Rindu Quotes

Quotes tagged as "rindu" Showing 1-30 of 273
Helvy Tiana Rosa
“Kau hampir tak pernah menghubungiku via ponsel, tapi setiap saat aku selalu saja melihat ponsel itu berkali-kali. Berharap ia berbunyi dan namamu yang tertera di sana. Lalu dengan agak menggigil aku berusaha melawan keinginanku sendiri, menyusun rencana-rencana tak selesai... untuk menjawab sapamu sedingin mungkin. Tapi tak ada bunyi. Tak. Kemudian pandanganku beralih pada blackberry dan lagi-lagi berharap kau pecahkan resah dalam sekali bip, padahal kau tak ada dalam kontak-ku. Maka bersama angin aku menggiring jeri, menyekap batin sendiri, memilin-milinnya menjadi puisi yang paling setia pada sunyi.”
Helvy Tiana Rosa
tags: rindu

Ayu Utami
“Tak pernah ada yang salah dengan cinta. Ia mengisi sesuatu yang tidak kosong. Tapi yang terjadi di sini adalah asmara, yang mengosongkan sesuatu yang semula ceper. Dengan rindu. Belum tentu nafsu.”
Ayu Utami, Saman

“Tuhan pasti bertanggung jawab: menciptakan perpisahan, berarti siap menanggung resiko menerima rentetan doa-doa tentang pertemuan yang antri untuk dikabulkan”
Azhar Nurun Ala

“hari ini saja. biarkan rindu bercerita kepadaku tentang suaramu yang waktu itu berbicara padaku. tentang aku yang selalu malu jika berhadapan denganmu. diam, tidak bisa berbicara lebih banyak lagi.”
bunga alfi

Helvy Tiana Rosa
“Merindukan bulan yang selalu karam di matamu,
aroma pinus dari hutan kenangan
yang kau tanam
di tubuhku...”
Helvy Tiana Rosa, Mata Ketiga Cinta
tags: rindu

“Tapi, rindu itu tidak bisa disuruh-suruh. Kalau sudah datang, dia maunya malas-malasan saja, sampai bosan sendiri dan pergi sendiri.”
Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, Semua Ikan di Langit
tags: rindu

“kalau suatu hari kamu bersedih dan hatimu merasa bagai terluka, mungkin aku belum bisa menjadi penghibur sempurna bagimu. kesedihan pasti akan tetap berada di hati dan bergerak mempengaruhi otakmu. dan kalau kamu mengungkapkan bahwa diriku penyebab kesedihanmu, entah bagaimana aku akan meminta maaf padamu. barangkali aku akan memarahi diriku sendiri hingga separuh diriku ikut membenciku. dengan begitu aku berharap kamu bisa melihat betapa penyesalanku telah melukaimu harus kubayar dengan membenci diri sendiri. seandainya hatimu belum menerima penawar itu, aku tahu harus melakukan apa untuk berusaha menyembuhkan hatimu dan mengembalikannya seutuh selayaknya hati bahagia. mintalah apa yang tak bisa aku lakukan, itu akan aku lakukan dengan segala nurani. malam akan aku tantang untuk berhenti mengutari bumi dan matahari aku tahan dari edarannya.
kalau kamu sedang sendiri, katakan di mana kamu ingin aku menjemputmu supaya kita bisa berjalan berdua dan menggiring jarum jam melaju lebih kencang. tunjuklah titik kecil di langit malam, aku akan mendekati malaikat dan merayunya agar rela mengantarku mengambilnya dan memberikannya padamu agar menemanimu dan kesepian menjauhimu. kalau kamu sedang sendirian di dekat jendela kamarmu sambil menungguku, lihatlah ke arah utara, angin gunung mengantarkan rinduku buatmu. kalau hari ini kamu adalah diriku, cintailah dengan hatimu”
wasiman waz

“Delusi leluasa beranjak dari linimasa, menerka jarak dari lesatnya sang warsa.

Kau tau kenapa kata ingin itu ada?
Itu karena kata butuh masih terasa begitu asing di kepala.”
Robi Aulia Abdi

“It's a mistake to love you,
I admit it.
It's a disaster to miss you,
I deserve it.
But when it's the reason to leave you,
I hate it,
cause no matter how strong the reason is;
nobody deserves the long farewell.”
Robi Aulia Abdi

Alfin Rizal
“selama daun pagi itu masih mengembun,
aku mengemban tetimbunan rindu
di paru-paru dan seluruh pori-pori kulit,
kurakit doa-doa selamatmu dari sakit
dan sebab rindu-rindu ini sulit kuredam,
padamu, doaku tak pernah padam.”
Alfin Rizal, Mengunjungi Hujan yang Berteduh di Matamu

“Dulu kita pernah tertawa,
bahkan berbagi senja sepiring berdua.

Dulu kita pernah merdu di telinga,
namun kini ia hanya sebatas kata.”
Robi Aulia Abdi

“Rindu adalah rezim yang tak pernah bisa dikudeta.”
Ilham Gunawan

“Ia memerah bukan perkara gincunya terpoles dengan naas, Ia hanya sedikit malu untuk mengatakan rindu. itu saja.”
nom de plume

“Terimakasih jingga tlah menyambut kedatanganku kembali ke kota ini.
sekian lama aku tak pernah melihat binar cahaya romantismu itu, kini dgn keadaan yg lesuh aku memandangmu dgn pnh bahagia.”
Silvia Munique

“Tatkala rindu berulah, malam hanyalah film bergenre sepi. Kadang tak sisakan apa-apa, kecuali puisi.”
nom de plume
tags: rindu

“Rindu adalah perkara ruh, bukan perkara jasad. Merindukanmu barangkali omong kosong yang masuk akal. Sedangkan, perpisahan hanyalah perkara mata dan ingatan, sama sekali tak berlaku pada hati dan jiwa.”
Ilham Gunawan

“Aku.
Yang berulang kali kau hindari, tapi tetap hadir kembali.
Yang coba kau tinggal pergi, tapi tetap pergi mencari.
Yang coba kau bunuh, tapi tak pernah mati terbunuh.
Aku.
Si tak tahu malu, yang tak pernah ragu untuk merindu dan terus merindumu selalu.”
Khams

“Pelukmu bagiku adalah teduh, tempat berlabuh segala asa yang tiba untuk berkeluh.”
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)

Titon Rahmawan
“Lalu siapa di sini masih
memikirkan cinta;

di antara rindu
dan kesepian

pada harapan

ekspektasi yang
belum terpenuhi

dan masalah masalah
yang tak kunjung usai?”
Titon Rahmawan

Titon Rahmawan
“Apa kabarmu Cinta?
Entah sudah berapa lama
aku tak memelukmu?

Adakah engkau
merindukanku?”
Titon Rahmawan

Titon Rahmawan
“Rindu berasa
seperti tikam pisau di dada

tapi jauh
lebih nyeri sakitnya.”
Titon Rahmawan
tags: rindu

Titon Rahmawan
“Aku Rindu

Sungguh lucu untuk menyadari kenyataan, bahwa aku sungguh senang bercakap-cakap denganmu. Sekalipun kau lebih banyak diam mendengarkan dan sedikit sekali yang kau ucapkan.

Walau demikian, aku tidak merasa seperti angin yang bercakap sendirian. Buatku, engkau adalah daun gugur yang bisa aku bawa terbang ke mana saja. Ke segala tempat yang aku mau.

Aku merasa bebas bercerita padamu tentang hari-hari yang aku lalui. Tentang pikiran-pikiran yang aku renungkan. Tentang hal-hal yang aku rasakan. Atau tentang semua peristiwa yang aku alami.

Saat aku mengunjungi tempat-tempat jauh. Bertemu orang-orang dengan berbagai watak dan perilaku. Kadang aku menemukan peristiwa yang unik dan menggelikan. Dan kau selalu tergelak saat mendengarkannya.

Aku sungguh beruntung pernah memilikimu, karena aku bisa menjadi diri sendiri. Tapi meski begitu aku juga merasa sedih, karena tak banyak yang aku ketahui tentang dirimu. Oleh karena itu kutulis surat ini hanya untuk menyatakan kerinduanku padamu.

Aku rindu menjadi angin dan kau adalah daun gugur yang aku terbangkan ke mana saja. Apakah kau juga tengah merindukan diriku saat ini? Setidaknya, tidakkah kau rindu mendengar ocehan-ocehanku?”
Titon Rahmawan

Titon Rahmawan
“Perjalanan Pulang Demi Menemukan Rindu

Gerimis menemaniku saat aku tiba di kotaku sendiri. Bukan lagi tempat menyimpan kenangan atau lembar sejarah, melainkan tempat yang dipenuhi aroma yang setia menyelimuti tubuhku dengan segala apa yang aku kenal.

Seperti aliran sungai banjir kanal yang membanjiri pikiranku dengan rupa-rupa perasaaan; luapan kesedihan, kegembiraan, kemuraman, kebahagiaan, kegalauan yang asing dan segala entah yang bercampur aduk jadi satu. Tapi

Entah mengapa tak kutemukan rindu? Apakah sungguh aku tak pernah menjadi bagian dari hiruk-pikuk kota ini? Gamang mencari apa yang tak kunjung terselami. Kuhela waktu bergerak di atas roda berjalan lambat mengelilingi taman-taman kota.

Larut sepenuhnya dalam perhelatan nikmat menyantap hidangan penggugah selera yang dijajakan di pinggir jalan sambil menekuri panorama gedung-gedung lama. Lalu menyempatkan diri berpose sejenak di depan tugu belia yang seolah memiliki mata yang menatap ke segala arah.

Kota tua ini berasa makin membungkuk oleh beban usia yang entah sudah berapa lama ditanggungnya. Tenggelam dalam kerumitan labirin dan lorong-lorong dengan seribu pintu yang akan mengantarkan kita menuju ke segala tempat yang kita mau.

Hanya saja aku masih merasa tak menemukan apa yang aku cari di setiap sudut kota ini. Mungkin tanpa aku sadari ia sudah jauh merasuk ke dalam diriku sendiri;

Mata yang gundah, senyum yang selalu resah dan penggalan kata-kata tak utuh yang tak mungkin dapat kurangkai untuk menjadi sebuah puisi cinta. Entahlah...

Gerimis masih menemani perjalananku pulang ke tempat yang ingin sekali kusebut sebagai rumah. Dan berharap, masih akan kutemukan rindu itu di sana.”
Titon Rahmawan

Titon Rahmawan
“Separuh Perasaan yang Tertinggal di Kota M

Peluit kereta mungkin satu satunya pertanda yang masih aku dengarkan.

Setelah semua detak itu terhenti di perempatan yang memisahkan diriku dari dirimu, mungkin hanya beberapa kilometer saja jauhnya.

Aku duduk merenung sendiri di salah satu taman di sudut kota di mana kutahu kau berada. Tentu saja tak ada hujan dan perasaan-perasaan yang kini telah menjadi lapuk di makan usia.

Riuh kendaraan ternyata tak mampu menyembunyikan kerinduanku padamu. Perasaan yang sempat aku curigai telah berubah tuli sejak bertahun-tahun lalu.

Bagaimana mungkin kita bisa bercakap lagi, sementara jarak adalah batas yang nyata-nyata kita ciptakan sendiri?

Jauh yang berasa dekat atau dekat yang berasa jauh tak lagi punya pengaruh. Dan demikian pula dengan pikiranku.

Hanya separuh masa terlanjur letih menunggu dan lalu langkah roda kereta bergegas meninggalkan kotamu.

Tanpa hujan, tanpa satu pun ucapan perpisahan.”
Titon Rahmawan

“Ketika satu demi satu kabut menjadi awan gelap di luar jendela
Aku mengingatmu karena aku masih mencintaimu
Aku berulang kali mengumpulkan air mataku pada sebuah surat lalu mengirimnya ke langit
Aku menunggu

Ketika satu demi satu gerimis menjadi hujan lebat di luar jendela
Aku merindukanmu karena aku masih mencintaimu
Aku kembali menjatuhkan air mataku setelah mendapat surat balasan dari langit
Aku sudah menerima pesanmu
Aku sedang menangis bersamamu
Aku akan mempercayai itu”
Ammi Mayus

“Katanya, jika rindu jatuh bersiaplah untuk patuh.
Katanya, jika berani menyesap rindu harus siap menjadi candu.
Benar, rindu memang pilu.
Rinduku selalu saja kamu.”
Ammi Mayus

“Rindu kadang seperti tamu brengsek yang datang tiba-tiba. Ia memaksa masuk ke halaman rumahmu membawa kecemasan dan membuatmu terpojok hingga tak bisa apa-apa.”
Arman Dhani, Usaha Mencintai Hidup

“Awalnya kupikir cinta itu bernama gelora, merobek dan menutup rahasia. Membuatmu tersadar segalanya sementara. Karena ia hadir tiba-tiba, seperti tukang parkir di Indomaret. Atau ondel-ondel saat kamu makan bakso di pinggir jalan.”
Arman Dhani, eminus dolere

Nailal Fahmi
“Mari kita mengambil langkah untuk sedikit berjeda. Karena kamu tahu, kerinduan adalah konspirasi antara waktu dan jarak.”
Nailal Fahmi, Pada Suatu Hari yang Biasa

“senja ungu menjelma semu bayangmu, menari girang di atas rinduku..”
Setyo Setiaji

« previous 1 3 4 5 6 7 8 9 10