebagai
getaran selaras sederhana.
11.4 Gelombang
Gelombang adalah getaran yang merambat. Jadi di setiap titik yang dilalui gelombang terjadi
getaran, dan getaran tersebut berubah fasenya sehingga tampak sebagai getaran yang merambat. Terkait
dengan arah getar dan arah rambatnya, gelombang dibagi menjadi dua kelompok, geklombang transversal
dan gelombang longitudinal. Gelombang transversal arah rambatnya tegak lurus dengan arah getarannya,
sedangkan gelombang longitudinal arah rambatnya searah dengan arah getarannya.
Persamaan gelombang memenuhi bentuk
𝑑2𝑥 1 𝑑2𝑥
=
𝑑𝑧 2 𝑣 2 𝑑𝑡 2
Bentuk umum penyelesaian persamaan di atas adalah semua fungsi yang berbentuk 𝑥(𝑧, 𝑡) =
𝑥(𝑧 ± 𝑣𝑡). Hal ini dapat ditunjukkan dengan mudah. Bentuk yang cukup sederhana yang
menggambarkan gelombang sinusoidal adalah penyelesaian yang berbentuk
𝑥(𝑧, 𝑡) = 𝐴 sin(𝑘𝑧 ± 𝜔𝑡 + ∅)
Untuk suatu waktu 𝑡 tertentu (misalkann 𝑡 = 0 dan pilih ∅ = 0 maka
𝑥(𝑧, 𝑡) = 𝐴 sin(𝑘𝑧)
Ini adalah persamaan sunisoidal dengan jarak dari satu fase ke fase berikunya diberikan oleh
2𝜋
𝑧=𝜆=
𝑘
Atau berarti
𝑘 = 2𝜋/𝜆
Bilangan 𝑘 ini menunjukkan jumlah gelombang atau bilangan gelombang per 2𝜋 satuan panjang.
Untuk suatu posisi tertentu (misalkan 𝑧 = 0 dan pilih ∅ = 0) maka
𝑥(𝑧, 𝑡) = −𝐴 sin(𝜔𝑡)
Inia adalah persamaan getaran sunisoidal di suatu titik. Periode getarnya diberikan oleh:
2𝜋
𝑡=𝑇=
𝜔
Atau berarti
2𝜋
𝜔= = 2𝜋𝑓
𝑇
dengan 𝑓 adalah frekuensi gelombang. Untuk suatu fase tertentu dari gelombang, pola gelombang
tersebut akan tetap selama nilai 𝑘𝑥 − 𝜔𝑡 tetap. Sehingga dengan berjalannya waktu, nilai 𝑘𝑧 juga harus
bertambah. Ini berarti pola gelombang akan merambat ke kanan dengan kecepatan yang diberikan oleh
𝑘𝑑𝑧
=𝜔
𝑑𝑡
atau
𝑑𝑧 𝜔
𝑣= =
𝑑𝑡 𝑘
Cahaya merupakan salah satu contoh gelombang elektromagnetik, yang gelombang yang tidak
memerlukan medium sebagai media perambatannya. Misalnya, pada siang hari tampak terang karena
cahaya matahari menerangi bumi. Walaupun matahari berada jauh dari bumi dan dipisahkan oleh ruang
hampa di ruang angkasa, namun cahaya matahari mampu sampai di bumi.
Di sekitar kita, ada banyak sekali benda yang memancarkan cahaya. Benda yang dapat memancarkan
cahaya dinamakan sumber cahaya. Ada dua macam sumber cahaya, yaitu sumber cahaya alami dan sumber
cahaya buatan. Sumber cahaya alami merupakan sumber cahaya yang menghasilkan cahaya secara alamiah
dan setiap saat, contohnya matahari dan bintang (Gambar 13.1) Sumber cahaya buatan merupakan sumber
cahaya yang memancarkan cahaya karena dibuat oleh manusia, dan tidak tersedia setiap saat, contohnya
lampu senter, lampu neon, dan lilin.
Sebagaimana salah satu bentuk gelombang, cahaya memiliki sifat-sifat gelombang, diantaranya
cahaya merambat lurus, cahaya dapat dipantulkan dan dapat dibiaskan. Untuk membuktikan bahwa cahaya
merambat lurus dapat dilakukan eksperimen sederhana sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 13.2.
Gambar 13.14 Lintasan sinar dari udara-kaca dengan sudut yang berbeda
Hukum Snellius menyatakan bahwa :
Sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada satu bidang datar dan ketiganya berpotongan
di satu titik.
Apabila sinar melalui dua medium yang berbeda, maka hubungan sinar datang, sinar bias, dan
indeks bias medium dinyatakan oleh persamaan :
sin 𝑖 𝑛1
=
sin 𝑟 𝑛2
13.4.3 Pembiasan pada lensa
Pada dasarnya pembiasan dapat terjadi pada beberapa benda bening, seperti air, kaca, lensa, prisma,
dan sejenisnya. Akan tetapi yang akan dibicarakan disini adalah pembiasan pada lensa, baik lensa cembung
(konveks) maupun lensa cekung (konkaf). Lensa cembung merupakan lensa yang bagian tengahnya lebih
tebal dibandingkan bagian tepinya. Ada tiga jenis lensa cembung, yaitu lensa cembung ganda (bikonveks),
lensa cembung-datar (plankonveks), dan lensa cembung-cekung (konveks-konkaf). Lensa cekung
merupakan lensa yang bagian tengahnya lebih tipis dibandingkan bagian tepinya. Ada tiga jenis lensa
cekung, yaitu lensa cekung ganda (bikonkaf), lensa cekung datar (plankonkaf), dan lensa cekung-cembung
(konkaf-konveks).
Dari Gambar 13.16 terlihat bahwa panjang fokus lensa cembung bergantung pada ketebalan lensa
itu sendiri. Jika lensanya lebih tebal, maka panjang fokusnya menjadi lebih pendek. Pada pembiasan
cahaya oleh lensa cembung dikenal tiga sinar istimewa (Gambar 13.17), yaitu:
Berkas sinar yang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus utama (F).
Berkas sinar yang datang/melalui titik fokus dibiaskan sejajar sumbu utama.
Berkas sinar yang melalui titik pusat optik (O) diteruskan tanpa dibiaskan.
Untuk menentukan bayangan oleh lensa cembung diperlukan sekurang-kurangnya dua berkas sinar
utama. Bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung merupakan perpotongan dari sinar-sinar bias atau
perpanjangan dari sinar-sinar bias. Apabila bayangannya merupakan perpotongan dari sinar-sinar bias
maka bayangannya bersifat nyata, sedangkan apabila bayangannya merupakan perpotongan dari
perpanjangan sinar-sinar bias, maka bayangannya bersifat maya.
Sifat bayangan yang dibentuk oleh pembiasan lensa cembung mempunyai beberapa kemungkinan,
yaitu:
Benda terletak di ruang I, yaitu antara O dan F, maka bayangan bersifat maya, tegak, diperbesar.
Benda terletak di ruang II, yaitu antara F dan 2F, maka bayangan bersifat nyata, terbalik, diperbesar.
Benda terletak di ruang III, yaitu di sebelah kiri 2F, maka bayangan bersifat nyata, terbalik diperkecil.
Benda terletak di titik fokus utama (F), maka tidak terbentuk bayangan karena sinar-sinar bias dan
perpanjangannya tidak berpotongan (sejajar).
Benda terletak di pusat kelengkungan lensa (di R; dimana R = 2F), maka bayangan bersifat nyata,
terbalik, sama besar.
Perbedaan antara bayangan nyata dan bayangan maya pada lensa dapat dilihat pada tabel 13.3
berikut.
Tabel 13.3 Perbedaaan Bayangan Nyata dan Bayangan Maya Pada Lensa
Bayangan Nyata Bayangan Maya
Tidak dapat dilihat langsung Dapat dilihat langsung
Dapat ditangkap oleh layar Tidak dapat ditangkap oleh layar
Tidak seletak dengan bendanya (misal Seletak dengan bendanya (misal benda
benda di sebelah kiri, maka di sebelah kiri, maka bayangannya
bayangannya di sebelah kanan lensa juga di sebelah kiri)
Pada pembiasan cahaya oleh lensa cekung juga dikenal tiga sinar istimewa, yaitu
Berkas sinar yang sejajar sumbu uatama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus lensa (Gambar
13.19)
Berkas sinar yang melalui titik fokus lensa dibiaskan sejajar sumbu utama
Berkas sinar yang melalui titik pusat optik lensa tidak dibiaskan.
Untuk menentukan bayangan oleh lensa cekung diperlukan sekurang-kurangnya dua berkas sinar
utama. Bayangan yang dibentuk leh lensa lembung merupakan perpotoongan perpanjangan sinar-sinar bias,
sehingga bayangan yang dibentuk oleh lensa cekung selalu bersifat maya.
13.5.2 Kamera
Kita telah membahas mengenai mata, bagian-bagiannya serta beberapa gangguan pada mata. Ada satu
jenis alat optik yang memiliki cara kerja mirip dengan cara kerja mata, yaitu kamera. Kamera merupakan
alat optik yang berfungsi untuk mengambil gambar suatu objek atau benda. Jenis-jenis kamera yang
dikenal diantaranya kamera autofokus, kamera single-lens reflex (SLR), dan kamera digital (Gambar
13.23).
Gambar 13.23. Jenis-jenis kamera
Pada dasarnya kamera terdiri dari beberapa bagian, diantaranya:
Lensa cembung (+), yang berfungsi untuk membiaskan cahaya sehingga terbentuk bayangan benda di
film.
Film, yang berfungsi untuk menangkap bayangan.
Diafragma, yaitu alat pengatur banyak sedikitnya cahaya yang boleh masuk.
Penutup lensa.
Ketika kita mengambil gembar sebuah benda dengan menggunakan kamera, cahaya yang dipantulkan
oleh benda tersebut masuk ke lensa kamera. Banyaknya cahaya yang masuk ke dalam kamera diatur oleh
diafragma (mirip dengan pupil pada mata), dan pengatur cahaya (shutter). Untuk menghasilkan kualitas
gambar yang baik dan tajam, maka perlu diatur fokus lensanya, yaitu dengan memajukan atau
memundurkan lensa tersebut. Dengan pengaturan yang tepat, maka pantulan bayangan benda tersebut akan
tepat jatuh pada film foto (film foto mirip dengan retina pada mata). Bayangan gambar yang dihasilkan
pada kamera bersifat nyata, terbalik, dan diperkecil. Untuk melihat persamaan pembentukan bayangan
pada kamera dan pada mata, Anda dapat melihatnya pada Gambar 13.24.
13.5.3 Lup
Lup atau kaca pembesar merupakan sebuah alat optik yang terdiri dari sebuah lensa cembung rangkap
(bikonveks). Lup berfungsi untuk melihat benda-benda kecil agar tampak lebih besar. Bayangan yang
dibentuk oleh lup bersifat maya, tegak, dan diperbesar. Pembentukan bayangan dengan dan tanpa
menggunakan lup atau kaca pembesar dapat Anda lihat pada Gambar 13.25
13.5.4 Mikroskop
Mikroskop merupakan alat optik yang berfungsi untuk melihat benda-benda kecil (mikro) seperti
bakteri, penampang sel, dan sejenisnya. Pertama kali mikroskop dibuat oleh seorang ilmuwan Belanda,
Antoni van Leeuwenhoek (1632 – 1723), yang terdiri dari gabungan dua buah lensa cembung. Dengan
menggunakan mikroskop sederhana bisa dihasilkan pembesaran bayangan hingga kira-kira 300 kali lebih
besar dari bendanya. Gambar penampang sebuah mikroskop diperlihatkan pada Gambar 13.26.
Pada dasarnya sebuah mikroskop terdiri dari dua buah lensa lembung (bikonvek). Lensa cembung
pertama terletak di dekat mata, dinamakan lensa okuler, dan lensa cembung kedua terletak di dekat benda,
dinamakan lensa objektif. Ketika kita mengamati sebuah benda dengan menggunakan sebuah mikroskop,
maka bayangan benda dihasilkan oleh lensa objektif di belakang lensa objektif. Kemudian bagi lensa
okuler, bayangan ini menjadi benda,sehingga dihasilkan bayangan akhir oleh lensa okuler yang berukuran
beberapa kali lebih besar. Proses perjalanan sinar pada mikroskop dapat dilihat pada Gambar 13,27.
Pada dasarnya ada dua jenis teleskop yaitu teleskop bias dan teleskop pantul. Hal ini didasarkan pada
cara kerjanya yang berdasarkan prinsip pembiasan dan prinsip pemantulan. Teleskop bias ini bekerja
berdasarkan prinsip pembiasan, sehingga teleskop jenis ini menggunakan sejumlah lensa. Seperti halnya
mikroskop, teleskop bias menggunakan lensa objektif dan lensa okuler. Beberapa contoh teleskop bias
diantaranya teleskop bintang atau teleskop astronomi, teleskop bumi, teleskop panggung, dan teleskop
prisma atau teleskop binokuler. Struktur teleskop bias diperlihatkan pada Gambar 13.29
Gambar 13.28 Teleskop bias
Disamping teleskop bias, ada yang dinamakan teleskop pantul, atau disebut juga teleskop Newtonian.
Teleskop pantul ini bekerja berdasarkan prinsip pembiasan dan pemantulan, sehingga teleskop jenis ini
menggunakan sejumlah lensa dan cermin. Teleskop pantul menggunakan cermin cekung sebagai objektif
dan lensa cembung sebagai okuler. Struktur teleskop pantul diperlihatkan pada Gambar 13.30
Termometer zat cair yang sering kita jumpai umumnya menggunakan raksa atau alkohol. Pada
dasarnya raksa dan alkohol digunakan sebagai zat pengisi termometer karena keduanya memiliki sejumlah
kelebihan dibandingkan dengan zat cair lainnya. Beberapa kelebihan raksa diantaranya:
a. Raksa tidak membasahi dinding kaca tabung termometer, sehingga pengukuran suhu dapat dilakukan
secara lebih akurat.
b. Raksa cepat mengambil panas dari benda yang akan diukur suhunya, sehingga mudah dicapai keadaan
kesetimbangan termal.
c. Pemuaian raksa terjadi secara teratur.
d. Raksa mempunyai warna yang mengkilat, sehingga menjadi mudah diamati.
e. Termometer raksa mempunyai jangkauan ukur yang lebar, yaitu sekitar 356,9 °C.
Namun demikian, raksa juga memiliki kelemahan, diantaranya tidak dapat mengukur suhu yang
rendah. Disamping itu raksa merupakan zat yang sangat beracun, sehingga apabila tabung termometer yang
berisi cairan raksa pecah, hal ini akan menjadi sangat berbahaya. Oleh karena itu, biasanya digunakan
cairan alternatif lain, yakni alkohol sebagai pengganti raksa untuk mengisi tabung termometer. Alkohol
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya alkohol tidak beracun dan termometer alkohol dapat digunakan
untuk mengukur suhu yang rendah. Akan tetapi, alkohol sebagai zat pengisi tabung termometer memiliki
beberapa kelamahan, diantaranya:
a. Alkohol tidak berwarna sehingga untuk penggunaan dalam tabung termometer harus diberi warna agar
mudah dilihat.
b. Alkohol membasahi dinding tabung termometer, sehingga tidak dapat menunjukkan hasil pengukuran
yang teliti.
c. Pemuaian alkohol kurang teratur.
d. Titik didih alkohol rendah (sekitar 78 °C), sehingga tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu yang
tinggi.
Uraian diatas menggambarkan kepada kita sejumlah kelebihan dan kekurangan raksa dan alkohol
sebagai zat pengisi tabung termometer.